Pipiet Senja
Depok, kemarin dalam rangka Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2023.
Fanny Jonathans ternyata aku terpasung urusan rumah berantakan.
Sepulang dari PKS Menyapa, blaaaazzzz!
Tak jadi mampir di kolong playover ini.
Capeeek deeeh….

Syok pula dengan kabar Henari Purnama yang telah tiada. Rasanya baru kemarin dia sengaja menantikanku turun dari lantai 14, kamar rawat Butet yang baru dioperasi.
Kami jumpa di ruang tunggu Farmasi RSUI. Asyik ngobrol ngalor-ngidul. Baru tahu Henari sakit jantung juga. Kami konsultasi di klinik Kardiologi RSUI. Hanya beda dokter.
“Aku geram dengan tokoh antagonis di memoar Teteh Dalam Semesta Cinta,” ujarnya menatapku dengan tatapan kagum.”Gak percaya. Akhirnya ketemu penulis idolaku….”
Beberapa jenak kami berpelukan erat bagai sahabat karib yang lama tak jumpa. Padahal kami hanya kenal lewat grup Penyair Seksih dan belum lama pula.

Kukatakan bahwa aku pun kagum dengan karyanya. Henari suka genre lawan patriakhat, aura feminisme.
“Aku gak berani menulis novel feminisme. Eeeeh, ternyata novelku Jejak Cinta Sevilla, malah disebut sebagai genre feminisme oleh seorang mahasiswa dalam skripsinya.”
Kami terpaksa berpisah, Henari tanpa sempat nengok Butet. Karena anakku itu masih di ruang pemulihan pasca operasi: pasang pen di tulang belikat: korban tabrak lari.
Kupandangi lama pasustri yang tampak berbahagia itu: Henari dan Mas Sonny.
Hingga mereka
lenyap di antara para pengunjung. Ternyata itulah jumpa kami yang pertama dan terakhir.
Selamat jalan Henny solehah. Engkau takkan merasa sesak dan nyeri di bagian kiri dadamu lagi. Semoga husnul khotimah dan sampai jumpa di kampung akhirat, jika tiba waktuku. Al Fatihah.
Semoga Mas Sonny dikuatkan, ikhlas serta tawakal ditinggal belahan jiwanya. Kelak jumpa kembali di JannahNya, insya Allah.