Oleh: Muhammad Sholeh Arshatta
Sebatang tua bangka adalah aku, yang bangkai di kursi roda. Tempat dulu anak-anak dipangku sepulang sekolah menyusu & menyewa separuh raga, sepenuh hati tanpa pamrih.
Aku berusaha jadi rumah paling ramah. Rela digilir tubuh-tubuh lusuh mereka yang datang dari antah berantah tiba-tiba merebahkan segala keluh kesah hingga mengantar beranjak dewasa.
Kini cinta dibalas air tuba. Mereka telah selingkuh pada kaya di villa megah & aku tua renta terlupa disia-siakan. Tiada sapa sesiapa.
Aku salah kaprah pelihara domba berbulu singa. Adalah remah-remah selingan belaka di mata mereka. Sampah rapuh tak setangguh penyangga rumah. Mereka hanya singgah di cintanya yang tak sungguh.
Pekanbaru, 2024
Puisi yg sangat dlm maknax tersirat kata penghianatan , ditinggal pergi oleh perselingkuhan , merajang hati tinggal meradang seorang diri