Kisah Om Constâncio Freitas, Sang Gembala dan Petani Sejati

Di dunia yang semakin modern ini, banyak orang mengejar kesuksesan dengan pendidikan tinggi dan gelar akademik. Namun, ada pula mereka yang lulus dengan kehormatan dari Universitas Kehidupan, sebuah universitas tanpa gedung, tanpa dosen, tetapi penuh dengan pelajaran berharga yang didapat dari kerja keras dan pengalaman. Salah satu lulusan terbaik dari universitas ini adalah Om Constâncio Freitas, seorang gembala kerbau dan petani sejati yang mengabdikan hidupnya untuk mengolah tanah, menggembalakan ternak, dan berbagi kebahagiaan melalui kerja kerasnya hingga akhir hayatnya.

Rajin Menanam dan Mengolah Alam dengan Cinta

Om Constâncio adalah sosok pekerja keras yang tidak pernah lelah menanam dan merawat berbagai jenis tanaman. Ia percaya bahwa tanah adalah ibu yang memberi kehidupan, dan ia merawatnya dengan penuh cinta. Setiap pagi sebelum matahari terbit, ia sudah berada di ladang, membajak sawah dengan tangannya sendiri, menanam jagung, kacang-kacangan, ubi-ubian, dan berbagai sayur-mayur.

Di antara dedaunan hijau yang tumbuh subur, Om Constâncio juga menanam pohon buah-buahan di alam bebas. Ia tidak hanya menanam untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang di sekitarnya, meyakini bahwa hasil bumi adalah berkat yang harus dibagikan.

Selain tanaman pangan, ia juga rajin menanam tembakau, sebuah tanaman khas yang telah lama menjadi bagian dari budaya Timor-Leste. Namun, Om Constâncio tidak hanya menanam; ia juga mengolah daun tembakau dengan cara tradisional, meraciknya menjadi rokok tradisional Timor-Leste yang dikenal dengan aroma khas dan kualitas alami.

Kesederhanaan yang Membawa Kebahagiaan

Meskipun hidup dalam kesederhanaan, Om Constâncio tidak pernah kekurangan kebahagiaan. Ia menikmati setiap langkah dalam pekerjaannya, dari menanam hingga panen, dari menggembalakan kerbau hingga meracik tembakau. Baginya, hidup bukanlah tentang seberapa banyak yang dimiliki, tetapi seberapa banyak yang bisa diberikan dan dinikmati dengan hati yang tulus.

Kebahagiaan itu terpancar dalam senyuman manis yang selalu menghiasi wajahnya. Ia selalu menyapa orang dengan kehangatan, memberikan canda tawa di tengah lelahnya bekerja. Bahkan ketika usianya semakin senja, semangatnya tidak pernah pudar. Ia tetap menggembala, tetap menanam, tetap berbagi, hingga akhirnya, ia menghembuskan napas terakhirnya di tempat yang paling ia cintai—ladang tempat ia mengabdikan hidupnya.

Warisan Kasih yang Tak Terlupakan

Kepergian Om Constâncio bukanlah akhir dari kisahnya. Ia meninggalkan kisah kasih yang manis, yang akan selalu dikenang oleh keluarga, teman, dan masyarakat sekitarnya. Senyuman yang ia berikan bukan hanya di bibir, tetapi juga datang dari hati yang paling dalam, mencerminkan jiwa yang damai dan penuh kasih.

Kisahnya adalah pengingat bagi kita semua bahwa kesuksesan sejati tidak selalu diukur dengan gelar atau harta, tetapi dengan seberapa besar cinta dan dedikasi yang kita berikan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Om Constâncio telah menunjukkan bahwa hidup yang sederhana, penuh kerja keras, dan berbagi kebahagiaan adalah hidup yang bermakna.

Selamat jalan, Om Constâncio Freitas. Senyumanmu akan tetap hidup dalam kenangan kami, seperti benih yang engkau tanam di tanah yang subur, tumbuh menjadi harapan bagi Anak cucu dan generasi berikutnya.

By profa, Elvira’25

(Visited 22 times, 3 visits today)
Avatar photo

By Elvira P. Ximenes

Elemen KPKers Dili TL, telah menyumbangkan puluhan tulisan berupa, artikel, cerpen, dan puisi ke BN, dengan motonya, "Mengukir makna dalam setiap kalimat, menghidupkan dunia dalam setiap paragraf", pingin jadi penulis mengikuti jejak para penulis senior lainnya di Indonesia.

One thought on “Praktik Nyata di Universitas Kehidupan”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.