Masih dari sudut kantor yang berbudaya lingkungan, Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Sulawesi dan Maluku, terselip sebuah ruang Perpustakaan multi fungsi, Senin, 27 Oktober 2025.
Dari luar ruangan tampak sunyi boleh dikatakan minim pengunjung, namun di dalamnya tersimpan kehidupan yang ramai oleh pengetahuan dan imajinasi.
Ketika saya sedang ingin meluruskan kaki, merelaksasi otak kanan dan kiri, tanpa sengaja menemukan buku terbilang lawas namun sarat makna yang berjudul “Merobek Demokrasi.”
Dari situ saya sadar, bahwa perpustakaan dibuat bukan sekadar tempat bercerita “pepesan kosong” atau meminjam buku tok, melainkan ruang untuk menumbuhkan gagasan dan memupuk inspirasi.
Ruang perpustakaan adalah jantung ilmu, tenang, tapi penuh kehidupan.
Dari ruang baca ini pula, saya meresensi buku Merobek Demokrasi, koleksi Perpustakaan.

Berikut resensinya:
Judul buku: Merobek Demokrasi
Penerbit: Pijar press-Kerjasama dengan Harian Fajar dan Ikatan Penulis Indonesia Makassar (IPIM) Sulsel, 2018.
Tentang Penulis:
FAISAL SYAM adalah Direktur Media Koran Fajar. Pendidikan Strata Satu (S1) di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (UNHAS) dan Stratra Dua (S2) di Program Magister Manajemen Nitro, Makassar. Riwayat Pekerjaan: 1987 Jurnalis buletin Wahana Nusa (SMA 2 Makassar), 1990 – Wartawan Harian Fajar, 2007 Koordinator Kantor Berita Fajar Media Centre (FMC) di Jakarta, 2008 Pemimpin Redaksi Tabloid Negarawan di Jakarta, 2010 – Kepala Redaksi Harian Fajar / Wadir Produksi Media Fajar, 2012 Pemimpin Redaksi Harian Fajar/Direktur Produksi Media Fajar, 2014 sekarang – Direktur Media Fajar. Adapun pengalaman organisasi: Pengurus: Indonesia Marketing Association (IMA) Chapter Sulsel, Pembina Komunitas Tangan di Atas (TdA), Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulsel.
Penghobi membaca, menulis, nonton dan jalan-jalan ini, juga telah menghasilak karya tulis berrupa buku yakni: I Love Monday, Inspirasi Tiada Batas.
ANDI BASO TANCUNG, lahir 12 Oktober 1970 di Ma’rang, Pangkep, Sulawesi Selatan, adalah staf pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan. Pendidikan formal yang pernah ditempuh antara lain SD Negeri dan SMP Negeri Pangkep, SMU di Makassar, dan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dan Program Studi Pesisir dan Teknologi Kelautan, Program Pascasarjana UMI Makassar. Penulis adalah PNS pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan dan seorang praktisi (petambak).
Produktif menulis di koran dan majalah lokal dan nasional. Telah menulis beberapa buku di antaranya: Pengembangan Budi Daya Udang Windu Berbasis Teknologi (Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selatan dan Hasanuddin University Press, Makassar, 2005); Membangun Perikanan: Potensi, Prospek dan Permasalahannya (Hasanuddin University Press, Makassar, 2007); Pengelolaan Kualitas Air dalam Budi Daya Perairan, ditulis bersama M. Ghufran H. Kordi K. (PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2007); Pengembangan Balai Benih Ikan, ditulis bersama M. Ghufran H. Kordi K. (Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selatan dan Media Karya Utama, Makassar, 2008); Dunia Flora dan Fauna: Penyu, ditulis bersama M. Ghufran H. Kordi K (Pijar Press, Makassar, 2010); Dunia Flora dan Fauna: Kima, ditulis bersama M. Ghufran H. Kordi K (Pijar Press, Makassar, 2010); dan Profil Perikanan Budidaya Sulawesi Selatan ditulis bersama Sulkaf S. Latief (Pijar Press, Makassar, 2010); Narkoba Perpendek Umur Manusia: catatan keprihatinan dan mawas diri (Pijar Press, Makassar 2017).
Meski bekerja pada DKP Sulsel, ia pernah dipekerjakan atau diperbantukan pada Badan Narkotika Nasional dan Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan kurang lebih tiga tahun.
AHMADIN UMAR, seorang pekerja buku, pengajar, jurnalis, dan Chief Editor Portal Berita TebarNews. Lahir di Kadempak, sebuah perkampungan terpencil di Pulau Selayar Sulawesi Selatan, 24 Februari 1972.
Pada 1980 ia hijrah bersama kedua orang tuanya ke Lasusua Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara dan menyelesaikan studi Sekolah Dasar hingga SLTA.
Riwayat pendidikan: SD Negeri Lasusua, SMP Negeri 1 Lasusua, Madrasah Aliyah Ar-Rasyadiyah Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Melanjutkan studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Ujung Pandang (S1), Universitas Veteran Republik Indonesia (S1), Universitas Negeri Makassar (S2), dan menyelesaikan studi Program Doktor (S3) Ilmu Sosial Pascasarjana pada Universitas Hasanuddin (2011).
Selain mengajar sejarah dan sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNM dan Program Pascasarjana pada perguruan tinggi yang sama, ia juga aktif meneliti, dan menulis di berbagai media cetak serta jurnal ilmiah. Bahkan telah menulis beberapa judul buku antara lain: Sejarah Islam, Sejarah Agraria, Metode Penelitian Sosial, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, Pesona Realitas Palsu, Nusa Selayar: Sejarah Kebudayaan Masyarakat di Kawasan Timur Nusantara, Misteri Jejak Kehadiran Nabi Muhammad di Tanah Gantarang: Jejak Siar Islam di Pulau Selayar, Nelayan Tradisional dan Modernisasi: Potret Masyarakat Pesisir di Pulau Selayar, Pelautkah Orang Selayar?: Tanadoang dalam Catatan Sejarah Maritim, dan lainnya. masing-masing 15 buku.
Dari berbagai karya tersebut, merupakan karya tunggal dan 8 lainnya adalah karya bersama (kumpulan tulisan). Tinggal di Makassar sejak 1994 hingga sekarang.
Sinopsis:
“Merobek Demokrasi”, itulah judul yang sengaja dipilih untuk buku yang merupakan kumpulan tulisan ini. Pilihan tersebut tentu bukan tanpa alasan dan pun tidak bermaksud mengabaikan pentingnya sejumlah judul atau topik menarik yang tersaji pada setiap bagian dan halaman pada isi buku. sebuah asumsi dasar yang melatari pencamtuman judul tersebut yakni berangkat dari pemikiran bahwa istilah “demokrasi’ cukup representatif mewakili judul lainnya. mengapa? sifat general demokrasi membuanya ia bisa bersesuaian serta dapat masuk ke ranah disiplin ilmu pengetahuna. dengan demikian, siapapun dan dari profesi apapun dapat mengkaji wacana, proses, maupun problem demokrasi tersebut yang dihubungkan dengan berbagai hal.
Di sisi lain ‘demokrasi’ selalu menjadi trending topic yang mengundang hasrat banyak orang untuk memperbincangkannya, mulai warung kopi sederhana pinggir jalan hingga cafe mewah di hotel-hotel. hal ini merupakan bukti betapa demokrasi tersebut menjadi hal penting tidak hanya dalam bidang politik, tetapi pada berbagai aspek kehidupan dimana implementasi dekomrasi adalah dambaan semua masyarakat. dalam dunia pendidikan misalnya, proses penyelenggaraannya selalu diharapkan berjalan secara demokratis dimana pendidikan idealnya berpihak kepada kepentingan dan kebutuhan rakyat.
Dalam bidang budaya demokrasi juga menjadi dambaan setiap masyarakat, dimana proses penentuan kebijakan kebijakan pemerintah di sektor ini senantiasa diharapkan berpihak kepada kepentingan rakyat. pun dalam bidang supremasi hukum menyangkut persoalan sosial kemasyarakatan, rakyat mendambakan demokratisasi di terapkan sebagaimana seharusnya.
Dengan demikian sudah jelas seperti diurai dalam buku ini, bahwa demokrasi memang perlu dipahami sebagai sebuah ajaran kemanusiaan, agar ia memberi arti bagi kehidupan manusia.
Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa demokrasi bukan sekadar jargon dalam sebuah proses politik yang ada. Demokrasi bukan juga sekadar pilihan sebuah proses berlangsung proses politik disatu negara tertentu, tetapi paling tidak demokrasi telah mengurai berbagai problematik sosial untuk kemudian demokrasi ditawarkan sebagai agency yang tepat bagi keberlangsungan kehidupan bernegara.
Mengapa? Dalam fenomena politik kekinian, di bawah kondisi demokratis, kepentingan dan kekuasaan tak bisa diperoleh lewat jalan pemaksaan, tetapi melalui konsensus yang memerlukan penghormatan publik atas rule of law.
Sekadar dijelaskan bahwa buku ini memuat sebanyak 40 tulisan terpilih dari artikel opini yang pernah dimuat di Harian Fajar. Artinya, tidak semua tulisan yang pernah tampil di rubrik opini Koran tersebut dimuat dalam buku ini, tetapi hanya sebatas yang terpilih saja.
Untuk itu, merupakan suatu kebahagiaan dan kehormatan tersendiri bagi para penulis yang artikelnya termuat. Beragam tema dan topik melebur menyatu secara apik dalam buku ini, seperti: politik, korupsi, sosial, ekonomi, budaya, pariwisata, pendidikan, kota, dan lainnya. Pilihan tema yang variatif dan gaya khas setiap penulis artikel tersebut, menyuguhkan menu bacaan menarik kepada segenap pihak terutama para pecinta buku.
Pada penghujung bahasan dalam buku ini pembaca dapat menikmati ulasan wacana tentang perlunya menyempurnakan proses berdemokrasi di Indonesia dalam bentuk pengadaan pilihan alternatif kotak kosong dalam setiap proses penyelenggaraan pemilihan umum. Hal ini terangkai dalam sebuah tulisan bertajuk “Kotak Kosong dalam Narasi Demokrasi”.
Haruskah membiarkan demokrasi tersebut terobek oleh tindak kekerasan oknum tidak bertanggungjawab. Tentu saja jawaban bijak yang mucul adalah “tidak”. Untuk itu jika kita sepakat bahwa demokrasi adalah ajaran kemanusiaan yang dapat memberi arti dan menghamparkan makna bagi kehidupan sosial berbangsa dan bernegara, mari menjaga dan merawat.
Selamat membaca. Semoga buku membawa manfaat dan berkah bagi segenap pihak yang membacanya.
