Ibuku, Malaikatku
Kukunci goresan penaku ini dengan pemeo lawas, bahwa “Kasih Ibu Sepanjang Jalan, Kasih Anak Sepanjang Penggalah" adalah ungkapan yang menggambarkan kedalaman ikatan kasih sayang ibu dan anak.
Kado Buku untuk Sahabat
Kukunci goresan penaku ini dengan pemeo lawas, bahwa “Kasih Ibu Sepanjang Jalan, Kasih Anak Sepanjang Penggalah" adalah ungkapan yang menggambarkan kedalaman ikatan kasih sayang ibu dan anak.
Kini, saat perjalanan kuliah telah kita selesaikan, mari kita terus merawat persahabatan ini. Walau mungkin tak lagi bisa bersebelahan di bangku kuliah, kita bisa menjaga komunikasi dan bertemu di lain…
"Hidup ini sekadar numpang lewat" telah mengajarkan kita untuk merenung dan menyadari arti sebenarnya dari hidup.
Oleh : Tammasse Balla Entah sudah berapa kali kujalani penerbangan internasional (international flight). Jumlah eksaknya sudah agak lupa pastinya. Dalam catatan kasarku, sudah di atas seratus kali terbang ke dan…
Oleh: Tammasse Balla Akhirnya, impianku terwujud! Liga Inggris adalah salah satu liga sepak bola yang kugandrungi sejak TV masuk kampung era 80-an. Waktu itu, Liga Inggris hanya dapat disaksikan melalui…
Oleh : HTB* Sewaktu masih kecil di kampung, aku dikenal sebagai “anak mama”. Bukan berarti anak manja yang diproteksi dan dituruti semua kemauannya. Tidak seperti anak laki-laki lain sebaya yang…
Karya: HTB Rindu ini mekar lagi pagi iniHijau kuncup di penghujung RamadanDesak jiwa sesak napas menanti hadirmuSosok Mama pahlawankuWakil Allah di bumi Pernah kulihat garis-garis halus di wajahmuPerlahan namun pasti…
Oleh: HTB Sakura, hidup tak panjang, tapi bermakna, lalu mati. Penulis berandai-andai, seandainya masyarakat Indonesia memaknai Anggrek seperti halnya Sakura bagi orang Jepang, tentu hidup akan jauh lebih bermakna dan…
Tak ada salahnya sahabat istriku melabeliku sebagai penulis puisi. Sungguh itu tidak salah, bahkan kuberterima kasih kepadanya.
Oleh : H. Tammasse Balla* Sore berangsur merangkul senja. Mentari jingga di ufuk barat pelan turun menuju peraduannya. Tak lama pun senja menjemput malam. Seperti biasanya, kududuk di “surau” rumah…