Kunjungan Diplomatik dan Apostolik Paus Fransiskus ke negara Indonesia yang terdiri dari 17 ribu pulau dan 700 ribu lebih suku adat, etnis, agama dan kepercayaan dari Sabang sampai Merauke yang dipersatukan oleh semboyang “Bhineka Tunggal Ika” bertoleransi dan berfalsafah Pancasila, yang dikagumi oleh Sri Paus Fransiskus.
Indonesia patut jadi contoh dan teladan bagi bangsa-bangsa lain di dunia, karena kemurahan hatimu menyambut dan menerima bapa suci Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi umat Katolik 5 miliar lebih di dunia, dan juga sebagai kepala negara Vatikan. Menurut uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo dalam wawancara khusus dengan Kompas (6/8/2024) bahwa, Indonesia dan Vatikan telah memiliki jejak hubungan yang panjang, dimana telah berlangsung sejak awal kemerdekaan Indonesia, dimana pada tahun 1947, Vatikan sudah memiliki perwakilan di Indonesia.
Kunjungannya ke Indonesia selama 4 hari ini membawa damai, menyebar kasih pada bumi Pancasila, agar umat yang mendiami negeri ini, dapat mengasihi satu sama lain, sesuai dengan ajaran Kristus yang merupakan sumber kasih, dimana ia rela mati di kayu salib untuk membawa umat manusia kembali pada pangkuan bapa di surga, bukan hanya para pengikutnya saja melainkan seluruh umat manusia dari berbagai keyakinan dan kepercayaan, karena Ia sendiri merupakan “jalan, kebenaran dan hidup”, jalan dan pintu satu-satunya bagi umat manusia untuk masuk surga kelak hidupnya berakhir di dunia ini.
Dalam kunjungan apostoliknya ke Indonesia untuk melihat langsung keberanekaragaman kalian, dengan semboyangnya “Faith, fraterniti, compassion (iman, persaudaraan, dan bela rasa).” Menurut Kardinal Suharyo, dibalik tema ini adanya pesan mendalam bahwa inti iman sejati adalah persaudaraan yang bisa berbela rasa, karena itu kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ini memiliki banyak makna sebagai negara yang memiliki beragam suku dan agama. Selain itu Ia juga merupakan cerminan dari sumber cinta kasih Tuhan Yesus Kristus. Maka apa yang diajarkannya sesuai dengan perbuatannya dalam belas kasihnya, kerendahan hatinya, mengajarkan kita untuk rendah hati, dan melayani sesama kita.
Dari kegiatannya selama 4 hari di Indonesia sebagai kepala negara ia mengunjungi istana negara RI, dan memberikan ceramah pada para pemimpin dan kedubes di negara RI ini, melawat gereja Katedral, Pertemuan Lintas Agama di Mesjid Istiqlal Jakarta, dan berakhir dengan misa akbar di GBK. Pesannya agar umat di Indonesia selalu hidup rukun, bertoleransi, menyebarkan kasih.
Dalam pidatonya di Istana negara Ia mengungkapkan rasa terima kasih atas undangan dan sambutan ramah Presiden Jokowi. Menurut Paus, Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang luas yang terdiri dari ribuan pulau yang dikelilingi laut yang menghubungkan Asia ke Oseania. Sebagaimana samudra adalah unsur alami yang menyatukan seluruh kepulauan di Indonesia, demikian pula sikap saling menghargai terhadap kekhasan karakteristik budaya, etnis, bahasa dan agama dari semua kelompok yang ada di Indonesia sebagai sebuah bangsa yang bersatu.
Kerukunan di dalam perberdaan yang dicapai ketika perspektif-perspektif tertentu mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan bersama dari semua orang dan ketika setiap orang suku dan denominasi keagamaan bertindak dalam semangat persaudaraan, sambil mengejar tujuan luhur dengan melayani kebaikan bersama. Bhineka Tunggal Ika, keadilan social, dan berkat ilahi merupakan prinsip-prinsip hakiki yang bermaksud untuk menginspirasi dan menuntun tatanan sosial. Prinsip-prinsip ini dapat disamakan dengan struktur pendukung, dari sebuah fondasi yang kokoh dalam membangun rumah.
Paus yang dikenal sebagai Paus yang sangat rendah hati, sehingga ia tidak memilih untuk tinggal di hotel melainkan tinggal di rumah sederhana yaitu di Kedutaan Vatikan, naik pesawat komersial, mobil sederhana, karena ia mengilhami gelar yang ia embangnnya yaitu Santo Fransiskus dari Asisi.
Pilihannya dengan mobil sederhana, rumah yang sederhana menandakan bahwa, kita dapat berjumpa dengan siapa saja, dengan keserdahanaan itu, karena menurutnya kekayaan, kemewahan dunia ini dianggap sebagai sekat-sekat di antara kita, untuk saling menyapa satu sama lain, baik dari jabatan, iman, dan lain sebagainya.
Paus menggagumi tali persaudaraan dan pedamaian di Indonesia, dengan bhineka tunggal ika, dan toleransinya yang luar biasa, sehingga patut dicontohi oleh negara-negara konflik lainnya seperti Palestina vs Israel, Rusia dan Ukraina. Kedua negara yang menolak perdamaian sehingga menimbulkan perang, dan membawa korban, Paus selalu menyerukan perdamaian, tetapi mereka tidak mengindahkannya.
Misalnya dua negara yang pernah bertikai Paus mencium kaki kedua kepala negara yang berperang, yang mempertahankan egonya, sehingga berdamai kembali.
Islam dan Katolik bersama menyebarkan pedamaian di dunia, mengingat nenek moyang kita adalah satu yaitu bapak Abraham. Kita mengimani satu Allah yang Esa dengan cara yang berbeda, bagaikan sungai yang mengalir dari satu sumber mata air.
Negara Indonesia telah menunjukkan kepada dunia bahwa, negara-negara konfilk lainnya perlu meneladani, falsafah Pancasila dan bhineka tunggal ikanya, meskipun dengan ribuan etnik, suku, ras, budaya, dan agama, namun disatukan dalam bhineka tunggal ika.
Hal inilah yang menarik perhatian Paus dalam lawatan kunjungan pertamanya ke Asia Pasifik, sebagai gembala tertinggi bagi umat Katolik yang membawa perdamaian dan pesan Injil bagi orang-orang yang lemah, orang pinggiran, yang tidak diperhatikan oleh para orang kaya dan orang berada.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ini memiliki arti penting bagi masyarakat Indonesia, bukan hanya umat Katolik saja melainkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Dimana umat Katolik dan umat Muslim telah membangun terowongan silaturahmi antara kedua agama ini, menunjukkan kepada dunia bahwa, Indonesia adalah negara paling toleran di dunia yang patut dicontohi oleh negara lain.
Dengan kunjungan Paus Fransiskus ke bumi Indonesia ini, dapat membawa berkah bagi seluruh umat beriman dari lintas agama lainnya, seperti Islam, Hindu, Budha, Protestan dan khususnya bagi umat Katolik se Indonesia, agar dapat meneladani ajaran dan aksinya sebagai gembala tertinggi mereka, pengganti Petrus dan Wakil Kristus di dunia. Yang terpenting adalah mempererat tali persahabatan kedua negara Vatikan dan Indonesia.
Edisi special Kunjungan Paus ke Indonesia 3-6 september 2024