Lere Anan Timur atau dikenal dengan singkatan LAT. Nama baptisnya adalah Tito Cristovão da Costa, lahir di Iliomar/Lospalos, 2 Februari 1952 dari pasangan Domingos dos Santos dan Filipa dos Santos, sebuah keluarga aristokrat di Iliomar (bermakalero), Munusipiu Lautém, dan sebagai anak sulung dari enam orang bersaudara.
Setelah menamatkan Sekolah Dasar (1960-1965) di Lospalos, Dia masuk akademi militer para tahun 1965 hingga tahun 1969. Dia juga belajar pertanian di Sekolah Teknik Salesian Don Bosco Fatumaca pada tahun 1969-1973, dan bekerja dengan tentara portugis pada tahun 1974, sebelum kembali ke Timor Lorosa’e pada tahun 1975.
Pada zaman perang gerilya LAT, menjabat berbagai macam jabatan dalam Falintil di bawah Partai Fretilin seperti: Asistent Politik Fretilin, selama masa invasi Indonesia di Timor Lorosa’e, Dia melakukan misinya sebagai komandan Region 4 pada tahun 1984, jadi komandan Sektor Tengah pada tahun 1987, dan komandan Sektor Timur pada tahun 1993. Setelah retorasi kemerdekaan Timor Leste, bapak LAT, melakukan misinya sebagai Kepala Staff Angkatan Darat F-FDTL, dan mendapat promosi pangkat sebagai Letnam Jendral dari Panglima Taur Matan Ruak.

Jadi Wakil Komandan F-FDTL pada tahun 2009, dan mendapat promosi jabatan sebagai Brigadir Jendral, hingga mendapat jabatan terakhir sebagai Komandan Tertinggi di F-FDTL (Falintil-Forsa Defesa Timor Leste) pada tanggal 6 oktober 2011 dan berakhir pada tanggal 28 januari 2022.
Saat ini ia sebagai Jendral Purnawirawan Lere Anan Timur, sebagai Asesor/Penasehat Politik Spesial Presiden Republik Demokratik Timor Leste, Jose Ramos Horta. Selama LAT menjalani karirnya dia menerima medali Ordem dari Timor Leste, Medal of Merit dan Halibur Medal.
Jendral LAT selalu menganggap dan mencintai kakaknya Xanana karena dulu perang gerilya di hutan ketika Bapak tua Baino (Bapaknya Jendral Lere) masih hidup, Xanana tinggal bersama mereka di Iliomar dan menganggapnya sebagai kakak dan adik sendiri. Sehingga mereka bertiga selalu tidur bersama untuk merencanakan strategi perang dan sharing pengalaman mereka, makan dan minum bersama dalam satu piring, tidur bersama dalam satu tikar.
Jendral Lere tidur di sebelah kanan bapaknya dan Xanana tidur di sebelah kirinya, dan Ayahnya Lere Baino menasehati mereka [Lere dan Xanana], “kalian berdua bagaikan kakak beradik benaran, sehingga aku menganggap kalian adalah anak-anakku, sehingga kalian berdua harus kompak memimpin perang gerilya ini sampai memperoleh kemerdekaan, dan ketika di masa kemerdekaan juga kalian berdua selalu bersama, karena kalian berdua sudah menjadi kakak beradik”.
Dan mereka berdua selalu bersama mengadakan ritual tradisional di rumah LAT di Darama’a sebagai kakak beradik yang memimpin perang gerilya ini hingga kemerdekaan [Hidup atau mati merdeka]. Mereka berdua selalu bersama memimpin perang gerilya, dan pada suatu saat mereka mengingat komandan lainnya yang mereka tunjuk dalam memimpin perang gerilya semuanya gugur, maka mereka berdua berpisah untuk memimpin perang di bagian Timur dan bagian Barat.
Jendral LAT kehilangan banyak anggota keluarganya, terutama ayah dan adiknya sendiri, tetapi jendral LAT tidakmenyerah dan selalu berjuang hingga memperoleh kemerdekaan, Ia memiliki tali persahabatan yang erat dengan kakaknya, dan soko gurunya Xanana. Koneksi mereka tidak terputus dan selalu berjalan mulus hingga kini, ia menjadikannya sebagai bapak saksi perkawinannya. Sehingga Jendral LAT tidak menolaknya dan menganggapnya sebagai kakaknya dan sokoguru bagi semua orang hingga kini.
Lere Anan Timur menikah sejak 2001 dalam pernikahan kedua dengan Cidália Mesquita Ximenes. Dia memiliki total delapan anak, dua anak oleh dari istri pertamanya, Elsa Pinto, yang meninggal saat melahirkan pada tahun 1981, dan lima anak perempuan dan seorang putra Cidália Mesquita Ximenes. Lere Anan Timur bisa berbicara Tetum, Fataluku, Makasae, Makalero dan Portugis.

Selama bergerilia di hutan, ia merupakan sahabat terbaik dari Kayrala Xanana Gusmão, sehingga pada saat ia nikah di kecamatan Iliomar, menjadikannya sebagai bapak saksi pernikahannya. Saat gerilya ia selalu tunduk dan taat pada perintah maun boot Kayrala Xanana Gusmão, karena mengangap bahwa kalau Xanana mati maka perang gerilia pun akan tamat, untuk itu ia selalu bersedia menjaganya, demi masa depan Timor Leste seperti saat ini.
Pada masa gerilya ia pernah berhadapan langsung dengan pak Prabowo Presiden RI sekarang, dalam sebuah serangan baku tembak. Dimana pakaiannya kena peluru hingga compang-camping, namun tubuhnya tidak terluka, karena jimatnya sakti. Setelah pelurunya habis ia memburu pak Prabowo di Maluhira Caenlio, hingga ia melarikan diri dengan helicopter ke Dili.
Saat ini, namanya diabadikan di dua sekolah di Municipio Lautém, yakni SMA/ESG LAT (Ensino Secundário Geral Lere Anan Timur de Lospalos), dan SMP/EBC LAT (Ensino Básico Lere Anan Timur de Caenlio Iliomar), serta sebuah kampung di Metinaru yang menjadikan namanya sebagai pelindungnya.
Fonte: Wikipedia LAT dan pengalaman dari penulis sendiri.
By prof Edo Santos’25