A. Tentang Polybios
Polybius lahir sekitar tahun 203 SM atau 198 SM di megalopolis Arcadia. Polybios berasal dari yunani tepatnya dari suku archaea, ia adalah sejarawan romawi kuno yang lahir dari seorang negarawan terkemuka yaitu Likorta, seorang politisi kuat dan kepala Liga Achaean, pemuda yang berpartisipasi dalam kehidupan militer dan politik.
Sebagai komandan kavaleri yunani ia berperan serta dalam perang Macedonia 3 melawan romawi karena itu saat muda ia menjadi anggota liga archea dan berperan penting dalam liga tersebut selain itu juga ayahnya Polybius menjadi komandan kavaleri dari perang pydna. seorang diplomat Achaean terkemuka dan pemimpin politik; namun meskipun begitu tidak ada yang mengetahui ibu Polybius ini.
Sedangkan kekayaan keluarganya didasarkan pada kepemilikan tanah yang luas dan produktif. Selama masa mudanya Polybius mengembangkan minat dalam biografi, sejarah, dan topik militer. Karena ayahnya seorang yang aktif dalam pemerintahan yunani maka Polybius sendiri juga ikut bergabung dia menjadi seorang komandan kavaleri dalam perang Macedonia 3.
Polybius memperlihatkan kekuatan, sekaligus kelemahannya, dalam historiografi kuno. Memang harus diakui dia telah berusaha keras memfokuskan pada data data empiris dan pragmatis. Tetapi ia sering tergelincir karena keterbatasannya ketika menggunakan pendekatan apriori dan spekulatif . meskipun demikian ia selalu dan terus mencoba untuk memepertahankan akurasi dan sikap tidak memihak yang dengan sangat jelas memperlihatkan kekuatan dan kelayakan metodologinya.
Dibandingkan Plutarch polibius lebih berhak mendapatkan pujian tinggi.
B. Teori Siklus Polybius
Teori ini menjelaskan tentang siklus pemerintahan antara penguasa dengan rakyat dari masa ke masa antara lain :
1). Monarki
Monarki adalah suatu sistem pemerintahan dimana Raja yang menobatkan dirinya sebagai penguasa tunggal, dan menggunakan kekuasaan semata-mata untuk rakyatnya.
Monarki sendiri dibagi menjadi tiga yaitu:
(1). Monarki absolut (raja memiliki kekuasaan penuh dan bersifat mutlak).
(2). Monarki konstitusional (kekuasaan raja dibatasi berdasarkan hukum atau konstitusi yang berlaku).
(3). Monarki parlementer (parlemen berkuasa penuh, raja hanya sebagai simbol).
2). Tirani
Tirani merupakan perubahan sistem pemerintahan, di mana raja yang sebelumnya merakyat tiba-tiba berkuasa semena-mena dan melakukan penyelewengan wewenang sehingga rakyat menjadi tertindas. Sistem ini sama dengan komunisme, fasisme, totaliter, dan kediktatoran.
3). Aristokrasi
Aristokrat atau golongan bangsawan mulai peduli terhadap rakyat yang tertindas oleh kebijakan penguasa yang semena-mena.
4).Oligarki
Oligarki adalah perubahan sistem pemerintahan di mana kaum bangsawan, elit politik, dan kalangan atas juga ikut menindas rakyat bersama raja sehingga muncul sikap etnosentrisme dan feodalisme.
Melansir Thoughtco, “Oligarki” berasal dari kata Yunani “oligarkhes”, yang berarti “sedikit yang memerintah”. Jadi, oligarki adalah struktur kekuasaan yang dikendalikan oleh sejumlah kecil orang, yang dapat terkait dengan kekayaan, ikatan keluarga, bangsawan, kepentingan perusahaan, agama, politik, atau kekuatan militer.
Semua bentuk pemerintahan, seperti demokrasi, teokrasi, dan monarki dapat dikendalikan oleh oligarki. Adanya konstitusi atau piagam formatif serupa tidak menghalangi kemungkinan oligarki memegang kendali yang sebenarnya atas pemerintahan.
Di bawah “hukum besi oligarki” semua sistem politik akhirnya berkembang menjadi oligarki. Dalam demokrasi, oligarki menggunakan kekayaan mereka untuk mempengaruhi pejabat terpilih.
Dalam monarki, oligarki menggunakan kekuatan militer atau kekayaan mereka untuk mempengaruhi raja atau ratu.
Secara umum, para pemimpin oligarki bekerja untuk membangun kekuatan mereka sendiri dengan sedikit atau tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Istilah oligarki dan plutokrasi sering membingungkan. Para pemimpin plutokrasi selalu kaya, sedangkan para pemimpin oligarki tidak perlu kaya untuk mendapatkan kendali. Jadi, plutokrasi selalu oligarki, tetapi oligarki tidak selalu plutokrasi. Pada 600-an SM, ketika Yunani negara-kota dari Sparta dan Athena diperintah oleh kelompok elit bangsawan berpendidikan, pemerintahan oligarki berjaya.
Keuntungan Oligarki
Oligarki biasanya bekerja secara efisien. Kekuasaan ditempatkan di tangan beberapa orang yang keahliannya memungkinkan mereka membuat dan menerapkan keputusan dengan cepat. Dengan cara tersebut, oligarki lebih efisien dari pada sistem pemerintahan di mana banyak orang harus membuat semua keputusan dalam semua kasus.
Dengan mempercayai kebijaksanaan oligarki yang berkuasa, orang-orang bebas untuk fokus pada karir, keluarga, dan hiburan mereka. Dengan cara ini, oligarki juga dapat memberikan lebih banyak waktu untuk inovasi teknologi Karena salah satu tujuan utama oligarki adalah stabilitas sosial, maka keputusan oligarki cenderung konservatif, untuk melestarikan status quo.Akibatnya, orang cenderung tidak dirugikan oleh perubahan kebijakan yang ekstrem dan berpotensi berbahaya.
Kekurangan oligarki
Oligarki biasanya meningkatkan ketimpangan pendapatan, karena terbiasa dengan gaya hidup mereka yang mewah dan istimewa. Para pemain oligarki dan rekan-rekan dekat mereka sering mengantongi sebagian besar kekayaan Negara secara tidak proporsional.
Oligarki bisa menjadi stagnan. Oligarki cenderung bersifat klan, bergaul hanya dengan orang-orang yang memiliki nilai yang sama. Meskipun hal ini dapat memberikan stabilitas, hal ini juga mencegah orang-orang dengan ide dan perspektif baru memasuki kelas penguasa.
Oligarki yang mendapatkan terlalu banyak kekuasaan dapat merugikan rakyat dengan membatasi pasar bebas.
Dengan kekuatan tak terbatas, para pemain oligarki dapat membuat kesepakatan di antara mereka sendiri untuk menetapkan harga, menolak manfaat tertentu untuk kelas bawah, atau membatasi jumlah barang yang tersedia untuk masyarakat umum. Pelanggaran terhadap hukum penawaran dan permintaan ini dapat berdampak buruk pada masyarakat secara luas. Oligarki dapat menyebabkan pergolakan sosial. Ketika orang menyadari bahwa mereka tidak memiliki harapan untuk bergabung dengan kelas penguasa, mereka mungkin merasa frustrasi yang dapat mengarah pada tindak kekerasan. Dalam Cyclus Theory Polybios, demokrasi muncul sbg perlawanan thdp oligarki. Teori ini hampir terbantahkan krn dlm demokrasi tumbuh oligarki.
Oligarki di Demokrasi Indonesia.
Seperti diketahui, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem demokrasi. Namun, sistem demokrasi yang dianut oleh negara Indonesia, mempunyai tujuan untuk memeratakan kekuasaan serta ekonomi.
Oligarki tidak pernah digunakan sebagai istilah resmi untuk bentuk pemerintahan dan hanya digunakan sebagai kritik. Itu juga sering digunakan sebagai cara untuk menunjukkan pengaruh orang kaya dan berkuasa dalam politik, serta pemerintahan yang biasanya digunakan untuk menguntungkan diri mereka sendiri.
Polybios
Jeffrey Winters yang merupakan analisis politik, mengatakan bahwa demokrasi di Indonesia ternyata dikuasai oleh kelompok oligarki, akibatnya sistem demokrasi semakin jauh dari cita-cita serta tujuan untuk memakmurkan rakyat Indonesia.
Winters juga menjelaskan bahwa ketimpangan kekayaan di Indonesia jauh lebih merata antara kelompok kaya dengan kelompok miskin saat tahun 1945 jika dibandingkan saat ini. Hal ini terjadi sebagai akibat dari kelompok elit dan oligarki di Indonesia sudah menguasai serta mengontrol sistem demokrasi dan berlanjut Indonesia mempunyai oligarki demokrasi. Winters pun menambahkan jika sistem demokrasi yang sedang berkembang akan semakin membuat oligarki merajalela. Hal ini bukan kesalahan sistem demokrasi, melainkan kurangnya penegakan hukum.
Oligarki menjadi faktor utama dalam mempengaruhi ekonomi politik di Indonesia. Oligarki sudah ada sejak masa Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Dan terus berlanjut hingga runtuhnya pemerintahan Soeharto, yang semula oligarki sultanistik menjadi oligarki penguasa kolektif. Lantas oligarki tidak hilang begitu saja, justru terdapat penekanan tentang bagaimana kekuasaan oligarki di Indonesia kontemporer.
Richard Robison serta Vedi R. Hadiz di dalam bukunya yang berjudul Reorganizing Power in Indonesia: The Politics of Oligarchy in an Age of Market. Mereka menjelaskan jika oligarki yang terjadi di Indonesia tidak hilang pasca reformasi. Justru oligarki terus bertransformasi dengan cara menyesuaikan konteks politik di Indonesia yang didorong oleh Neoliberalisme. Setelah kejadian krisis ekonomi pada 1998, oligarki bisa bertahan dan menjadi tokoh utama di dalam dunia bisnis di Indonesia.
5). Demokrasi
Rakyat kemudian bangkit dan melancarkan revolusi untuk melawan pemerintah yang bertindak semena-mena. Kemudian rakyat berkuasa atas pemerintahan dan negara serta kemerdekaan dari penindasan dan ketidakpedulian penguasa kepada rakyat. Biasanya pemerintahan berubah menjadi sistem republik contohnya seperti Revolusi Prancis.
6). Oklokrasi
Ketika tampuk pemerintahan sudah dikuasai rakyat, negara menjadi kacau karena seluruh rakyat ingin menjadi pemimpin sehingga pemerintahan kembali ke sistem monarki.
Kelemahan Teori Polybius:
Sifatnya yang deterministik; artinya, perubahan bentuk pemerintahan akan mengikuti siklus yang berurutan dari pemerintahan seorang yang baik, kemudian digantikan oleh pemerintahan seorang yang buruk, kemudian diganti pemerintahan sekelompok orang yang baik, dan seterusnya.
Padahal, dalam praktik bisa saja pemerintahan tirani ditumbangkan oleh rakyat, yang kemudian membangun pemerintahan demokrasi. Jadi, perubahan pemerintahan tirani menuju demokrasi tidak perlu melewati pemerintahan aristokrasi dan oligarki terlebih dahulu.
Dalam sejarah banyak contoh pemerintahan tirani dijatuhkan oleh penguasa lain yang kemudian menjadi raja / monark yang baik. Jadi, perubahan tirani menjadi monarki tidak harus melalui jalur pemerintahan aristokrasi, oligarki, demokrasi, dan oklokrasi.
“Monarki merosot menjadi tirani, aristokrasi menjadi oligarki, dan demokrasi menjadi kekerasan dan kekacauan yang biadab.”
Polybios
Kesimpulan
Siklus pemerintahan Polibios adalah sebuah teori yang mana pemerintahan itu selalu berputar yang berawal dari Monarki, Tirani, Aristokrasi, Oligarki, Demokrasi, Okhlokrasi dan akan kembali lagi ke Monraki, hal tersebut terjadi karena sebab akibat dari perputaran kehidupan masyarakat manusia.
Terdapat hubungan perubahan bentuk negara yang satu ke bentuk negara yang lain sebagai siklus menurut polybius. Hal ini dikarenakan Polybius sempat mengadakan penelitian tentang sistem dan susunan ketatanegaraan di Romawi.
Demikian teori Polybios semoga dapat menjadi bahan literasi, dalam memahami teori Hukum Tata Negara & Hukum Tata Pemerintahan.
Belajar terus sampai tidak adalagi pertanyaan yang singgah di pikiran mu. Hari ini konstitusi bernegara kita, resmi selamat hari Konstitusi Nasional.
Diolah dari berbagai sumber
Makassar, 18 Agustus 2018.
Diberdayakan untuk materi kuliah Ilmu Negara.
“Mereka yang tahu cara menang jauh lebih banyak daripada mereka yang tahu bagaimana memanfaatkan kemenangan mereka dengan tepat.”
Polybius
Dr.Sudirman, S. Pd., M. Si.
Sangat membantu dalam menambah pengetahuan dan wawasan ilmu kita