Oleh: Muhammad Sadar*

Secara geografis, Sulawesi Selatan berada pada letak lintang dan bujur Center Point of Indonesia. Posisinya sangat strategis yang diapit oleh perairan laut Selat Makassar di sebelah barat, Laut Flores di sisi selatan, dan Teluk Bone di bagian timur. Sementara di sektor utara merupakan barisan Pegunungan Latimojong, Bambapuang, serta Pegunungan Bulusaraung dan Bawakaraeng memanjang di bagian selatan daratan Pulau Sulawesi.

Pada standing position tersebut, iklim di Sulawesi Selatan terbentuk beberapa zona musim yang beririsan dengan pengaruh iklim monsoon Asia dari barat dan monsoon Australia dari timur. BMKG membagi wilayah ini pada tiga sektor iklim dalam 24 zona musim, yaitu:

  1. Sektor Barat meliputi 9 wilayah kabupaten di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan, yaitu: Selayar, Jeneponto, Takalar, Gowa, Makassar, Maros, Pangkep, Barru,dan Pare-Pare.
  2. Sektor Timur meliputi 8 area kabupaten di pesisir pantai timur Sulawesi Selatan, yaitu: Bone, Soppeng,Wajo, Sinjai, Bulukumba, Bantaeng, Sidrap, dan Pinrang.
  3. Sektor Peralihan terdiri atas 7 kabupaten yang merupakan wilayah kombinasi antara pantai dan pegunungan dataran menengah-tinggi, yaitu: Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Palopo, Toraja, Toraja Utara, dan Enrekang.

Ketiga sektor iklim tersebut secara tegas memiliki pola musim yang berbeda. Ketika sektor barat mengalami musim hujan, maka kondisi di wilayah sektor timur mengalami musim kemarau. Begitupun sebaliknya, jika sektor timur didera musim hujan, keadaan di sektor barat terpapar musim kemarau. Namun, pergerakan iklim di sektor peralihan relatif stabil tanpa perbedaan yang nyata antara periode basah dan fase kering. Curah hujan setiap waktu terjadi dengan tingkat kekeringan yang tidak ekstrim. Hanya saja beberapa tahun terakhir ini terdapat pergeseran musim yang dirasakan sangat signifikan karena terjadinya anomali dari global climate change.

Konfigurasi zona musim tersebut merupakan kondisi iklim yang sangat fenomenal nan unik di Sulawesi Selatan karena sebagai bentuk dukungan terhadap pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan. Pada dimensi pertanian, utamanya subsektor tanaman pangan, pembudidayaan komoditas padi dan jagung nyaris tak pernah berhenti. Kegiatan tanam-panen komoditas pangan selalu berlangsung setiap waktu dan musim. Musim rendengan (periode tanam Oktober-Maret) dan musim gadu (periode tanam April-September), ditambah sektor peralihan yang tidak mengenal fase kering pada tahun berjalan, silih berganti dalam melakukan aktivitas menanam dan menuai padi-jagung sepanjang tahun.

Sebagai langkah nyata dalam progres kegiatan panen padi di Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru, maka pada hari Kamis, 18 April 2024 Dandim 1405 Pare-Pare Letkol Inf. Hastiar Hatta, S.I.P. beserta jajaran Kodim 1405 (Pabung, Pasiter, Danramil, dan para Babinsa), Kapolres Barru, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, BPS Barru, Camat Tanete Riaja, Kepala Desa Lompo Tengah, BPP/PPK/PPL/PBT, Kelompok Tani,dan Persit Kartika Chandra Kirana Kodim 1405, melakukan aksi panen raya padi serentak melalui live video conference bersama Panglima Kodam XIV Hasanuddin Mayjen Bobby Rinal Makmun, S.I.P. dari Kabupaten Pangkep.

Dalam sambutannya, Pangdam XIV/Hasanuddin mengatakan, “Kodam XIV/Hasanuddin membawahi tiga wilayah provinsi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara. Kegiatan panen hari ini di Kabupaten Pangkep sebagai bentuk dukungan terhadap program ketahanan pangan nasional sebagaimana telah dikerjasamakan antara TNI-AD dengan Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Para komandan satuan di daerah untuk memaksimalkan pengawalan dan pendampingan terhadap lahan-lahan yang kurang produktif menjadi produktif. Kodam juga melakukan terobosan dalam mengidentifikasi sumber-sumber air untuk optimasi lahan dan peningkatan indeks pertanaman.”

Lebih jauh Pangdam menyampaikan,”Selain padi, juga diupayakan penanaman jagung dan komoditas lain misalnya sukun atau pisang seperti yang dicanangkan Bapak Gubernur Sulawesi Selatan. Aacara panen hari ini bukan seremonial, namun merupakan bagian dari kegiatan dan ke depan tetap dilaksanakan setiap hari. Pada setiap satuan, kita optimalkan pemanfaatan lahan menggunakan polybag untuk tanaman sayuran seperti cabai, terung, dan seledri untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari.”

Pangdam Mayjen Bobby Rinal Makmun,S.I.P. menutup arahannya, “Di level satuan kompi, Persit dan para komandan kita declare bersama suatu cerita yang baik untuk keberlanjutan agar ketahanan pangan ini bisa terjaga.”

Pasca memberikan sambutan, Pangdam berdialog via video conference dari para Dandim se-Kodam XIV/Hasanuddin antara lain dari Kodim Wajo, Kodim Mamuju, dan Kodim Muna. Dalam dialog tersebut, para Dandim melaporkan giat ketahanan pangan di wilayah teritorial masing-masing. Satu hal yang menarik dalam dialog tersebut adalah pengembangan padi gogo seluas 200 hektare di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Pangdam menilai sangat baik bahwa potensi produksi padi kita berharap pada lahan kering atau ladang dengan tidak mengesampingkan lahan konvensional sawah yang diusahakan saat ini.

Kegiatan panen raya padi serentak bersama Kodam XIV/Hasanuddin via video conference diakhiri di masing-masing wilayah Kodim. Untuk lokasi panen di Barru ditandai dengan aksi panen bersama oleh Dandim 1405 Parepare. Dengan sigap mengoperasikan combine harvester machine, Bapak Letkol Inf. Hastiar Hatta, S.I.P. memanen padi petani di atas hamparan sawah seluas 228 hektare, antara lain sawah milik kelompok tani Sappobatu Desa Lompo Tengah. Berdasarkan perhitungan ubinan BPS, maka hasil panen diperoleh sebesar 6,8 ton/hektare GKP atau setara dengan 5,7 ton/hektare GKG.

Pasca aksi lapangan bersama Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan, Ir. Ahmad,M.M., Bapak Dandim 1405 Parepare mengatakan, “Pentingnya upaya dalam pengelolaan pangan ini. Kegiatan panen akan terus berlanjut. Jika ada kendala dan permasalahan kita selesaikan bersama. PPL dan Babinsa senantiasa kerja sama di lapangan. Harapan pemerintah dan negara agar produksi padi ini lancar, beras tidak susah, dan petani bisa sejahtera.”

Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Barru menyampaikan laporan realisasi pertanaman padi musim tanam rendengan periode Oktober-Maret 2023/2024 seluas 16.119 hektare dan capaian luas panen padi per tanggal 17 April 2024 mencapai 11.283 hektare yang terdiri atas padi sawah dan padi ladang. Kemudian secara simbolis dilanjutkan penyerahan bantuan benih jagung kepada Dandim 1405 Parepare dan diteruskan kepada Kepala Desa Lompo Tengah untuk ditanam pada musim gadu 2024 yang akan datang.

Dalam menghadapi musim tanam gadu periode April-September 2024, maka penting dipedomani hasil analisis dan prakiraan BMKG Provinsi Sulawesi Selatan bahwa musim kemarau tahun 2024 secara umum di wilayah pesisir pantai barat Sulawesi Selatan termasuk Kabupaten Barru diprakirakan mulai pada dasarian II Mei 2024 atau maju satu dasarian dari rata-ratanya.

Berdasarkan hasil analisis BMKG tersebut di atas, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru mengeluarkan imbauan percepatan tanam MT. 2024 kepada kelompok tani/petani agar melakukan langkah-langkah antisipasi dan adaptasi sebagai berikut.

  1. Melakukan percepatan olah tanah dan tanam pada lahan sawah yang sudah selesai terpanen dan diharapkan agar petani tidak memaksakan tanam padi pada lahan yang tidak memiliki sumber air dengan batas waktu tanam musim gadu pada akhir Mei 2024.
  2. Mengoptimalkan pemanfaatan alsintan (hand tractor/tractor, pompa air, transplanter, dan combine harvester machine) serta penyediaan benih bervarietas genjah dan pupuk secara menyeluruh.
  3. Memaksimalkan fungsi-fungsi infrastruktur air seperti bendung, embung, saluran primer/sekunder, dan pompanisasi, serta mengaktifkan kelembagaan P3A/GP3A.
  4. Menekankan tingkat perlindungan tanaman dengan mewaspadai perkembangan siklus organisme pengganggu tumbuhan utamanya dalam mendekteksi dini-cegah tangkal terhadap ngengat, telur, dan larva serangga hama penggerek batang padi dan wereng batang coklat.
  5. Meningkatkan koordinasi, komunikasi, dan konsolidasi antar petugas lapang seperti POPT,PBT, Petugas KSA Statistik,dan para Babinsa TNI.

Tidak berlebihan dan tidak dipungkiri bahwa Provinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu daerah penyangga dan lumbung pangan nasional. Daerah ini sebagai produsen terbesar padi di luar Jawa dan sanggup memenuhi pasokan beras terhadap 19 provinsi, khususnya di kawasan timur Indonesia.

BPS(2022)mencatat produksi padi Sulawesi Selatan sebesar 5,36 juta ton atau setara beras sebanyak 3,07 juta ton. Capaian tersebut diperoleh dari luas panen 1 juta hektare dari luas baku sawah 654.818 hektare dengan indeks pertanaman(IP 100-200), bahkan ada yang mencapai IP 300.

Melalui keunggulan wilayah yang dimiliki, kesinambungan produksi padi di daerah ini mampu untuk menjaga ketersediaan pangan sepanjang waktu.
Slogan jaga pangan jaga masa depan bisa terwujud atas kerja sama dari berbagai pihak, terutama dari para pelaku utama pertanian di lapangan, yaitu petani dan senantiasa bersinergi dengan aparat pertanian dan TNI dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional.

Bravo Petani dan TNI… Bersama kita jaga pangan jaga masa depan!

Desa Lompo Tengah, 18 April 2024
*Warga Bengkel Narasi Indonesia, Jakarta

(Visited 284 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.