Hari demi hari komunikasi kami berjalan dengan lancar lagi, di mana Dev selalu hadir menyapaku. Aku tetap saja konsisten pada prinsipku bahwa yang sudah berlalu biarlah berlalu. Aku justru merasa bersyukur karena saat pertemuan yang terjadi usai 24 tahun justru kami bisa saling menyapa lagi meskipun banyak hal yang kami diamkan di masa kecil namun, kami suda membahasnya berkali-kali kala kembali menjaling komunikasi layaknya teman.
Aku menganggap Dav hanya teman tidak lebih karena aku sadar benar bahwa Dav adalah cowok pertama yang mendidikku hingga terjung ke dunia remajaku. Aku benar-benar tidak menyangka saja bahwa apa yang aku pikir tentang Dav di masa kecil itu salah. Justru Dav telah mengklarifikasikan jika ia minder karena kehidupan kami bagaikan langit dan bumi.
Kata-kata itu amat menyakitkan hatiku, hanya tidak ingin membahas lagi karena sejak kecil aku juga lihat gaya Dav ia nekad hanya tak berani saja.
Suatu ketika aku ada di tempat kerja ia chat, selamat pagi Dev kamu apa kabar? Ah selamat pagi juga Dav kabarku baik Dav ujarku. Hmmm Dev aku kangen ingin ngbrol hari ini jika ada waktu. Dav, tidak ada waktu jadi maaf ya apalagi ini jam kerja Dav. Aku free hari ini Dev. Tidak Dav tidak, kamu tidak boleh seperti itu. Kenapa emangnya. Aku mau sebagai seorang Militer kamu harus jaga sikap dan menghargai waktu kerja kamu Dav. Dev hari ini saja kita ketemuan. Tidak Dav, sorry.
Dav kamu tidak sadar ya bahwa yang kita bahas sekarang hanya cerita masa lalu Dav jadi jangan pikir jika akan menggulangi masa lalu itu karena akan ada masanya kita bertemu yakni ketika ada kampanye partai lagi Dav. Kita ketemuan karena kita teman dan saudara juga karier tidak ada lagi yang jauh lebih penting dari ketiga hubungan itu Dav ujar aku melalui chat. Tidak itu pilihan kamu jika pilihanku belum tentu tidak. Jadi jangan heran jika semua akan terjadi lagi seperti masa kecil kita Dev.
Dav aku mohon, please jangan begitu karena apapun yang terjadi semua hal mengenai ejekan-ejekan itu tidak bakalan terjadi jadi aku mohon jangan ganggu kehidupan aku dengan pemikiran konyol seperti itu Dav. Kamu lihat saja nanti. Hari ini aku benar-benar free makanya mengajak kamu biar kita ngobrol bareng itu saja Dev tidak hal lain jadi aku harap jangan nolak Dev. Dav itu tidak akan terjadi okey.
Keras kepala kamu kira aku akan berhenti berkomunikasi dengan cara kamu memperlakukanku seperti ini! Kamu salah Dev aku akan cari jalan pintas jika kamu keras kepala.
Dav maksud kamu apa? Kamu sakit jiwa ya! Hmmm tentu karena ulah kamu Dev. Kenapa shii kamu sombong terus seperti dulu Dev. Atau kamu mau aku harus menggunakan cara mengungkapkan perasanku ke kamu dengan cara berteriak lagi kayak dulu? Mari kita nikah Yuk…atau aku harus mengajak teman-temanku di Markas satu mobil pergi dan berteriak di depan kantor kamu biar semua orang tahu bahwa kamu adalah cinta pertamanya aku! Coba mana yang kamu pilih.?
Dav kamu kenapa shii ganggu terus hidup aku. Please jangan bodoh. Kamu harusnya lebih displin dariku karena aturan Militar jauh lebih ketat dibadingkan kode etik jurnalis. Pokoknya aku mau kita keluar bareng hari ini.
Tidak kataku, aku tidak akan keluar hari ini karena pekerjaanku full dan aku tidak ingin buat nunda-nunda pekerjaan makin bertumpuk. Dev ini jam free kenapa kamu terang-terangan menyipuku Dev kirain aku anak kecil apa? Tanpa basa basi aku langsung offline.
Waktu terus berjalan, kami sudah berkomunikasi kembali setiap hari jika saling peduli. Kami hanya berkomunikasi lewat Via Internet dan pertemuan pertama hanya ketika kami berada di lokasi kampanye.
Dav sering bertanya kabar aku jadi aku pun menjawab dengan respect layaknya teman.
Dia seorang Militer tentu harus fokus pada karier kerena apapun itu keamanan negara tentu ada di tangan mereka. Aku tahu ketika jam free dia sering nelfon aku atau chat jadi aku harus hindari dengan caraku sendiri dimana setiap jam free aku matikan HPku.
Meskipun kita memiliki masa lalu tapi tidak seharusnya kita berlagak kayak begitu lagi karena masa lalu hanya bagian cerita sedangkan karierku adalah masa depanku juga keluargaku adalah masa depanku karena masa ingusan tidak boleh melunturkan masa depanku yang kini ada di depan mataku.
Tiap hari perhatian Dav makin menjadi-jadi entah mengapa ia hanya mau kami bisa bertemu lagi di dunia nyata meskipun hanya sehari karena ia ingin kami ngbrol berdua. Aku tidak ada waktu karena aku sibuk sebagai seorang wartawan juga Trainer selain itu sebagai seorang istri bagi suami juga ibu bagi anak-anak.
Aku terus berjuang agar jangan pernah fokuskan perhatianku di masa lalu khusunya mengingat kembali tulisan pertama aku merangkai nama Dav dengan terbalik (Tivad) jika itu sampai terlintas hukum apapun yang di buat untuk melarang kami bertemu kembali akan roboh sendirian karena aku akan tidak segan-segan melanggarnya itu janjiku.
Waktu terus berjalan tiada angin tidak hujan tiba-tiba ada nomor baru yang kontak ke nomor aku. Saat aku menerima panggilan itu tenyata suara seorang perempuan. Ia bertanya maaf apakah aku bisa bertanya? Tentu bisa mbak ada apa ya? Nomot anda di HP suamiku dengan menggunakan nama komandan jadi aku hanya hendak tahu apa benar anda komanda suami aku? Hmmm mbak itu akal-akalan suami anda karena nama aku Dev dan aku tidak karier yang ada sangkut paudnya dengan profesi komandan atau jangan-jangan itu akal-akalan suami anda agar anda sebabai istri jangan mengetahui akal busuknya Mbak ujarku pada istrinya. Aku dan dia hanya sekedar teman, kami berasal dari wilayah yang sama mbak. Oh begitu, kok dia chat kita tapi dia menghapus semua chatnya sama anda makanya aku kontak untuk mencari tahu itu mbak, ujar istrinya Dav.
Oh kami hanya teman jadi chat biasa saja jika dia yang hapus itu urusan suami anda karena aku pakai Timer jadi terhapus semua chat dengan sendirian itu bukan suami anda saja tapi sama semua teman ujarku padanya. Hmmm sejujurnya aku mau kasih tahu kita jika Dav suamiku tidak ada kapoknya dia sering selingkuh di belakang makanya aku cek semua nomor di HP aku lihat foto wanita tapi nama terdaftar Komandan makanya aku takut . Oh mbak jika suami anda seperti itu maka mungkin sama wanita lain. Okey aku paham ujar sang istri. Aku jengkel sama perlakuan Dav yang di ceritakan oleh istrinya akhirnya aku langsung call ke nomor Dav. Selamat sore Dev apa kabar? Hmmm Dav kamu emang kurang ajar bangat ya ! Lho kenapa Dev aku salah apa coba.
Dav kamu benar-benar udah tidak waras , kamu tahu istrimu baru menelfon aku, katanya kamu menimpan nomor HP aku di HPmu dengan nama bukan Dev tapi Komandan, maksud kamu apa Dav ! Coba kamu pikir apakah istrimu adalah bonekamu makanya kamu harus melakukan tindakan itu ke dia. Kenapa kamu tidak mendaftar nama aku yang sesungguhnya Dav. Kenapa kamu melibatkan aku ke dalam kehidupan rumah tanggamu. Dev please stop berteriak aku mauk dengan semuanya. Aku capek Dev maaf karena aku salah. Ya kamu emang bersalah kamu seorang militer kok penipu kayak gitu. Dev please stop aku ada masalah tahun lalu makanya aku tidak ingin istriku aku salah paham dan menghapus nomor kamu dan hanya dengan cara itu aku merasa nayaman chat sama kamu Dev jadi aku minta maaf karena aku salah.
Aku pikir siapa yang menelfon tahu -tahu istri kamu. Kamu tahu tidak tindakan kamu itu tidak etis bangat, nama aku kamu simpan dengan insial Komandan. Ya aku sudah minta maaf. Semua ini yang buat aku ajak kamu ingin ketemuan face to face biar aku jelasin semua ke kamu Dev. Tidak Dav aku bukan orang gila paham! Kamu tahukan aku dulu putri seorang ayah yang berprofesi debagai ABRI ia mendidik aku tahu menghargai dan menghormati orang lain lebih-lebih masyarakat biasa bukan kayak kamu seorang militer tapi simpan nomor istri orang dengan nama profesi orang. Aku peringati kamu jangan pernah kontak ke nomor aku lagi. Tidak Dev ini bukan cara penyelesaian masalah Dev aku mau kita ketemuan . Tidak Dav maaf karena aku tidak ada waktu bagi orang kayak kamu.
Dev kamu yang aku kenal di masa kecil tidak seperti Dev yang sekarang ujar Dav..Ah kamu justru lebih rusak lagi jawabku pada Dav. Aku langsung akhiri chat dan beralih mode ke offline. Tiga hari tidak chat aku yakin Dav termasuk tipe cowok penipu karena sosoknya perlahan-lahan telah nampak. Seharusnya Dav belajar lebih disiplin bukan berlagak kayak orang yang tidak bekerja.Jika mereka yang seperti ini berarti bagaimana nasib masyarakat biasa coba pikir aku dalam hati. Istrinya yang siang dan malam berjuang bersama saja masih di tipu olehnya apalagi aku yang hanya teman masa kecil.