Pipiet Senja

Sosok Datuk itu kukenal sejak lama
Di bangku kelas dua Sekolah Rakyat
Sebuah bukumu teronggok
Di rak perpustakaan
Yang selalu kosong dan berdebu
Ditunggui seorang pensiunan guru
Maka kukenal lautan katamu, Datuk

Sejak Benteng dan Tirani
Mataku nanar menyisiri
Kata demi kata yang terpatri
Tak kurasai jemu sama sekali

Aku pun merambah
Ladang Jagungmu, Datuk
Ikut merasai aura rindumu
Permai tanah airku
Sentosa negeriku
Kibar merah putih benderaku
Amboi, nasionalis sejati
Datukku satu ini!

Aku damba dengan dendangmu, Datuk
Rindu Rosulmu meremas hati
Membuatku kepingin jumpa
Junjungan kita bersama
Duhai, sungguh saleh
Datukku yang satu ini!

Maka aku terhenyak luar biasa
Manakala kudengar Datuk bicara
Tentang lagu klasik negeri tercinta

Aku Malu Menjadi Bangsa Indonesia
Watchaaau, pemarah pula
Datukku tercinta ini!
Namun kutahu itu kemarahan kita bersama

Suatu kali aku pun dibuat ikut morang-maring
Siang bolong Datuk teriak lantang

Tentang maling-maling
Tentang koruptor
Tentang ketakadilan
Tentang kebobrokan
Tentang kemaksiatan
Tentang asusila
Dan pencabulan karya

Wahai, jelas sudah betapa luhur
pengabdianmu tiada pernah luntur!
Masih kulihat sosokmu kini, Datuk

Di depan kami engkau menunduk
Itulah ilmu padi yang Datuk maknai
Bikin kami malu hati

Kiranya yang patut kami
Salamkan di sini
Selamat ulang tahun, Datuk
Semoga tak terjamah alergi dan batuk-batuk

Meski punggungmu telah bungkuk
Dan kutahu pasti
Semangatmu tiada pernah berhenti
Sebab samudera katamu akan dikenang
Oleh semua generasi

Depok 2006

Note: Kabarnya, beliau sedang diopname di RS Cempaka Putih. Semoga segera disehatkan, kembali menyuarakan puisi cinta tanah air.

(Visited 7 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Pipiet Senja

Pipiet Senja, sastrawati Nasional, menulis sejak 1975. Berbagai genre, terutama tentang perempuan. Ribuan cerpen dan ratusan novel telah ditulis, tetapi yang baru diterbitkan sebagai buku 203. Mentor Literasi untuk santri Askar Kauny. Mentor kelas menulis TKI; Hongkong, Malaysia, Singapore, Mesir, Mekkah dlsbnya. Aktivitas Manini 67 tahun dengan lima cucu ini selain menulis, wara-wiri ke rumah sakit sebagai penyintas Thallasemia. Suka diminta Orasi dan baca puisi, sebab ia pun Aktivis 212. Pesannya:"Menulislah yang baik-baik saja, jangan menyesatkan, sebab kelak tulisan kita akan dimintai tanggung jawab. Salam Literasi."

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: