Oleh: Gugun Gunardi*

Mayoritas masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani dan berladang, serta beternak, ini disebabkan tanah Sunda yang subur. Sampai abad ke-19, banyak dari masyarakat Sunda yang berladang secara berpindah-pindah.

Peternakan yang dikembangkan, pada umumnya banyak yang beternak ikan. Oleh sebab, di tanah Sunda banyak sekali produk air dari pengunungan di sekitarnya. Ikan yang dikembangkan adalah ikan mas, mujair (sejenis ikan nila lokal), tawes, dan gurame.

Sekarang ditambah dengan beternak ikan lele dumbo, nila, belut, serta bahan untuk pakan ikan dan unggas, yaitu magot. Peternakan lebah madu, sekarang mulai berkembang, berhubung tatar Sunda yang banyak menyediakan bunga-bunga tumbuhan yang beragam.

Peternakan unggas, waktu dulu lebih menekankan pada peternakan ayam kampung yang dilepas liar, dan peternakan bebek yang dilaksanakan dengan sistem pangkalan. Saat ini sudah berkembang peternakan bebek, ayam kampung, ayam broiler, dengan sistem kandang yang menghasilkan telur dan dagingnya.

Dahulu, peternakan binatang kaki empat terbatas pada domba dan kerbau dengan sistem diangon (digembalakan). Saat ini bertambah dengan peternakan dengan ternak sapi dan embe dengam sistem kandang. Terutama sapi, yang menghasilkan susu banyak diternakkan. Dari susu sapi ini menghasilkan permen keramel.

Selain bertani dan beternak, masyarakat Sunda banyak yang memilih untuk menjadi pengusaha dan pedagang sebagai mata pencariannya, meskipun kebanyakan berupa wirausaha kecil-kecilan yang sederhana, seperti menjadi penjaja makanan keliling, membuka warung atau rumah makan, membuka toko barang kelontong dan kebutuhan sehari-hari, atau membuka usaha cukur rambut. Di daerah perkotaan ada pula yang membuka usaha percetakan, distro, cafe, rental mobil, dan jual beli kendaraan bekas. Serta penyedia jasa kecantikan, dan bangunan.

Usaha warung nasi khas Sunda, warung mi instan (lazim disebut “warung indomie”) dan bubur kacang hijau, serta warung kopi adalah usaha ekonomi mikro sektor informal yang lazim dijalani oleh orang Sunda. Profesi pedagang keliling banyak pula dilakoni oleh masyarakat Sunda, terutama asal Tasikmalaya dan Garut. 

Chairul Tanjung dan Eddy Kusnadi Sariaatmadja ialah contoh-contoh pengusaha berdarah Sunda yang berhasil. Chairul Tanjung dan Eddy Kusnadi Sariaatmadja bahkan masuk ke dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia yang dirilis majalah Forbes pada tanggal 29 November 2012.

Profesi lainnya yang banyak dijalani oleh orang Sunda adalah sebagai pegawai negeri sipil, pelaut, dan seniman; baik sebagai penyanyi, musikus ataupun aktor/aktris sinetron, serta guru dan dosen.

Makanan khas orang Sunda adalah lalapan dan sambal. Pengusaha restauran Sunda, sangat merasa tidak lengkap, jika di rumah makannya tidak menyediakan makanan lalapan dan sambal.

Beberapa jenis makanan jajanan tradisional Indonesia yang berasal dari tanah Sunda, seperti sayur asem, sayur lodeh, pepes, tutug oncom, combro, misro, cilok, cimol, cilor, aromanis, gurandil, awug, dll. []

*Dosen Tetap Universitas Al Ghifari.

(Visited 26 times, 2 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: