Oleh : Ragil Ulandari*
Rabu 27 September 2023, saya ke kampus seperti biasanya. Tidak terburu-buru, santai aja karena cuma kuliah biasa tidak ada pengumuman penting yang harus ditindaklanjuti. Kuliah siang jam pertama biasa aja berlangsung sebagaimana biasanya dengan dosen yang sama kemarin-kemarin.
Memasuki jam kedua pukul 16.00 awalnya biasa-biasa juga. Namun baru kurang lebih 5 menit dalam kelas, ibu dosen pengampuh mata kuliah mengatakan bahwa sore ini kalian beruntung ada dosen tamu yang ingin menyapa kalian. Entah kenapa tidak ada awan tidak ada mendung, tiba-tiba seorang dosen, trainer, dan penulis buku-buku motivasi yang sudah menasional ingin menyapa kalian.
Ibu dosen mengatakan yang hendak menginspirasi kalian adalah penulis trilogi buku politik dalam pemilu, dan puluhan buku lainnya. Beliau ingin merekonstruksi ulang jiwa kalian menjadi generasi petarung masa depan. Mendengar itu, aku tidak sabaran ingin melihat auranya dan mendengarkan narasi inspiratifnya. Sesaat kemudian muncul di depan kelas sang inspirator yang dimaksud ibu dosen pengampuh mata kuliah.
Namanya Bapak Ruslan Ismail Mage. Narasi inspiratifnyan mengalir menyemangati kami, menggugah hati, menyentuh jiwa. Ada dua narasinya yang membuatku terkesima. Pertama, narasinya tentang kecerdasan mendengar. Menurutnya tidak ada kesuksesan yang bisa diraih kalau tidak memiliki kemampuan untuk mendengar. Alasan pembenarnya karena orang yang tidak bisa mendengar, malas mendengar, hampir bisa dipastikan orangnya sombong, angkuh, cuek, egois, dan tidak menghargai orang lain. Jadi dengarkan ketika ada orang berbicara. Jangan bersamaan bicara, karena pasti koslet.
Kedua, narasinya yang menjelaskan, masa depan bukan hanya sekadar wilayah ijazah, tetapi juga wilayah keberkahan ilmu. Faktanya, ijazah tidak menjamin masa depan. Banyak orang berijazah universitas tetapi menganggur, salah satu penyebabnya ilmu yang dimiliki tidak berkah. Dan sumber utama keberkahan ilmu adalah memuliakan orang tua dan menghargai guru.
Karena itu, masa depan tergantung kemampuan skill yang dimiliki dan keberkahan ilmu. Dari pertemuan singkat dengan Pak Ruslan, saya menyimpulkan, “Ada dua rahasia agar masa depan kita terjamin yaitu hormat serta menghargai guru dan orang tua”. Dengan memuliakan dan menghargai orang tua dan guru, maka percayalah masa depan kita Insya Allah dijamin Allah Swt. Saya yakin, walau singkat waktunya, tetapi mimpiku akan terwujud dengan mematuhi wejangan sang inspirator. Jadilah motivator untuk diri kita sendiri, karena tidak ada yang bisa merubah diri kita selain diri kita sendiri. Itulah kata kunci sang inspirator.
*Mahasiswi Prodi Komunikasi Unes