Oleh: Aldo Jlm
Mengenang masa-masa pahit di SMPN 1 Lospalos, sungguh menyedihkan. Dimulai dari lulusan SDN 1 Iliomar pada tahun 1985, lalu terbang ke Lospalos dengan helikopter TNI yang kala itu per orang bayar (Rp.5.000,00) dan landing di KODIM Lospalos, lalu tinggal dengan salah satu keluarga di Chaivaca, yang kebetulan mereka kembali dari pengasingan di pulau Atauru.
Hari berikutnya mulai mendaftarkan diri di SMPN 1 Lospalos, dengan biaya yang sangat minim waktu itu (Rp.5.000,00). Sekolahnya gratis sepanjang tahun, menjelang ujian semesteran baru setor (Rp.1.000,00). Tempat tinggal saya yang bermasalah sedikit untuk belajar, maka minggu berikutnya teman saya bernama João Baptista, yang datang membawaku ke asrama Yatim Piatu Don Bosco Lospalos untuk tinggal disana, agar dapat belajar tenang disana. Dan akhirnya saya pun menurutinya lalu pindah kesana.
Sesampainya di asrama Yatim Piatu D.Bosco, saya kos satu kamar bersama dengan teman-teman saya dari Iliomar seperti: Raimundo, Francisco, Lorenço, Antonio, Domingos, Diogo, David, dan masih lagi yang tidak ku sebutkan semuanya satu persatu. Suatu hari orang tua kami mengirimi bekal, berupa uang lewat seorang wanita yang tinggal di Natura/Kuluhun, waktu itu saya yang kesana mengambilnya bagianku dan juga milik teman-temanku, sesampainya di asrama saya memberikannya pada mereka, namun setelah sehari ada berita kehilangan uang yang dikirim oleh tua mereka. Sehingga mereka menuduh saya yang mengambilnya, tetapi jujur saja saya tidak mengambilnya dan sudah memberikan semuanya pada mereka, tetapi mereka tetap nekad dan menuduh, menghukum bahkan mengancam untuk membunuh saya, maka saya keluar dari asrama dan tinggal dengan tentara battalion 745, dan selalu berpindah tempat karena para tentara ini pindah tugas maka saya tinggal dengan guru-guru SMP.
Situasi ini selalu berlanjut hingga suatu saat mereka menangkap saya dan menyerahkan ke polisi dan terkurung di sel selama dua minggu. Hal ini bukan karena masalah di atas, tapi ini masalah dengan keluarga yang dulu saya tinggal dengannya. Kala itu mereka kemalingan berupa, sekarung beras, sepuluh stel pakaian, minyak satu kalung sepuluh liter, satu ekor ayam jantang. Mereka tidak menangkap basah aku, tapi melalui santet, yang menyebutkan bahwa salah seorang anak lelaki yang ciri-cirinya kurus, kakinya terluka. Maka mereka menuduh saya yang mengambilnya, akhirnya mereka menangkap saya lalu menyerahkan ke tentara Kavaleri terdekat lalu diserahkan ke polisi. Setelah masa tahanan saya selesai saya keluar, karena tidak ada bukti-bukti yang mendukung, dan tinggal di asrama ABG Iliomar, namun pada saat terima buku raport saya tidak naik kelas, meskipun kala itu di kertas ujian saya nilainya 8 dan 9 tapi gara-gara masuk sel akhirnya nilai saya dikurangi semuanya dan taruh nilai merah di rapor.
Namun saya masuk kembali sekolah dan duduk dengan adik-adik kelas, terlebih dengan teman Pankrasiu dan Albina, entah dimana mereka sekarang saya tidak tahu. Tapi waktu itu, saya bersumpah pada diri saya untuk lebih giat belajar dalam situasi apapun, dan berprinsip bahwa siapapun yang paling pintar di sekolah ini saya harus singkirkan mereka. Waktu saya tinggal dengan seorang guru SD bernama Frans, lalu pindah ke guru SMP itu sendiri bernama Fransiskus, setiap pagi, siang, sore dan malam selalu fokus belajar, pada saat guru memberi ujian saya yang selalu kumpul pertama, dan mendapat nilai terbesar di kelas. Pada akhir tahun saya mendapat predikat juara umum di sekolah itu. Kala itu saya di kelas dua mau naik kelas tiga.
Aku sangat bersyukur dan bangga karena sudah naik kelas ke kelas tiga. Namun sebelumnya saya dan teman saya Antonio Maulima kadang-kadang sering dipercayakan untuk mengajar bahasa Inggris di kelas I sebagai asisten guru bahasa Inggris, Ibu guru Sataria yang galak tapi baik hati. Kala itu saya dan teman Antonio ini kos bersama di lingkungan SMP, tiap hari kami belajar dan berkomunikasi dengan bahasa inggris, walaupun tidak mengikuti aturan tata bahasa inggris, tapi selalu dicoba dan dicoba terus hingga berhasil, kos dinding kami penuh dengan catatan bahasa inggris. Teman saya ini Cuma suka bahasa Inggris, tapi saya suka multimateri.
Sesampainya di kelas tiga, saya pindah tempat lagi ke Asrama D.Bosco Lospalos yang dulu saya tinggalkan, karena orang-orang yang dulu iri pada saya udah tamat semuanya. Sehingga saya betah tinggal disitu hingga lulus SMP pada tahun 1989, dan melanjutkan studi saya ke SMA juga tetap tinggal di asrama itu.
Selama duduk di SMPN 1 Lospalos, yang dikepalai oleh bapak Sri Sujata Hartanta,BA, dengan wakilnya pak Sukiryanto guru matematika yang hebat, karena di mengajar dari kelas satu hingga kelas tiga, masuk mengajar tidak membawa buku, hanya membawa kapur dan penghapus, berkat dirinyalah saya belajar matematika dan tahu sedikit. Jumlah murid waktu itu seribu lebih atau satu battalion. Banyak yang nakal-nakal, tapi saya cuek dengan mereka, dan hanya berteman dengan mereka yang mau belajar. Begitu pula teman-teman saya yang dari Iliomar kerjaannya tiap hari bikin ribut dan berkelahi dengan anak-anak Lospalos, hanya dengan masalah sepele, tetapi pada saat mereka berkelahi, saya justru dilindungi oleh anak-anak Lospalos yang mereka incar, sehingga saya menjadi teman mereka dan terhindar dari perkelahian. Alasan mereka melindungi saya, karena saya sering membantu mereka dalam masalah PR matematika dan bahasa Inggris.
Bagi anak-anak orang berada seperti anak tentara dan para pejabat, mereka tidak sibuk belajar tapi suka bersedekah seperti, kalau ada PR tidak mau mengerjakannya tapi membayar teman yang tahu materi PRnya, dan mereka hanya terima hasilnya saja. Maka kala itu saya juga kategori salah satu teman yang menerima sedekah mereka, karena saya sering membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah mereka. Karena saya sering mengerjakan tugas mereka, maka pada saat saya membutuhkan sesuatu seperti buku tulis, alat tulis, biaya sekolah, mereka yang tanggung dan membayar semuanya.
Pada saat mengisi rapor saya juga membantu para guru, terutama wali kelas saya yang mempercayaiku untuk menulisnya, karena ia melihat tulisan saya yang bagus. Setelah selesai menulis rapor pasti selalu ada imbalannya, namun harus selalu jaga rahasia, sebelum pembagian raport, orang bersangkutan jangan sampai tahu duluan nilainya. Maka wali kelas saya mengingatkanku bahwa, “jika mereka tahu duluan nilai mereka, maka nilaimu yang akan saya kurangi”. Dengan peringatan itu, maka saya pun diam-diam menyelesaikan pekerjaan saya dengan baik dan menerima upahku lalu pergi diam-diam.
Akhirnya saya pun mengikuti ujian nasional dan lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Kala itu mendapat nilai NEM 31,32 sehingga dengan mudah saya mendaftarkan diri ke SMA Negeri 1 Lospalos pada tahun 1989. Benar juga kata pepatah, “berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian”, itulah yang aku alami saat itu. Nantikan ceritaku di masa-masa SMA selanjutnya.
By Aldo JLM’22
Edisi, 190822