Ibumu, Tanpamu, aku bukanlah apa-apa, aku hanya sosok yang lemah yang membutuhkan kasih dan cinta darimu. Kerinduanku tak bertepi buatmu
Rindu itu memang tertuju buatmu, indoku.
Masih kuingat setiap Ramadhan aku bersujud di hadapanmu, Akhir Agustus 2014, terakhir kalinya kita berinteraksi masih sempat khatam AlQuran di kondisi tubuh mu melemah.
Suara lembutmu, belaianmu pada rambutku, usapan mungilmu itu, semuanya masih kuingat sampai sekarang.
Air mata ini memang mengalir untukmu, Indoku.
Mungkin aku tak bisa lagi selalu di sampingmu, memelukmu, mendengar ceritamu, aku merindukan semua itu. aku hanya membelai batu nisan Indoku.
Terkadang memang ku di marahi, tapi itu karena perilaku bodohku sebagai anak sulung. Dan engkau pantas memarahiku. Akulah yg tak sepantasnya membuatmu kecewa.
Semakin aku tumbuh dewasa, semakin aku menyadari bahwa ibuku sendiri adalah terbaik yang pernah aku miliki seumur hidupku.
Sudirman Muhammadiyah
Ibuku yg mempertaruhkan nyawa hanya agar aku bisa melihat dunia ini.
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai.
Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Bahkan doamu padaku, tak pernah berhenti. Malunya aku yg terkadang lalai melampirkan namamu dalam doa-doaku.
Ibuku bakti ini, kutujukan padamu. Kasih sayang ini, aku akan selalu berikan untukmu. Sungguh, kusadari semua itu tak senilai dengan apa yg telah engkau berikan padaku.
Namun, semoga dengan aku berusaha terus menjadi anak yg soleh, doaku untukmu bisa selalu di dengar oleh Allah Swt.
Bijak ku untai ada ada ogi lao ria tau mabelaee limbang rimaje.
Upaletturenggi sininna uddani marilalengku ri to matoakku malebbi’e
To matoa iya de’na pettu pa’doangenna ri ana’na
Makkuni wissenna de’ gaga pada-padanna pappojimu ri aleku
Makkutoni aleku
De’ ullei pappada-pada papojimmu rialeku
Iyami wisseng
Idi’na tau ulawenna linoe ri matakku
Indoku, teppettu parilloangenna ri Puangnge
Marillau adecengenna ana’-ana’na
Makkutongenna
De’gaga pada-padammu indo’,
Parillo doangengmi ulle willau ri Puang Allah Ta’ala
Tannapodo tuli salama
Tannapodo ripassalama’ tuomu ri lino
Tuomu ri lino laingnge sangngadi
Uwillowangeng adisingeng
Tannapodo muita manemmoi ana’mu madeceng
Iya padae elo’mu
Sellengku marilaleng pole atikku
Ta’dampengengka
iya’ ana’mu de’na malebbi’e
Terri marenni uwae matakku ri ase nah kubburu mu, de natemma gangka parengngerrang ku ku ridi,
Addampeng to rijajiang ta deppa napasukku pabereku lao idi Indo Ajiku.
Terima kasih Indoku
Semoga renungan ini bermanfaat bagi yang masih bersama indonya.
Alfatihah Indoku Hj. Katuo Halide.
Sudirman Muhammadiyah