Irawati Moerid, lahir di Manado, 31 Oktober 1969 seorang pemain tenis berkebangsaan Indonesia. Peraih Emas SEA Games XVI, 1986; Medali Emas, 1 Medali Perak dan 1 Medali perunggu. 1 Medali Perak (Beregu Putri,1990), 2 Medali Perunggu SEA Games. Pertama kali bermain di tenis pada 1986. Salah satu dari trio Moerid bersaudari selain Solihati dan Lamsriati.

Sering bermain ganda putri berpasangan dengan Vivi Rogi, berpartisipasi di ajang Asian Games 1990 di cabang tenis dan SEA Games 1994 di cabang soft tenis. Kembali ke cabang tenis pada SEA Games 1998. Catatan medali Women’s Tennis. Mewakili Indonesia Asian Games Perak1990 Beijing. Women’s Teams. Perunggu1990 Beijing Women’s Doubles Perunggu1998 Bangkok Women’s Teams.

Irawati Moerid yang Kukenal

Penulis sama sekali tidak mengenalnya sebagai Srikandi Tenis Indonesia, ketika jumpa pertama kali pada Aksi Bela Tauhid.

Sosok pembawa bendera Tauhid itu terkesan gagah perkasa. Ia mengenakan sepatu lars panjang selutut, gamis dan jilbab cantik, kedua tangannya kuat-kuat mengibarkan bendera Tauhid. Masya Allah, berani nian Emak satu ini, pikirku takjub. Karena dia melakukannya di atas mobil komando yang wara-wiri di seputar massa Aksi Bela Tauhid, 2017.

“Jaga nih emak-emak, ya Gaez,” pintanya kepada rombongannya, ketika melihatku duduk lungkrah di pinggir jalan.

Kemudian ia memberiku nasi bungkus dan sebotol minuman dingin kepadaku. Belum saling mengenal, tetapi tali persaudaraan dan silaturahim sesama Muslim telah menautkan hati kami.

Sejak itulah kami jadi sering jumpa dalam berbagai aksi. Lanjut saat peluncuran buku Gus Nur, kami pun kerjasama menyelenggarakannya di sebuah kafe pinggir jalan. Meskipun mulai diintai para intel yang gerah menyaksi aksi kami sebagai aktivis.

Demikian pula masa-masa kampanye Pilpres dan Pileg. Irawati Moerid digadang-gadang oleh PAN sebagai salah satu Caleg. Meskipun namanya tidak tercantum di hasil akhir Pileg. Pilihan kami pun yaitu PS-02, dikalahkan secara memilukan.

Hubungan kami tetap terjalin akrab, walaupun lebih sering hanya melalui media sosial. Terutama sejak musim pandemi, kami nyaris tak pernah jumpa. Namun, acapkali kami berkomunikasi, tepatnya aku sering ditraktir ayam kuning oleh sahabat kami, Dahniar Ilyas. Irawati berjualan berbagai lauk-pauk siap saji seperti; ayam kuning, ikan bandeng dan buah-buahan.

Tiba-tiba Irawati Moerid yang sangat padat jadwalnya hingga overload sebagai pelatih tenis, Mei 2021, mengalami cidera kaki kanan. Mataku melotot dan tak percaya, ketika melihat fotonya sedang didorong Inge Mangundap di kursi roda. Kaki kanannya, modal utama sebagai pelatih tenis, pekerjaan yang paling diandalkan untuk menghidupi keluarga dan beberapa anak dhuafa; sakit parah dan divonis harus dioperasi.

Ajang Olimpiade Jepang menggelar kemenangan, peraih Medali Emas perdana tim Bulutangkis Indonesia. Tanpa sadar airmataku merembes. Seketika terkenang sahabat perjuanganku, Irawati Moerid. Dulu pun Irawati sukses meraih Medali Emas, membuat Sang Saka Merah Putih berkibar megah di ajang SEA Games. Niscaya keberhasilannya bukan urusan ringan melainkan perjuangan dahsyat!

Kini Irawati sedang sangat membutuhkan dana untuk operasi kakinya, sejumlah 80 juta, untuk operasinya saja. Ditambah pasca operasi, selama berbulan tidak boleh main tenis. Total yang dibutuhkan adalah 100 juta.

https://www.amalsholeh.com/bantuirawatibermaintenislagi

Irawati berobat awalnya ke Kencana RSCM dan sekali terapi 500 ribu. Dokter memvonis kakinya harus segera operasi. Di Kencana dananya jauh lebih mahal. Maka pindahlah ke RS Siaga Raya, spesial tulang dan otot. Banyak atlet Nasional yang berobat dan ditangani di sana dengan biaya sudah diskon. Ada dokter sahabatnya yang suka main tenis.

Berkat dokter inilah ia mendapatkan keringanan. Buat Irawati sungguh sangat mahal biaya pengobatan dan operasi ini. Tidak bisa dengan BPJS.

Saat kemarin jumpa kembali, masih tak percaya jika tak kulihat sendiri, bagaimana Irawati berjalan terpincang-pincang dan bergerak serba perlahan.

Kutahan airmata dan memeluknya erat. Sepanjang siang itu kami berdua mencoba mendatangi suatu lembaga zakat. Ternyata telah berubah fungsi dan branding.

“Semoga ada jalan saya untuk operasi. Hingga kaki bisa untuk main tenis lagi, mengembalikan mata pencaharian saya. Semoga saya masih bermanfaat untuk orang banyak,” demikian Irawati Moerid memungkas obrolan kami.

Melalui catatan ini, kami ingin mengetuk pihak terkait seperti; Kemenkes, Kemenpora, KONI atau lembaga sosial kemanusiaan lainnya. Lihatlah, Srikandi Tenis yang telah mempersembahkan Medali Emas, Perak dan Perunggu, mengharumkan nama Indonesia. Lihatlah, bagaimana kondisi Irawati Moerid kini. (Pipiet Senja, September 2021)

(Visited 1,089 times, 2 visits today)
Avatar photo

By Pipiet Senja

Pipiet Senja, sastrawati Nasional, menulis sejak 1975. Berbagai genre, terutama tentang perempuan. Ribuan cerpen dan ratusan novel telah ditulis, tetapi yang baru diterbitkan sebagai buku 203. Mentor Literasi untuk santri Askar Kauny. Mentor kelas menulis TKI; Hongkong, Malaysia, Singapore, Mesir, Mekkah dlsbnya. Aktivitas Manini 67 tahun dengan lima cucu ini selain menulis, wara-wiri ke rumah sakit sebagai penyintas Thallasemia. Suka diminta Orasi dan baca puisi, sebab ia pun Aktivis 212. Pesannya:"Menulislah yang baik-baik saja, jangan menyesatkan, sebab kelak tulisan kita akan dimintai tanggung jawab. Salam Literasi."

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: