Pipiet Senja
Untuk seseakun yang mengeluh dinihari tadi.
Bahwa dirinya merasa sangat gagal sebagai perempuan.
Dia mau loncat dari Monas. Mau lemparkan diri ke rel kereta, agar dilindas kereta. Mau loncat dari flye over, deelel!
“Gw mau bundir!”
“Maniniiii…, tolong gimana cara bundir yang gampang?”
Astagfirullah hal adzhiiiim…
Anakku, bacalah sebentar komentar Manini Qania sbb;
“Cobalah datang ke ICU. Lihat, betapa banyak orang yang lebih menderita darimu. Kesakitan, tak berdaya, ada juga yang terkapar sendirian. Tak ada keluarga, ditabrak orang sampai berdarah-darah.”
Apakah mereka mau bunuh diri? Oh, tidak!
Mereka berjuang untuk bertahan. Berdamai dengan kondisinya, tetap bersyukur dan berdoa kepada Sang Maha Pengasih.
Ya, hanya kepada Tuhan yang kita sembahlah, dirimu bisa memohon. Tetaplah bersyukur, berdoa.
Insya Allah akan ada hikmah-Nya dari setiap ujian yang kita terima.
Pernahkah engkau bayangkan, lakon seorang perempuan lemah? Ia terlahir penyakitan, cacat genetik, harus transfusi seumur hidupnya.
Sejak kanak-kanak sering diperundung teman sekolah. Dijambak, dilemparkan ke empang, sampai cacat permanen telapak kakinya; menginjak batu runcing.
Begitu berumah tangga, berkali-kali suaminya selingkuh, suka Kdrt. Puncaknya hidup berdua anak yang masih Balita di rimba Jakarta.
Apakah dia menyerah? Tidak, tak ada istilah putus asa di kamus kehidupannya.
Tertatih-tatih dengan kaki pincang-pincang, menuntun anaknya, menjajakan naskah cerpen, novelet, cerbung; dari satu kantor redaksi ke kantor redaksi lainnya.
Dia selalu bersyukur, berdoa dan meyakini bahwa Allah Swt itu menyayanginya, mengasihi anak-anaknya.
Fakta!
Dua anak sukses lulus S2 dari universitas favorit. Punya karier cemerlang. Memberinya cucu-cucu yang pintar, lucu, menggemaskan.
Kini lihatlah, sosok itu sedang di depan laptop.
Meskipun telah Lansia, ia tetap semangat melahirkan karya.
Walaupun memijit tuts laptop hanya dengan dua jari. Ia telah terserang pengeroposan tulang di mana-mana. Dampak terlalu sering transfusi darah.
Apakah ia menyerah? Tidak, ia mengisi waktu dengan hal-hal bermanfaat. Menanti saatnya tiba, hingga detak jantung berhenti.
Anakku, ada yang jauh lebih sengsara dari dirimu. Lihatlah, anak-anak bangsa Palestina. Tiap saat disembur bom, diguyur hujan darah.
Mereka tetap berjuang demi keadilan, demi kemerdekaan bumi Palestina yang direbut Israel.
Allahu Akbar!