Hari Sabtu pagi 24 Juli 2021 perasaannku laksana sedang menunggu kekasihku yang akan datang melamarku. Rasaku seperti gado-gado, ada rasa bahagia, gelisa, khawatir, dan gembira, bercampur menjadi satu.
Bahagia dan gembira karena yang ditunggu akan segera datang penuh energi familiar. Tinggal menghitung jam yang dinanti pemberi semangat hidupku akan segera muncul menyapa. Gelisa dan khawatir karena takutnya cuaca tidak mendukung pertemuanku dengannya, padahal saya sudah mempersiapkan segelanya untuk menyambutnya penuh antusiasme.
Waktu terus berjalan, dan semakin mendekat detik-detik pertemuan yang telah disepakati. Namun benar kekhawatiranku dari pagi, cuaca kurang mendukung. Saya gelisah apa yang harus kulakukan supaya bisa melihat secara langsung semua orang yang ikut bergabung dalam acara webinar launching buku “Sumpah Pena” karya spektakuler sang inspirator Ruslan Ismail Mage (RIM) yang berkolaborasi dengan sang arsitek Bengkel Narasi Kuspriyanto (Iyan).
Chainel handphone tidak bersahabat, sangat susah mendapatkan jaringan di tempatku. Aku tidak sabar membayangkan teman di Bengkel Narasi (BN) sudah bergabung semua saling menyapa, sementara aku masih sibuk mencari koneksi internet.
Demi ilmu yang tidak bisa saya dapatkan ditempat lain selain di BN, saya nekat memanjat untuk mendapatkan jaringan internet lebih bagus agar bisa mengikuti zoom meeting launching buku “Sumpah Pena.”
Saya berpikir ilmu menulis ini sangat berguna untuk masa depan, terlebih didapatkan secara gratis dari BN (tempat saya menjadi anggota aktif). Jadi bagaimanapun caranya saya akan lakukan untuk mengikuti pencerahan sang inspirator menulis BN bang RIM.
Karena saya sangat berharap bisa ikuti kegiatan ini, semantara jaringan di rumahku tidak mendukung untuk ikut zoom, akhirnya saya coba memanjat naik sampai di loteng tetangga untuk mendapatkan jaringan internet demi ilmu yang saya dambakan ini.
Alhamdulillah, kebaikan tetangga membuatku bisa mengikuti webinar ini dari awal sampai selesai. Saya sangat bangga dan bersyukur sekali bisa bergabung dengan orang-orang hebat di BN. Saya terus termotivasi untuk belajar menulis apapun yang ada di hati dan pikiran. Dari atas loteng tetanggaku saya bisa mendapatkan ilmu yang luar biasa dari BN yang tidak bisa dinilai dengan uang atau materi.
Terima kasih bang Rim dan kang Iyan, in syaa Allah ilmunya bermanfaat untuk masa depan saya. Semoga saya juga bisa menitip hati di bumi, sebagaimana bang RIM selalu pesankan kepada seluruh keluarga besar BN.
Kolaka Utara
Semangatmu kak muli ikut membakarku juga… 💪💪💪