Oleh: Aldo Jlm
Sudah menjadi rutinitas pada tahun-tahun sebelumnya, di penghujung akhir tahun, gereja Katolik selalu mengadakan misa syukuran, atas rahmat yang kita terima di tahun ini baik suka maupun duka yang kita lalui bersama di setiap tahunnya, layaknya sebuah drama kehidupan nyata.
Dalam homilinya romo “João Gaspar” mengatakan bahwa, seperti istilah anak muda di sosmed “Drama 365 kita lalui bersama” baru saja melewatinya dan menanti drama baru yang akan datang, apa yang akan terjadi nanti kita semua belum tahu. Namun sekarang merupakan episode terakhir drama 365, di tahun 2022, mari kita tetap bersyukur, “pada Tuhan, pada keluarga, pada komunitas dan pada negara”, dengan saling mengampuni dan memaafkan satu sama lain, dan mari kita bersama-sama menyongsong episode dan drama 365 baru dengan “cinta, damai, tenteram dan sejahtera” di antara kita.
Seruannya begitu memukau dan menyentuh hati para pendengarnya, hingga sang komentator mengomentarinya bahwa, “ini merupakan homily brilian di malam ini, mari kita berikan aplaus pada romo, yang selalu mengingatkan kita akan drama kehidupan kita, baik yang sudah kita lewati maupun yang akan datang”.
Kata-katanya begitu singkat dan padat tapi sangat menyentuh hati para pendengarnya, namun dengan gaya bicaranya yang demikian ia selalu menyoroti kehidupan riil sehari-hari dengan lugas dan tegas, ia tidak banyak bicara layaknya orang-orang pengkhotbah besar lainnya. Apa yang ia utarakan merupakan drama nyata kehidupan sehari-hari selama 365 hari dalam setahun. Drama 365 itulah yang kita merefleksikan bahwa kita telah berbuat baik atau buruk di dunia ini.
Di lain pihak di awal tahun 2023, misa pembukaan tahun baru ini, yang biasanya merayakan hari raya “Santa Maria Bunda Allah” dan “Hari Perdamaian Dunia”, Romo Aquilis dalam khotbahnya menekankan budaya 4M yakni, “mendengar, merefleksikan, memutuskan dan melaksanakan”.
Dulu Bunda Maria menerima kabar dari malaikat Gabriel padanya bahwa ia akan jadi bunda Tuhan, hal pertama yang ia lakukan adalah mendengar apa arti salam dari Tuhan, lalu Ia bertanya, “Bagaimana hal ini akan terjadi, jika saya tidak bersuami?”. Namun setelah ia mendengar penjelasan malaikat Gabriel bahwa, ia akan mengandung dengan Roh Kudus, maka langkah selanjutnya ia merefleksikan isi pesan itu lalu memutuskan dan melaksanakannya. Meskipun dalam drama kehidupan mereka selalu jadi incaran penguasa waktu itu, namun ia tetap berpegang teguh dan percaya pada Tuhan dalam menjalankan amanat Tuhan di dunia ini, dengan penuh tantangan, dalam membesarkan Yesus bersama Santo Yosep.
Berkaitan dengan drama kehidupan kita di masa kini, budaya 4M ini sudah tidak dihiraukan lagi, karena sekarang kita sudah di alam demokrasi sehingga kita sering mengabaikannya. Di sekolah murid-murid sudah tidak mendengar para gurunya, meskipun gurunya sebagai panutan bagi mereka, mereka tidak menghirukannya, sehingga kehidupan mereka jadi sembrono. Nilai mereka ada di tangan guru, namun nyawa guru ada di tangan murid, sehingga gurupun takut mengambil keputusan. Di lain pihak peraturan pemerintahpun berpihak pada murid dan mengikat guru untuk tidak menegur, memukul, menghukum murid-muridnya. Sehingga kualitas pendidikan pun sekarang jadi menurun. Dulu kami takut pada guru, tapi sekarang tidak, murid yang jauh melebihi gurunya, mungkin hal ini karena pengaruh sosmed, demokrasi, semuanya sudah mempunyai hak untuk berbuat sesuka hatinya.
Di keluarga suami tidak mendengar istrinya dan sebaliknya, begitu juga anak-anak tidak mendengar orang tuanya. Akhirnya timbul permasalahan perselingkuhan dalam keluarga, anak-anak hidup menurut kemauannya sendiri dengan mengikuti grup bela diri “arte marsiais”, yang berujung pada pengacauan, pembunuhan, pemberontakan, perusakan, dsb. Dalam negara pun para pemimpin tidak mendengar para rakyatnya sehingga banyak pembangunan yang tidak tepat pada sasarannya.
Dalam komunitas pun budaya 4M sudah tidak berlaku lagi. Kita selalu sibuk dengan adat dan budaya kita, berpesta-pora, pendidikan anak-anak kita dihiraukan, kesejahteraan kehidupan kita tidak pernah tercapai. Orang-orang cina bekerja kerja membangun aneka macam toko di daerah kita, untuk mengambil dolar kita ke luar negeri, kita malas untuk bekerja, tapi hidup bergengsi. Kehidupan kita tidak akan pernah berubah, meskipun kita terima gaji perbulan seribu dolar juga selalu tidak mencukupi kehidupan kita. Drama kehidupan 365 berikutnya tidak akan merubah kehidupan kita jika tidak menerapkan budaya 4M ini, karena kita tidak saling mendengar satu sama lain, merefleksikan pesan yang diterimanya, lalu memutuskan hasil refleksi dan melaksanakan kehidupan kita yang sebenarnya.
Sama seperti kita memilih pasangan hidup kita, pertama kita harus saling mendengar satu sama lain dalam segala hal, kemudian merefleksikan pesan dan kesan itu, lalu memutuskan apakah kita bisa bersama membangun bahtera rumah tangga atau tidak, setelah itu baru kita melaksanakan amanat, supaya kehidupan kita menjadi damai, tenteram dan sejahtera, dalam membangun rumah tangga kita di masa kini dan masa depan.
Itulah sekilas amanat dari kedua romo di atas “João Gaspar dan Aquilis” yang selalu mengingatkan akan drama-365 berikutnya, dimana drama-365 sebelumnya menjadi sebuah pelajaran bagi kita, agar kita tetap waspada dan menjalankan kehidupan kita ini dengan budaya 3M, mendengar, merefleksikan, memutuskan dan melaksanakannya dengan penuh cinta, dan damai, sehingga kehidupan kita berubah menjadi lebih baik dan terciptalah surga di bumi.
By Aldo Jlm
Edisi, 0201’23