Oleh : Yusriani Nuruse

Suatu hari, tak pernah kusangka aku diajak Bang Ruslan Ismail Mage yang kerap disapa Bang RIM untuk bergabung di salah satu grup WhatsApp yang bernama Bengkel Narasi. Ada rasa bahagia,senang dan juga risau. Bahagia karena aku merasa menemukan keluarga satu jiwa. Keluarga yang tak pernah bersua namun dekat dihati, tanpa sekat. Namun di sisi lain aku pun risau karena aku bukan siapa-siapa. Aku takut tak bisa memberi kontribusi di keluarga baruku itu. Nyaliku kadang ciut, namun kadang bergelora, meronta ingin belajar dengan mereka.

Kubaca bait demi bait cerita atau tulisan dari mereka terutama cerita Bunda Pipiet Senja yang kadang membuatku tertawa geli membaca narasinya, dan juga kadang membuatku larut dalam perasaan yang mengharu biru.

Dari narasinya itulah yang membuatku terinspirasi menuangkan segala apa yang kulalui. Membuatku melayang meresapi lika liku kehidupanku yang ingin rasanya segera kutuangkan lewat narasi yang tak berkesudahan.

Saat kurangkai kata demi kata yang tanpa konsep ini, jemariku gemetar menekan tuts demi tust keyboard komputer. Terngiang kalimat Bang RIM, ” ikatlah ia dalam tulisan sebelum ia menguap entah kemana”.

Inilah untaian kalimat tulisan pertamaku. Semoga bisa terus menginsiprasiku untuk kujadikan obat luka laraku,penenang jiwaku.

Kuhaturkan terima kasihku yang tak terhingga untuk Bapak Ruslan Ismail Mage (Bang RIM) dan mentorku Ibu Gusnawati bersama Bapak Bakhtiar Sulaiman.

Watansoppeng.31 Agustus 2021

(Visited 121 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: