Oleh: Aldo Jlm
Kehidupan sekarang adalah wujud impian dari kehidupan di masa lalu, yang memimpikan sesuatu yang akan mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik dari sekarang. Apa yang telah kita lewati merupakan sebuah kisah kehidupan seseorang yang takkan pernah terlupakan dalam hidupnya.
Memori SMAN 1 Lospalos, kini terusik kembali mengingat masa-masa remaja dulu yang penuh dengan energy, ingin membuat segalanya menjadi nyata dan dapat diwujudkan dalam kehidupannya. Tapi alhasil karena semuanya terbatas serba kekurangan disana-sini. Syukur kala itu tidak begitu menyedihkan seperti di kala di bangku SMP, tapi sedikit menyenangkan hati, karena mendapat tempat tinggal sementara, mendapat makanan yang secukupnya, walaupun itu hanya jagung kuning buat makanan babi. Bandingkan dengan teman-teman lainnya di luar sana yang susah mencari tempat tinggal dan makanan sehari-hari, hanya untuk mengisi perut kosong agar dapat bertahan dan menyelesaikan studi di bangku SMA.
Tinggal di asrama Yatim Piatu D.Bosco Lospalos, harus tahu aturan yang berlaku di asrama. Semuanya tertata rapi dengan jadwal reguler yang telah terpatri dalam asrama itu. Mengingat model yang diaplikasikan oleh D.Bosco adalah model preventif, artinya mencegah anak muda sedini mungkin untuk tidak berbuat semau gue, dan jatuh dalam kriminal dan berakhir di tahanan. Model preventif inilah yang diaplikasikan oleh D.Bosco dimana karyanya dilanjutkan di berbagai asrama yang didirikan olehnya untuk membawa anak-anak muda ke jalan yang benar, agar kelak bisa masuk surga, dengan motonya “Da mihi animas coetera tole”artinya berikan jiwamu padaku yang lainnya boleh dibawa.
Peraturan di asrama D.Bosco Lospalos yang harus kita turuti seperti, bangun pagi, belajar, kebersihan lingkungan, mandi, sarapan, ke sekolah, makan siang, istirahat sedikit, ke kebun, olahraga, misa, belajar, makan malam, doa Rosario, dan doa malam, lalu tidur. Itulah aturan yang harus kita ikuti. Barangsiapa yang melanggar aturan ini, ia harus keluar dari asrama, dan hidup bersama dengan anak-anak gelandangan di luar sana. Walaupun berat tapi lama-lama jadi terbiasa, dan bertahan hingga tiga tahun lamanya, sampai saya menamatkan sekolah saya di SMAN 1 Lospalos.
Di asrama inilah saya belajar bermain musik seperti gitar dan piano. Walaupun tidak didukung oleh kursus, tapi belajar secara otodidak artinya belajar sendiri dari orang lain, terutama dengan mereka yang mahir bermain musik, baik dengan teman-teman seperti Isolino, Arsenio, dan kakak senior seperti kak Julio, Paulino dan Bernadino. Dari merekalah saya bisa bermain music sekarang, meskipun kadang-kadang harus mencuri waktu luang untuk bermain musik.
Jarak antara asrama D.Bosco ke sekolah kira-kira 3 km, setiap pagi jalan kaki PP ke sekolah. Kadang-kadang kami terlambat kena hukuman. Tapi banyak kenangan di sekolah itu. Waktu di kelas satu, saya tidak membayar biaya sekolah karena saya tinggal di asrama Yatim Piatu D.Bosco Lospalos. Dikiranya yatim piatu, sehingga tidak membayar SPP sekolah alias gratis. Tapi begitu guru minta surat keterangan yatim piatu, maka saya baru mulai sadar bahwa saya belum yatim piatu, bapak ibu masih komplit. Sehingga naik ke kelas dua dan tiga baru saya membayarnya.
Di sekolah inilah saya belajar berorganisasi bersama OSIS di sekolah itu. Dan dapat belajar bersama dengan teman-teman saya ada yang nakal, tapi tidak terlalu nakal seperti di SMP dulu. Disini banyak aktivitas dan kegiatan seperti praktek IPA, baik di dalam laboratorium sekolah maupun di luar sekolah sekaligus piknik. Kalau di luar sekolah kami senang sekali, karena dapat menghirup udara segar di luar sana.
Di asrama kalau menjelang ujian kami belajar berkelompok dengan model cerdas-cermat. Bidang studi diringkas sedemikian rupa, lalu ada teman yang jadi guru untuk ditanyakan, siapa yang benar diberi hadiah permen, tapi siapa yang salah dihukum dengan push up atau sekojam. Dengan cara inilah kami belajar lebih giat di asrama.
Di kelas satu kami masih belajar secara keseluruhan. Tapi sesampainya di kelas dua baru kami memilih jurusan IPA dan IPS. Saya sendiri waktu itu memilih jurusan IPA, nilai saya tidak begitu besar, karena tidak fokus belajar, mumpun anak muda jadi sering nakal di sekolah dikala digodain teman-teman nakal lainnya, sehingga nilai saya pas-pasan, dan turut terpilih masuk IPA.
Selama dua tahun di IPA inilah saya banyak belajar tentang Ilmu Pengetahuan Alam. Tapi tidak seperti sekarang, dulu di angkatan kami IPA ini dibagi dua, namanya A1 dan A2. Yang memilih A1 berarti jago matematika dan fisika, dan memilih A2 berarti dia mencintai biologi dan kimia. Maka saya memilih mencintai A2 daripada A1 karena saya mencakarnya kurang. Di A2 kita dapat belajar bersimbiosis dengan teman-teman lainnya dan bereaksi dengan teman-teman wanita lainnya. Kala itu di kelas saya jumlah muridnya berjumlah 25 orang, bandingkan dengan mereka yang duduk di A1 cuma 12 orang. Sisanya memilih IPS yang disebut A3.
Kelas kami ini nakal-nakal semua laki-laki dan perempuan sama saja. Tapi dengan kenakalan kami ini, kami mencoba memodifikasi nama kami dengan istilah-istilah biologi dan kimia sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik kami masing-masing, seperti; hermaprodit, nukleus, alveolus, dsb. Salah seorang teman saya bernama Tibersiu, orangnya botak sedikit sehingga kami memanggilnya “lapangan terbang”. Jadi kalau dia sudah masuk kami mengejeknya demikian, “lapangan terbang siap pesawat mau mendarat”. Dia nakal sekali, suatu hari dia sedang bertanya pada guru biologi, temannya menarik kursinya, sehingga dia mau duduk kembali tapi langsung jatuh dibawah meja, sehingga dia berdiri berkelahi dengan temannya itu sampai merobek bajunya, akhirnya dia dibawa ke kantor dan menyelesaikan masalahnya dan hari berikutnya dia membeli baju baru untuk koleganya. Minggu berikutnya kami berjalan sekelompok dari sekolah menuju ke kota Lospalos, melewati pohon rimbun kayu jati, si Tibersiu ini menemukan sebuah foto hitam putih, foto cewek, lalu dia berteriak, horee…saya dapat sesuatu yang berharga. Kami semua tercengang melihatnya, apa yang ia dapatkan. Tapi dia hanya menunjukkan sebuah foto cewek cantik, dan dia mengatakannya bahwa, sesampainya di rumah dia akan membakarnya, lalu memasukkan abunya ke dalam kopi lalu meminumnya supaya cintanya tetap hidup dihatinya.
Sesampainya di kelas tiga, kami sempat membentuk sebuah klub band, dan waktu itu tampil di ulang tahunnya battalion 745, kami melatihnya selama seminggu di asrama 745, lagu yang kami bawakan adalah Kisah Kasih di Sekolah. Dan pada harlah 745 kami menampilkannya di merkadu lama di depan lapangan merdeka Lospalos. Seusai tampil mereka semua senang dan memberi ucapan selamat pada kami, terutama pada pemain keyboard, karena waktu itu saya sendiri yang memainkannya, teman-teman lainnya main guitar.
Akhirnya tibalah saatnya kami mengikuti ujian EBTANAS, dan akhirnya lulus dengan NEM hanya 28 saja, karena di SMA tidak fokus belajar, karena digoda oleh teman-teman nakal di kelas. Setelah pengumuman kelulusan teman-teman semuanya mencoret-coret baju dan celananya dengan kegirangan, tapi saya justru lari dari mereka agar tidak tercoret oleh mereka. Cuma aku menyesali keindahan masa-masa SMA yang telah kami melewatinya.
Setelah menamatkan SMA, di asrama D.Bosco Lospalos, pastor kami Ernie R.Santos pun meninggal dunia, dan digantikan dengan pastor Agostinho. Sehingga saya pun keluar dari asrama, dan mulai mencoba melamar salah satu sekolah SMPK João Paulo II di daerah asal saya Iliomar, pada bulan juli tahun 1992, saya mulai mengajar di sana.
Dari memori SMA inilah, membuat hidup kita jadi berubah yang dulunya tidak berguna, kini jadi berguna bagi keluarga, kelompok, dan masyarakat di sekitar kita. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.
By Aldo Jlm’22
Edisi, 210822
Suka baca tulisan ini. Dengan membacanya, kita terbawa pada masa masa Timor Leste masih bergabung dengan Negara Kesatuan RI. Ada nostalgia keceriaan masa remaja, kenakalan remaja dan tentang kegalauan… saat masih sekola di SMA. Tetap semangat Aldo. Kami tunggu tulisan berikutnya… catatan kenangan selalu menyenangkan untuk dibaca. Saya juga termasuk yang suka menulis “catatan kenangan”….
Thnx pak Suharman atas inputnya…nanti akan kuceritakan lagi masa2 orba di Timor Leste Kla itu…