Eksistensi dari komunitas menulis untuk anak-anak negeri Pena Anak Indonesia (PAI) bukan kaleng-kaleng. Mereka sudah membuktikan bahwa mereka adalah anak-anak yang penuh imajinasi, kreativitas tanpa batas, memiliki daya nalar yang mengagumkan, kritis, dan mandiri. Mereka adalah anak-anak yang cerdas, aktif di organisasi namun dapat menyeimbangkan antara belajar, berkarya, dan berprestasi. Mereka adalah generasi emas bangsa yang penuh potensi, penuh dengan ide-ide besar, yang kelak akan menjadi pemikir-pemikir bangsa.
Kabupaten Kolaka Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia dan beribu kota di Lasusua. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kolaka yang disahkan dengan UU Nomor 29 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, berdasarkan kebijakan pemerintah pusat menetapkan wilayah bagian utara Kabupaten Kolaka yang telah mekar menjadi Kabupaten Kolaka Utara juga dikenal dengan nama “Patowonua” (artinya empat wilayah yang dipersatukan, yakni; Wonua Lewawo, Wonua Lato, Wonua Watunohu, dan Wonua Kodeoha).
Berdasarkan sejarah, penduduk asli Kolaka Utara merupakan Suku Tolaki yang menggunakan Bahasa Tolaki dengan dialek Mekongga dalam kesehariannya. Sumber pendapatan utama kabupaten ini adalah perkebunan kakao, kelapa dan cengkih. Sekitar 80% penduduk kabupaten ini bergantung pada perkebunan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kolaka Utara, selain kaya akan potensi alamnya, sumber daya manusianya juga tak kalah hebatnya. Potensi yang dimiliki generasi muda di daerah ini sungguh membanggakan. Karya literasi anak-anak Kolaka Utara tidak bisa dipandang sebelah mata. Anak-anak Kolaka Utara adalah pejuang literasi yang hebat. Mereka adalah pelanjut tongkat estafet literasi bangsa. Mereka memperkenalkan potensi daerahnya melalui goresan pena yang tak pernah mengering.
Kita dapat membaca karya-karya mereka yang tersusun dengan narasi-narasi yang mengundang decak kagum pembaca. Tidak ada momen yang terlewatkan begitu saja. Semua menjadi inspirasi yang dituangkan dalam karya tulis yang memesona. Kini, karya-karya mereka sudah bisa kita nikmati dalam buku yang elegan dan menarik berjudul” Pena Anak Indonesia untuk Bumi Patampanua”. Desainnya cantik, isinya pun tak kalah menariknya karena ditulis dengan hati. Mereka begitu polos bercerita tentang apa yang dirasakan dan apa yang ada dalam pikiran mereka.
Ada beberapa penulis dalam buku ini yang konsisten dengan genre tertentu, seperti cerita horor, romantisme/kisah cinta remaja yang tak lekang oleh waktu, petualangan, dan genre lainnya. Kadang ketika membaca tulisan mereka di website PAI, terutama cerita horor, sampai bergidik dan merinding. Kagum akan kekuatan imajinasi mereka yang kadang tidak sampai ke pemikiran kita sebagai pembaca. Alur ceritanya pun beragam. Penokohan dalam cerita didesain begitu apik dengan karakter yang majemuk. Tokoh utama kadang memiliki peran dan karakter yang antagonis, namun pada akhirnya kembali sebagai tokoh yang baik hati. Semua itu menandakan betapa mereka begitu menjiwai setiap karya yang ditulis. Daya nalar kritis yang dimiliki merupakan hal yang menjadikan setiap karya mereka menjadi berkualitas.
Akhirnya, sebagai pembina di komunitas menulis Pena Anak Indonesia (PAI), saya memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada anak-anak hebat Kolaka Utara yang telah berjuang membumikan literasi ke seluruh pelosok negeri. Selamat, karya nyata ini adalah bukti bahwa kita harus selalu memberikan dan membuka ruang kepada anak-anak kita untuk mengembangkan dan menggali semua potensi yang mereka miliki.
Mereka itu unik. Mereka memiliki bakat dan minat yang beragam. Kalau bukan kita yang memunculkan mereka ke permukaan, siapa lagi? Ada banyak hal yang menarik pada diri anak-anak kita; ketika diberikan kesempatan akan menunjukkan prestasi yang gemilang. Jadi, jangan pernah meremehkan potensi mereka. Mari kita tuntun dan bina agar ide-ide kreatif itu dapat disalurkan.
Selamat menikmati menu literasi yang berkualitas dari anak-anak hebat Kolaka Utara. Salam literasi!
Watansoppeng, 14 September 2023
Gusnawati
Editor