Oleh: Sumardi
Secara teoritis terdapat paling tidak lima tipe Pemimpin dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintahan. Tipe pemimpin tersebut mulai dari pemimpian demokratis, otoriter dan karismatik. Selain itu juga terdapat tipe pemimpin militeristik dan tipe paternalistik. Konon kabarnya tidak ada satu jenis atau tipe pemimpin yang cocok untuk semua situasi dan institusi. Dalam sebuah organisasi pemerintahanpun dibutuhkan kombinasi berbagai gaya kepemimpinan agar pelaksanaan tugas sehari-hari dapat berjalan secara optimal dan akhirnya visi organisasi dapat terwujud.
Dalam situasi tertentu kadangkala seorang pemimpin perlu menerapkan gaya demokratis untuk menyerap aspirasi dari staf bawahan. Hal ini penting agar mereka merasa “diuwongke” atau dihargai sebagai bagian dalam sebuah organisasi. Mereka harus dididik untuk mempunyai rasa memiliki organisasinya. Sebagaimana semboyan Pangeran Mangkunegoro I yang penuh dengan makna filosofis tidak ada salahnya diterapkan dalam sebuah organisasi yaitu “melu andarbeni, melu angrungkebi, mulat sariro angroso wani” artinya ikut memiliki, ikut menjaga, dan berani mawas diri.
Dalam kondisi tertentu seorang pemimpin silahkan untuk menerapkan tipikal pemimpin yang otoriter. Misalnya dalam kondisi genting, terdapat konflik berbahaya atau keputusan yang harus segera diambil untuk sebuah penyelamatan maka pemimpin tidak perlu berdebat panjang lebar meminta masukan atau menggunakan sarana rapat untuk mengambil keputusan. Tipikal otoriter menggunakan kewenangan yang melekat di pundak pemimpin untuk memerintahkan atau melarang suatu tindakan. Komando pemimpin harus dilaksanakan tanpa perlu tawar-menawar, tidak perlu dibantah dan segera dilaksanakan oleh bawahannya. Namun kembali lagi bahwa dalam sebuah organisasi non militer tipikal kepemimpinan otoriter sebaiknya tidak sering digunakan oleh sang pemimpin.
Dalam praktik birokrasi pemerintahan sering kita jumpai model kepemimpinan yang tidak produktif bagi sebuah organisasi. Pemimpin hanya mendengarkan dari orang atau staf bawahan tertentu saja kurang mau mendengarkan masukan dari staf atau pejabat lainnya. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya bias dalam pengambilan keputusan bahkan bisa berdampak kepada ketidakadilan dalam sebuan institusi. Masukan satu orang tertentu saja sangat beresiko untuk dimanipulasi oleh staf dalam rangka memperoleh keuntungan pribadi dari sebuah kebijakan yang ditetapkan oleh pemimpin. Tentu saja berbeda jika masukan itu berasal dari banyak staf atau bawahan sehingga terdapat banyak pilihan dan kesempatan berdiskusi untuk memilih serta memilah mana yang paling baik untuk sebuah keputusan yang akan diambilnya.
Kemampuan mendengar bagi seorang pemimpin adalah dalam rangka mengetahui keluhan, permasalahan dan harapan para anggota sebuah organisasi. Semakin banyak dan mau mendengar maka seorang pemimpin akan mendapatkan banyak juga informasi penting untuk mengambil sebuah kebijakan yang berpihak kepada sebuah keadilan. Dampak dari semua itu adalah pemimpin akan mendapatkan trust dari bawahannya. Kalau dalam sebuah organisasi sudah terwujud keadilan dan tidak ada permasalahan yang signifikan maka pemimpin akan mudah membawa organisasi itu menuju cita-citanya.
Untuk itulah pemimpin yang mau dan mampu mendengar sangat dibutuhkan dalam era saat ini. Jika seorang pemimpin tidak mau mendengar dari staf yang lain tentu saja akan menimbulkan hilangnya motivasi, munculnya sikap apatis dan hilangnya kebersamaan. Kebersamaa yang dibangun akhirnya hanyalah sekedar retorika atau slogan yang minim akan dukungan dari staf atau sekedar formalitas belaka. Pada prinsipnya kebersamaan dalam sebuah organisasi dibangun atas dasar keadilan dalam konteks proporsionalitas. Jangan bicara kebersamaan kalau tidak ada keadilan. Jangan bicara kebersamaan kalau pemimpin tidak mau mendengarkan suara akar rumput dalam sebuah organisasi. Jadi kepemimpian itu adalah masalah bagaimana kalian mempraktikkannya di organisasi tempat kalian bekerja. Bukan seberapa banyak kalian mampu membeli buku teori kepemimpinan di toko buku yang bergengsi di berbagai kota dibelahan bumi ini lalu kalian menutup dua telinga anda rapat-rapat untuk mendengarkan orang lain. Selamat Pagi …..
Multi Karya, 23 Juni 2021
Penulis: PNS tinggal di Jakarta
