Pipiet Senja

Petang, 20 Oktober 2023

Kondisi Butet semakin membaik pasca operasi pasang pen di belikat, dampak tabrak lari. Moga pelaku mendapat ganjaran setimpal. Al Fatihah.

Terima kasih Mbak Asma Nadia, Mbak Rahmadiyanti dan Mbak Hikaru yang telah berkenan menjenguk Butet.

Saking sukacitanya Butet melaporkan seraya menangis haru. Tak mengira Mbak Asma Nadia berkenan bezuk.

“Baik banget Mbak Asma mau jenguk Butet, ya Ma….”

“Mbak Asma memang tinggi kepeduliannya.”
“Padahal pastinya sibuk banget dia, ya Ma….”
“Iya, Nak.”

Kukatakan dulu saat aku usai operasi limpa, 2009, malam-malam Asma Nadia membezukku. Dialah satu-satunya sahabat penulis yang berkenan membezukku.

Bukan sekadar bezuk melainkan menyemangatinya, memotivasinya agar tidak menyerah; berjuang dan sehatlah, Butet!

Demikian pula yang dilakukannya saat itu kepadaku. Terima kasih, Pahala Surga dan makin berlimpah keberkahan-Nya untukmu, wahai Asma Nadia.

Aku masih ingat, suatu saat Butet diajak main sinetron pendek Asma Nadia.

“Program ini kerjasama dengan Aa Gym,” katanya menjelaskan.

“Oh, genre dakwah ya? Temanya apa?”

“Ya itu tadi, dakwah dengan santai….”

Ternyata dari pagi sampai malam. Saat itu Butet kelas 5 SD. Tak urung perasaanku sebagai ibu mengkhawatirkannya.

“Sudah selesai nih, Mbak. Asma antar sampai ujung gang rumah Mbak,” pesannya melalui SMS.

Plooong!

Begitu sampai Butet merangkulku, menyerahkan buah tangannya ke pangkuanku. Ada cokelat mahal dan berbagai cemilan.

“Banyak sekali, Nak. Dari siapa?” tanyaku.

“Butet yang beli buat Mama dari honor main sinetron….”

“Oh, ada honornya?”

“Semuanya ini nih, Ma, sisanya,” disodorkannya dua lembar ratusan ribu ke tanganku.”Buat Mama, psssst….Jangan ketahuan Papa, ya Ma,” bisiknya pula.

Terharu sangat hatiku dengan sikapnya. Umurnya baru 9 tahun. Sudah bisa cari uang. Kutahu Butet diam-diam suka jadi penjaga kios penyewaan buku. Upahnya dia belikan buku bacaan yang diinginkannya.

Ketika berduaan malam itu, Butet cerita tentang Asma Nadia yang dikaguminya.

“Mama tahu gak, Mbak Asma itu mengagumi Mama. Hanya heran katanya, mengapa Mama bertahan saja dengan si Papa?”

Selama itu aku banyak dibantu oleh Asma Nadia sebagai editor. Sering curhatan juga kepadanya.

Banyak lagi perkataan Asma Nadia yang disampaikan Butet kepadaku malam itu.

Gadis kecilku mendadak berubah!

Ada karakter lain yang merasukinya; karakter Asma Nadia.

“Izinkan Butet cari uang buat Mama dari kegiatan ini, ya Ma,” pintanya membuatku tambah terharu sekaligus bangga. “Mbak Asma masih ajak Butet di sinetronnya.”

“Duh, nanti ganggu sekolahmu.”

“Butet janji atur waktunya.”

Aku terdiam kelu.

“Biar Mama jangan begadang terus menulis….”

Namun, bapaknya melarang melanjutkan kegiatan akting dengan galak, tegas. Sementara saat itu aku sangat membutuhkan Askes. Alhasil tak berani memberontak.

(Visited 76 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Pipiet Senja

Pipiet Senja, sastrawati Nasional, menulis sejak 1975. Berbagai genre, terutama tentang perempuan. Ribuan cerpen dan ratusan novel telah ditulis, tetapi yang baru diterbitkan sebagai buku 203. Mentor Literasi untuk santri Askar Kauny. Mentor kelas menulis TKI; Hongkong, Malaysia, Singapore, Mesir, Mekkah dlsbnya. Aktivitas Manini 67 tahun dengan lima cucu ini selain menulis, wara-wiri ke rumah sakit sebagai penyintas Thallasemia. Suka diminta Orasi dan baca puisi, sebab ia pun Aktivis 212. Pesannya:"Menulislah yang baik-baik saja, jangan menyesatkan, sebab kelak tulisan kita akan dimintai tanggung jawab. Salam Literasi."

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: