Pipiet Senja

Melangitkan Doa di RSUI
Pipiet Senja

Darah masih menetes
Satu demi satu
Merasuk jauh
Penuh seluruh

Ya Robbana….
Hanya kepadaMu
Semata hamba
Melangitkan doa

Ketika usai fisioterapi dua pekan silam, aku mulai merasa aneh dengan kondisiku.
Rasanya langkahku bagai melayang, oleng tak karuan.

“Apa yang terjadi ini? Lemas bangeeeet,” kesahku sendiri.
Kupaksakan naik lift, turun ke lantai satu.

Di dalam lift sendirian begitu, seketika terkenang pernah terjebak di lift RSCM.
Ada enam orang, dua lelaki empat perempuan. Kami semua hendak ke lantai 4. Mendadak lift berhenti, entah di puncak atau entahlah.

Mulanya kami masih tenang, berharap banget ada yang menolong. Segera membetulkan penyebab lift macet.

Lima menit berlalu, keringat mulai ngagarajag, berleleran. Membasahi bagian atas badanku.

“Pencet lagi alarmnya, Pak,” pintaku kepada bapak yang pertama pencet tanda alarm.
Eeeh, dia malah memelototiku dengan galak.

“Sok tau nih orang! Gak lihat sudah 5 kali gw pencet alarm…. Nah, macet sekarang!” Tangannya terangkat, seperti mau memukul wajahku yang pasti sudah pucat pasi.

Maklum, HB 7, mulai kurasakan sesak. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba saja lima orang itu berteriak-teriak. Mirip kena wabah anjing gila!

Aku memejamkan mata, tak sudi lihat apapun lagi. Fokus berdoa, melafalkan doa Nabi Yunus.
“Laailaha illa anta subhanaka inni quntum minal dzolimin….” Begitu kugumamkan berkali-kali, sambil membayangkan dua wajah buah hatiku.

Jika aku mati, bagaimana dengan anak-anak? Aduuuh, jangan datang ke sini dulu, ya Malaikat Maut, pliiiis….

“Delapan menit!”
“Sembilan….”
Tiba-tiba braaaaak!
Pintu lift terbuka, belasan sekuriti berdiri siap siaga.

Berebut berhamburan keluar lift. Hanya diriku yang paling buncit. Gemetar hebat, lungkrah tak berdaya. Serasa kupingku berdenging.

Gubraaaak!
Sepertinya aku semaput. Ketika sadar kembali kulihat dua perawat di kanan kiriku.

“Ya Allah, ini di….?”
“Tenang, ya Bu. Ini di UGD, dokter sudah periksa Ibu. Harus transfusi, ya Bu….”

Jika kurenungkan kembali kejadian itu, yakin semua berkat doa. Kutahu gadis jilbab di sebelahku pun khusus berdoa.
Sungguh, Maha Mendengar Engkau ya Robb.

Beberapa waktu aku tak mau naik lift. Apalagi jika banyak orang.

“Mak, heeei, kenapa Mak? Mau ke mana?” Seorang berseragam mirip polisi memegang tanganku. Sepertinya aku tampak mau rubuh di trotoar RSUI.

“Tolong antar saya ke UGD, ya Mas,” pintaku dengan suara gemetar, nyaris tak terdengar.

Dia mengambil kursi roda, kemudian mendorong menuju UGD.

“Ibu kenapa?” tanya perawat UGD.
“Sesak, tolong oksigen,” pintaku sendat-sendat.
“Mana keluarganya?”
Sekuriti yang menjawab:”Sudah, jangan banyak tanya. Bawa ke dalam saja, segera diberi pertolongan.”

Ternyata aku terkena ISPA dan thypus. Selama lima hari sendirian saja di lantai 12 kamar 05. Putriku yang baru pulang dinas ke luar kota, hanya sekali besuk.

Sendiri, ya, mengapa tidak? Kelak jika dipanggil Tuhan pun akan sendirian. Kujalani tiap waktu yang masih kumiliki dengan ikhlas, berdamai.

Oya, tidak lupa kuucapkan terima kasih yang dalam kepada Mas Sekuriti, para perawat dan dokter. Kalian ramah-ramah dan santun.

Kondisi RSUI pun sangat bersih, nyaman. Dengan segala peralatan canggih, dokter hebat. Kurasa tak kalah dengan rumah sakit di negara tetangga. Tempat aku pernah transfusi, kelelahan.

RSUI, 4 Oktober 2023

(Visited 3 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Pipiet Senja

Pipiet Senja, sastrawati Nasional, menulis sejak 1975. Berbagai genre, terutama tentang perempuan. Ribuan cerpen dan ratusan novel telah ditulis, tetapi yang baru diterbitkan sebagai buku 203. Mentor Literasi untuk santri Askar Kauny. Mentor kelas menulis TKI; Hongkong, Malaysia, Singapore, Mesir, Mekkah dlsbnya. Aktivitas Manini 67 tahun dengan lima cucu ini selain menulis, wara-wiri ke rumah sakit sebagai penyintas Thallasemia. Suka diminta Orasi dan baca puisi, sebab ia pun Aktivis 212. Pesannya:"Menulislah yang baik-baik saja, jangan menyesatkan, sebab kelak tulisan kita akan dimintai tanggung jawab. Salam Literasi."

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: