Exif_JPEG_420

Pipiet Senja

Rencana operasi jam 3 sore ini: Rabu 18 Oktober 2023.
Dokter bedah saraf menjelaskan kepada putriku. Jika malam aku tak bisa menjaganya. Mengingat kondisiku pun tidak baik-baik saja.

Ada gumpalan darah di dekat otak, kata dokter Alfian.

Dokter Ortopedi bilang, tulang belikat patah harus pasang pen.

Ya Allah, mohon ada Ustad/Ustadah yang berkenan mendoakan. Semoga ada keajaiban untuk Butet, putriku sebagai sandaran hidup teteh selama ini.

Prognosa pasca operasi harus masuk ICU, pasang alat penyambung kehidupan.

Medion:”Semalam dokter Alfian menjelaskan
Bun. ICU hanya untuk jaga-jaga saja. Kemungkinan kecil sekali pasca operasi Butet masuk masuk ICU.”
Terasa ada yang meleleh dalam dadaku.

“Jadi hanya booking bed di ICU, buat jaga saja. Hibur rekan travellingnya.
Selesai operasi Butet akan dikembalikan ke kamarnya, tapi buat jaga kita tetap booking ICU. Kalau ada apa-apa sudah terjamin ada bed atasnamanya di ICU.”

Ini seperti yang pernah kualami saat operasi limpa dan kantung empedu, 2009. Butet yang selalu jaga di ICU. Lima hari sampai dokter bilang: “Kami sudah berusaha maksimal, silakan doakan saja….”

Butet menyerbu ke dalam, nangis histeris cucuran airmata ke wajahku.
Kudengar teriakannya; “Mama jangan mati ya. Kalau mati awaaaas Butet mau bunuh diri!”

Nah, kudengar jelas kata-katanya. Selama lima hari itu, aku hanya
bisa mendengar. Namun tak mampu bicara, apalagi teriak. Ajaib. Kali ini aku bisa mengucapkan kalimat;
“Mama masih hidup, Butet….”

Ya Robb, sembuhkanlah putriku yang sangat berbakti ini. Berikanlah ketangguhan, kekuatan lahir batinnya. Limpahilah keajaiban dan hikmah atas ujian ini. Sebagaimana Engkau melimpahi hamba berbagai nikmat-Mu pasca gelombang ujian.

Petang ini kami mengantarnya ke ruang OK. Roda brankar terdengar bergerak. Serasa bagaikan bunyi degup jantungku yang berpacu.

“Hanya satu yang Mama minta darimu, Nak. Berzikirlah….”

Sepasang mata beningmu tak lepas-lepasnya menatapku. “Titip Qania ya Mama. Ikhlaskan Butet. Jangan biarkan mereka berlama-lama menahanku di ICU….”
Pesanmu sangat sama dengan pesanku.

Insya Allah, kita nantikan kemahakasihan Sang Pencipta. Selamat berjuang, Anakku.

Semesta doa untukmu, wahai anak yang berbakti. Cahaya mata ibu, demikianlah makna namamu.

(Visited 27 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Pipiet Senja

Pipiet Senja, sastrawati Nasional, menulis sejak 1975. Berbagai genre, terutama tentang perempuan. Ribuan cerpen dan ratusan novel telah ditulis, tetapi yang baru diterbitkan sebagai buku 203. Mentor Literasi untuk santri Askar Kauny. Mentor kelas menulis TKI; Hongkong, Malaysia, Singapore, Mesir, Mekkah dlsbnya. Aktivitas Manini 67 tahun dengan lima cucu ini selain menulis, wara-wiri ke rumah sakit sebagai penyintas Thallasemia. Suka diminta Orasi dan baca puisi, sebab ia pun Aktivis 212. Pesannya:"Menulislah yang baik-baik saja, jangan menyesatkan, sebab kelak tulisan kita akan dimintai tanggung jawab. Salam Literasi."

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: