Oleh : Pusvita Sari
Banyak yang ingin kusampaikan padamu
Bagaimana bersukurnya aku dipertemukan dengan orang sebaik dan setulus dirimu
Tapi aku tak bisa mengatakannya, karena terlalu banyak
Aku juga bingung
Apa yang harus kutulis untuk menyampaikan seluruh perasaan ini padamu
Aku tau luka yang kuberikan sangat banyak dan tak terhitung
Tapi kau sedikit pun tak pernah marah padaku
Kau memilih memaafkan dan tetap memperlakukan aku dengan sebaik-baiknya
Aku yang terlalu bodoh
Tak pernah melihat perjuanganmu
Aku terus berjalan meninggalkanmu
Tanpa kusadari kau adalah sosok yang selama ini aku cari
Namun, tetap aku sakiti
Aku tau, berkali-kali aku terjatuh
Dunia kugelap dan tak kutemukan siapa pun di sisiku
Kau selalu siap mengulurkan tanganmu untuk menopangku
Kau selalu ada
Seburuk apa pun keadaannya
Kau adalah rumah yang aku punya
Kau yang selalu memeluk seluruh keburukanku
Kau yang selalu mendengarkan keluh kesahku
semuanya, kau yang paling tau bagaimana diriku
Kau sudah bertahan sekuatmu
Kita hanya berjalan di poros takdir yang Tuhan gariskan
Dadaku sesak saat mengingatmu
Ada rasa sakit di dalamnya
Namun, aku tak bisa mengeluarkan air mata
Doamu yang menguatkanku sampai hari ini
Cintamu yang menopangku selama ini
Dan kau adalah alasan aku bertahan hidup bahkan sampai hari ini
Aku tak tau akan seperti apa ke depannya
Aku tau kamu selalu mendoakan kebaikanku, selama ini, dan seterusnya.
Rasa sakit, kekecewaan, semuanya telah kuberikan padamu
Aku tau kau takkan pernah mengembalikan luka itu kepadaku
Tapi Tuhan kita adil
Dan semua itu sudah kembali kepadaku
Aku tau ini terlarang
Aku mencintaimu
Namun, rasa itu ada, sebatas itu yang bisa kulakukan
Aku sadari, aku mencintaimu selama ini
Aku tau sebanyak apa pun air mata yang menetes untukmu
Sebanyak apa pun penyesalan yang aku luapkan takkan pernah mampu mengembalikanmu dalam pelukanku lagi
Aku hanya mampu pada batas, melihatmu, menikmati kebahagiaanmu.
Maafkan, terima kasih.