Oleh: Devinarti Seixas

Ada Kelompok Tuna Netra di Timor-Leste yang  memiliki semangat tinggi untuk belajar Bahasa Indonesia melalui Kursus BIPA di Pusat Budaya Indonesia,karena memiliki hobby dan cita-cita 

Bengkel Narasi,Dili (Timor-Leste),26 Juli 2022-Florabela Dos Santos Pacheco (Bela) lahir pada 09/10 /1989,agama katolik ,anak ke empat dari sembilan bersaudara serta mempunyai hobby menyanyi dan membaca serta bermain gitar di dunianya sebagai seorang Tuna Netra.Bela dulu lahir dengan kondisi sehat dari ibu Maria Pacheco dan Ayah Alarico Dos Santos dari Distrik Manufahi.Namun setelah tumbuh menjadi balita ia menderita penyakit mata merah serta panas tinggi yang akhirnya membuat ia tidak melihat sama sekali kecuali hanya melihat adanya cahaya setelah ia menjadi buta ketika berusia 3 tahun menjelang 4 tahun.

Menjadi motivasi bagi Bela untuk mengikuti kursus BIPA bahwa, dengan belajar bahasa indonesia ia memiliki banyak teman serta dapat berkomunikasi dengan teman yang bisa berbahasa indonesia special ketika ia berkunjung ke Indonesia.Selain itu ia bisa mendapat kesempatan untuk bisa mengikuti Study banding serta kursus di indonesia.Bahasa indonesia juga sangat penting meskipun kita tahu jika bahasa official kita adalah bahasa Portugues dan Tetum.

Total Tunanetra  yang mengikuti kursus BIPA di Pusat Budaya Indonesia 29 orang.Bela sudah belajar bahasa Indonesia sejak tahun 2009.Saat itu Bela dapat kesempatan ke Kupang dan Malaysia untuk mengikuti kursus IT namun tidak jadi akhirnya Bela mengikuti lagi kursus Fisiologi yakni membuktikan penyakit sistem saraf.Sejak itulah ia berpikir jika bahasa indonesia sangat penting sekali untuk kita pelajari.

Pihak yang mendukung serta mensuport  Bela dalam mengikuti kegiatan kursus BIPA adalah yang pertama ayah dan ibu s,serta kakak dan adik-adik termasuk om spesial teman-teman yang saat ini kami bersama,mereka selalu memotivasi dan memberi  semangat kepada Bela.

Kursus BIPA sangat baik menurut Bela,karena dapat menulis,serta banyak mendengar,berbicara,mengerti dan memahami dengan baik.Selain mengikuti kursus BIPA Bela juga dulu sekolah di SD,SMP serta mengikuti kursus bagi kami kaum tunanetra  yakni mempelajari huruf BRAILLE bagi kami yang tak mampu melihat atau mendengar.

Secara Pribadi Bela juga sangat suka dengan metode pengajaran dari guru kami Pak Bobby karena metode sangat bagus.baik pengajaran maupun penjelasan juga sangat jelas membuat kami muda mengerti  dan memahaminya dengan  jelas Pungkas Bela pada Bengkel Narasi.

Luciano Pemuda Tuna Netra  Rajin Mengikuti Kursus BIPA Di Pusat Budaya Indonesia

Pentingnya bagi lucio mengikuti kursus BIPa karena Indonesia merupakan negara tetangga yang paling dekat.Dengan bahasa Indonesia ia juga dapat berkomunikasi dengan teman-teman dari indonesia.

Bengkel Narasi-Dili (Timor-Leste),26 Juli 2022 peserta kursus BIPA di Pusat Budaya indonesia Lucio Borges (Lucy)  lahir di Raheu,Kailaco (Bobobaru) anak dari Bapak Cornelio Borges dan ibu Pascuela do rego Amaral ,agama katolik,hobby Sepak Bola,dan dulu bercita-cita ingin jadi pemain sepak bola terkenal tapi takdir telah merubah dia menjadi seorang tuna netra ketika 2011  hingga cita-cita berubah ingin menjadi seorang pemimpin yang mampu jadi panutan bagi banyak orang.

Lucy,baru jadi Tunanetra ketika 2011 dan ia sempat sekolah dimana SD sejak 2006 ,hingga lanjut dan tamat SMP pada tahun 2019 di sekolah Tunanetra dan rencana dalam tahun ini akan lanjut ke kupang untuk lanjut ke SMA.

Menjadi motivasi bagi Lucio,untuk mengikuti kursus BIPA antara lain bahasa indonesia sangat penting dimana Indonesia adalah negara tetangga pertama bagi negara kita,melalui bahasa indonesia ia bisa berdialog atau berbicara dengan sahabat-sahabat dari indonesia dalam pertemuan tertentu serta ia mampu mendapat kesempatan untuk mengikuti ujian persamaan di kupang yaitu di Indonesia orang sebut Paket C demi memperoleh ijazah.

Selama mengikuti kegiatan ketika jadi Tunanetra hingga Lucio hadir lagi di Pusat Budaya Indonesia untuk mengikuti kursus BIPA atas komitmen atau keinginan dari diri sendiri,dan kami mengikuti kursus BIPA, karena mendapat Suport ketika meeting dengan KBRI hingga mendapat fasilitas tempat special kesempatan dan mengikuti kursus BIPA di tempat ini agar bisa melanjutkan lagi sekolah selain memperoleh ijazah, ia juga bangga dan semangat karena dengan belajar bahasa indonesia  mampu mengembangkan kemampuan dalam berbahasa selain bahasa Tetum,Portugues,English hingga kini ia bisa belajar bahasa indonesia adalah satu kesempatan emas dan ia juga ia sudah belajar dari televisi meskipun tak melihat tak mampu melihat tapi melalui pendengaran.Selain itu ia juga mendapat pengarahan dari seorang ibu yang mengadopsinya yang berasal dari Flores Manggarai.

Selama Lucio belajar di Pusat budaya Indonesia ia merasa bahagia karena bukan hanya sendiri tapi semua teman-teman Tunanetra yang berjumlah 29 orang dari organisasi turut berpartisipasi secara maksimal dalam kursus BIPA di Pusat Budaya Indonesia.

Lucio,juga merasa bangga dan sangat bahagia serta suka dengan metode Trainers  yakni dari Pak Boby di mana cara pengajaran atau penyampaian di mana kursus ini lebih banyak percakapan yang membuat ia lebih cepat mengerti dan merasa familiar atau kekeluargaan.Dari pada menulis banyak terkadang kita tidak memahami dan sulit dalam percakapan.Ia salut pada Pengajaran karena melalui metode pengajaran dari Pak Bobby bisa terjalin hubungan kekeluargaan ketika melalui percakapan.

Maria Filomena De Fatima,berasal orang tua yakni ayah Domingos Pereira, berasal dari Baucau (Venilale) dan ibu Florentina Dos Reis S.Pereira  berasal dari Manatuto ( Soibada).Ia lahir pada tanggal 4 Maret 1968.

Maria jadi tunanetra sejak ia berusia 13 tahun.Maria Memiliki 14 orang dan ia adalah anak ke 6 dan dalam keluarga ia sendiri & Tuna netra.Waktu belum jadi Tuna netra ia juga memiliki cita-cita ingin menjadi seorang Suster.Namun ketika selesai ia mengikuti tes ,ia hanya menunggu waktu untuk mendengar hasil tes tapi Tuhan berkehendak lain tapi Ia tidak pernah patah semangat meskipun ketika usia 13 tahun ia tak dapat melihat namun ia sering mengikuti aktivitas (kor) menyanyi karena menyanyi adalah hobinya ketika belum menjadi buta (Tunanetra).

Ia ingin mengikuti kursus BIPA karena dulu sudah mendengar,hanya sejak dulu hanya jadi terkadang ia sudah lupa sebagian hingga ia ingin mendalami kembali agar lebih mengerti supaya, ketika kita bertemu dengan teman-teman lain kita bisa berbicara dengan baik pada teman-teman kita.Ia mendengar bahasa indonesia sejak 1976 saat Timor-Leste berintegrasi dengan Indonesia hanya sejak dulu jadi ingin mendalami kembali.Ia juga berkata jika ketika ia mendengar lewat berita jika di Indonesia para Tunanetra juga bisa belajar menulis dan membaca membuat ia termotivasi meskipun terkadang ada yang berkata jika kami yang tak melihat.Saat ini yang mengikuti kursus bukan hanya sendiri melainkan semua teman-teman Tunanetra pun terlibat dalam kursus Kelas BIPA di PBI ini.

Perbedaan mungkin hanya karena kami Tunanetra tidak melihat tapi kami juga manusia ciptaan Tuhan.Ingin terus belajar mendalami agar setara dengan teman –teman yang lain.Terkadang Ia menemukan hambatan sebagai manusia (Tunanetra) yakni biasanya ayahnya membawa ia kepada guru –guru serta suster agar anaknya dapat kesempatan belajar meskipun ia sudah untuk melihat., tapi ia berjuang dengan semua teman-teman demi mendalami bahasa indonesia karena tujuan ingin melanjutkan pendidikan di indonesia untuk memperoleh ijazahnya.

Selama mengikuti kursus di Pusat Budaya Indonesia,Ia bangga dan bahagia begitu juga teman-teman yang lain.Selain itu juga ia masih memiliki komitmen untuk terus berjuang mengikuti lagi aktivitas lain jika di pihak atau organisasi kami masih mendukung kami dalam aktivitas apa saja asalkan berdampak positif  kata Maria.Menurut Maria  ia merasa bahagia karena selama menjadi Peserta kursus kelas BIPa yang memahami dan mengerti dengan baik bahasa yang diajarkan oleh Pak Bobby sebagai Trainer bagi kelas Tunanetra.Ia juga menyukai metode Trainer karena selain mengajar ada selingan pengajaran dengan menggunakan Film dimana kami melihat tapi kami bisa menggapai lewat pendengaran.

Menurut Maria,dengan kesabaran ia memiliki harapan meskipun ia tak melihat namun ia pasti bisa.Maka sebagai manusia kita harus memiliki kesabaran agar ke depan mampu menjadi orang baik karena hanya belajar dari hal yang kita tidak tahu menjadi tahu,dari kecil menjadi menjadi besar dan dari salah menjadi benar tutur Maria pada Dev (25) Bengkel Narasi.

(Visited 70 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Devinarti Seixas

Penulis dan Pendiri KPKers Timor Leste, dengan mottonya: "Kebijaksanaan bukan untuk mencari kehidupan melainkan untuk memberi kehidupan dan menghidupkan". Telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan berupa; berita, cerpen, novel, puisi dan artikel ke BN sejak 2021 hingga sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.