Oleh: Muhammad Sadar*

Kemakmuran atau istilah asingnya disebut prosperity digambarkan oleh salah satu indikatornya adalah
ketersediaan dan keterpenuhan bahan pangan pokok masyarakat. Dalam gambar sila kelima Pancasila,
simbol kemakmuran dilambangkan komoditas padi dan kapas.

Padi sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia dan sebagai sumber karbohidrat penting sehingga usaha budi dayanya sangat diperhatikan dan diberi jaminan perlindungan usaha seperti asuransi usahatani padi, fasilitas subsidi pupuk dan benih, pengendalian harga pasar melalui ketentuan Harga Pembelian Pemerintah gabah petani, serta bantuan infrastruktur pertanian meliputi jalan usaha tani, irigasi, bendung, dan pompanisasi maupun alat dan mesin pertanian seperti traktor roda dua dan roda empat, alat pengering, maupun alat mesin panen.

Tanaman padi ini sebagai komoditas ikonik pendukung kemakmuran rakyat karena pada umumnya penduduk menjadikannya sebagai mata pencaharian pokok di perdesaan serta sebagai bahan pangan utama untuk keberlanjutan hidup. Walaupun dibawah ancaman darurat pangan dan di tengah gejolak pangan dunia terlebih harga gabah di tingkat lapang terkadang di luar ekspektasi petani, simbol kemakmuran tersebut akan tetap eksis untuk dipanen dengan cara apa pun jika waktunya telah tiba.

Salah satu varietas unggul baru (VUB) padi yang dikembangkan di Kabupaten Barru melalui kerja sama pengabdian Universitas Hasanuddin pada musim tanam gadu, April-September 2024 yaitu VUB Padjajaran. VUB ini berawal dikelola sejak hambur pertama kali di sawah Ketua kelompok tani Cenrana II, Sultan Kasau sekaligus sebagai Kepala Lingkungan Batubessi Kelurahan SepeE pada tanggal 09 Mei 2024. Pada umur bibit mencapai 18 hari setelah hambur maka bibit Padjajaran ditanam perdana sebagai varietas unggul baru di wilayah ini.

Kegiatan pengabdian masyarakat Universitas Hasanuddin di tingkat lapang berupa desiminasi varietas unggul baru, serta melengkapinya dengan pengawalan, pendampingan, maupun pemenuhan sarana produksi padi antara lain pupuk nonsubsidi, pupuk organik kompos, dan paket sarana perlindungan tanaman yang dikerjasamakan dengan formulatorPT. Bayer Indonesia.

Materi budidaya padi yang baik dan benar atau GAP Padi (Good Agricultural Practice) serta penanganan panen yang baik (Good Handling Process) turut disampaikan oleh para pakar pertanian
perguruan tinggi plat merah tersebut, yaitu Prof. Dr. Ir. Yunus Musa, M.Sc., Prof. Dr. Ir. Muh. Farid BDR, M.P., dan Dr. Muhammad Fuad Anshari, M.Si.

Seiring dengan berlangsungnya umur vegetatif dan generatif hingga fase panen tanaman yang hanya mencapai 90 hari sejak hambur, maka masa panen padi Padjajaran telah mencapai batas waktu performance di lapangan. Proses panen padi dilakukan dengan alat mesin combine harvester dalam tempo yang singkat, kegiatan panen Padjajaran telah rampung diselesaikan.

Perhitungan produksi dilakukan dengan metode ubinan petak langsung terhadap area demonstrasi seluas 0,50 hektare yaitu menimbang semua hasil panen yang mencapai 4.030 kg gabah kering panen. Untuk ukuran produksi yang berkelas calon benih kering sawah (CBKS) ,dan bukan gabah biasa, produktivitas Padjajaran tergolong tinggi.

Desiminasi varietas Padjajaran pada musim tanam gadu di Kabupaten Barru dengan kelas benih penjenis berlabel kuning sejak awal digerakkan sebagai usaha penangkaran benih untuk menghasilkan kelas benih dasar yang berlabel putih. Tahapan penangkaran dilalui dengan pendaftaran tangkar benih di BSMB dan pemeriksaan lapang sejak persiapan lahan, penanaman, standing crop, hingga panen.

Seleksi atau rouging di lapangan menjadi hal yang wajib dilakukan sebagai syarat penentuan lulus di lapangan. Tindakan rouging bertujuan untuk mengeliminasi semua organik pertumbuhan di luar tanaman pokok yang tidak dikehendaki serta untuk menciptakan kemurnian dan kualitas benih yang dihasilkan. Selain campuran varietas lain, gulma, serta volunteer yang harus dieliminir, termasuk di dalamnya adalah type simpang padi yang biasa mengalami segregasi genetik.

Balai Penerapan Standarisasi Instrumen Pertanian Sulawesi Barat (2024) menilai bahwa benih berkualitas harus memiliki kemampuan untuk mengecambah dalam kondisi yang optimal dan menghasilkan benih dengan kualitas unggul yang mampu berkembang secara optimal di lingkungan suboptimal. Penilaian terhadap benih dilakukan melalui tiga faktor pokok, yakni integritas varietas, vitalitas benih, dan kadar kelembaban benih. Benih dapat dipertahankan kemurnian genetiknya melalui tanaman induk. Pemeliharaan mutu genetik dipertanaman dilakukan melalui kegiatan rouging. Rouging merupakan proses eliminasi tanaman-tanaman yang dianggap sebagai asal kontaminasi yang tidak bisa dipertahankan pada proses penyerbukan.

Produktivitas Padjajaran sebagai varietas unggul padi yang telah dilepas pemerintah sejak tahun 2018 silam memberikan peluang kemungkinan untuk mengatasi defisit produksi padi saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 melaporkan bahwa produksi beras nasional telah menurun signifikan. Pada tahun 2023 produksi beras hanya mencapai 30,2 juta ton, sedangkan pada tahun 2022 sebesar 31,5 juta ton. Hal ini berarti terdapat pengurangan produksi lebih dari 1 juta ton. Tren penurunan sudah tampak sejak awal tahun 2023 hingga subround I 2024 akibat tekanan kemarau yang berkepanjangan. Kebutuhan beras Indonesia tidak kurang 2,6 juta ton per bulan, sehingga dengan demikian setiap tahun diperlukan beras konsumsi sebanyak 31,2 ton.

Selanjutnya pada semester I 2024, Menteri Pertanian telah mengeluarkan Kepmentan Nomor: 265/Kpts/OT.050/M/06/2024 tentang Satuan Tugas Antisipasi Darurat Pangan. Satgas ini bertanggung jawab mengawal program penambahan areal tanam padi. Sasaran areal tanam bisa dilakukan pada lahan rawa, lahan perkebunan dengan cara tumpang sisip, lahan kebun masyarakat atau lahan HGU terlantar, dan lahan sawah tadah hujan yang memiliki sumber air permanen dan bisa dieksplorasi menggunakan upaya pompanisasi atau pembantuan irigasi pompa. Pembentukan satgas tersebut dilatari oleh defisit produksi padi tahun 2023 lalu serta target LTT seluas 500 ribu hektar hingga Juni 2024 ternyata hanya mampu terealisasi seluas 287.404 hektare. Seiring dengan program perluasan areal tanam (PAT) dan optimasi lahan (OPLAH) padi tahun 2024 maka dibutuhkan dukungan varietas unggul padi agar intensitas pertanaman mampu ditingkatkan menjadi dua hingga tiga kali setahun.

Beberapa aspek yang bisa dinilai dari uji coba penerapan varietas Padjajaran di lokasi kelompok tani Cenrana II Batubessi untuk mendukung program PAT dan OPLAH antara lain:

  1. Aspek agronomi berupa umur produksi varietas Padjadjaran tergolong pendek atau genjah. Dibutuhkan waktu optimal 90 hari setelah semai, tanaman padi tersebut sudah bisa dipanen walaupun karakteristik umur panen pada deskripsi varietas selama 105 hari. Dukungan head unit meliputi suhu, kesuburan tanah dan ketinggian tempat sangat memberikan pengaruh nyata terhadap umur panen. Faktor umur varietas genjah bisa mendorong pencapaian indeks pertanaman padi. Adaptasi varietas terhadap kondisi iklim pada musim kemarau yang bersuhu antara 30-34 derajat Celcius setiap hari bisa mempercepat umur panen dan gangguan hama penyakit padi pun tergolong nyaris tidak ada serangan.
  2. Aspek ekonomi meliputi capaian produktivitas yang tinggi dengan kelas benih dasar akan meningkatkan nilai jual ekonomis karena produksi padi tersebut bukan gabah konsumsi namun produksi Padjajaran berstatus sebagai calon benih kering sawah sehingga harganya di atas harga pasar yang berlaku di wilayah panen. Peningkatan produktivitas pada area demonstrasi yang sangat signifikan dibandingkan dengan pada musim tanam sebelumnya tentunya memberikan nilai keuntungan usaha tani yang besar bagi pelaku pembudidaya padi, baik dari sisi waktu budidaya yang termasuk singkat maupun dari sisi perolehan volume panen yang tinggi.
  3. Aspek sosial terkait minat petani di sekitar wilayah demonstrasi. Petani sangat terkesan dengan umur yang sangat pendek dibandingkan dengan umur padi pada umumnya.
  4. Petani juga sangat menaruh perhatian dari sisi produktivitas dan harga jual varietas Padjajaran yang tergolong tinggi dan bebas dari intervensi harga pasar. Petani sangat menaruh harapan besar untuk melakukan kelanjutan budidaya varietas Padjajaran pada musim tanam berikutnya.

Padjajaran yang diartikan secara filosofis dari kebesaran namanya yang berkomposisi kekuatan, ketahanan, dan keberhasilan mampu menampakkan sifat genetiknya sebagai ras padi inbrida unggul sebagai hasil persilangan Inpari 5 dan IR 66. Faktor kekuatan dalam postur tanaman membuat Padjajaran tidak mengalami kerebahan. Sifat mudah rebah pada tanaman padi merupakan momok yang sangat mengkhawatirkan para petani. Sedangkan unsur ketahanan yang dimiliki meliputi tingkat adaptasi dalam menghadapi cekaman kering dan suhu tropis. Ketahanan dalam gangguan organisme pengganggu tumbuhan penting juga diperhatikan karena tingkat kerusakan tanaman nihil. Nilai keberhasilan dari budidaya varietas Padjajaran bisa dilihat dan dianalisis dari konfigurasi antara nilai aspek agronomi, ekonomi, dan sosial dalam penerapannya di tingkat demonstrasi petani.

Kesuksesan budidaya perdana varietas Padjajaran di kampung Batubessi adalah sebagai sebuah strategi menuju kemandirian benih di daerah. Ketersediaan benih di tingkat lokal petani dan varietas beradaptasi baik akan memudahkan para petani padi untuk memperolehnya dalam waktu yang tepat dan mutu benih terjamin.

Manfaat utama yang tak kalah pentingnya adalah sebagai upaya antisipasi terhadap perubahan iklim dunia yang mensyaratkan adanya karakteristik varietas padi yang berumur genjah, resisten terhadap kekeringan ekstrem dan kekurangan pasokan air irigasi namun produktivitasnya tetap dijamin tinggi.

Eksistensi varietas Padjajaran pada musim tanam gadu telah membuktikan kemampuan penyesuaian varietas dalam menghadapi cekaman lingkungan seperti cekaman suhu ekstrem, gangguan OPT, dan pengelolaan air tanaman. Realitas lapangan tersebut sekiranya bisa dijadikan rujukan awal untuk melakukan keberlanjutan budidaya baik pada lahan optimal maupun di lahan suboptimal. Pertanaman dalam kondisi normal menghadapi anomali sehingga varietas Padjajaran layak direkomendasikan sebagai sebuah varietas untuk mendukung setiap kegiatan optimalisasi peningkatan indeks pertanaman.

Demikianlah gambaran VUB Padjajaran yang telah diselenggarakan budidayanya di Batubessi, tentunya tak terlepas pula dari keuletan dan ketekunan pelaku usaha taninya yaitu Bapak Sultan Kasau sebagai Ketua Kelompok Tani Cenrana II. VUB Padjajaran memberikan pilihan pada program solusi cepat dalam menyiasati lingkungan tumbuh untuk penggunaan benih berumur pendek dan tetap konsisten berproduksi tinggi. Pada proses ini, benih padi yang dihasilkan yang bervarietas Padjajaran tak lain adalah untuk mendukung peningkatan kesejahteraan maupun kemakmuran petani.

Barru,20 Agustus 2024

*Warga Bengkel Narasi Indonesia, Jakarta

(Visited 147 times, 2 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.