*Ardillawati Fadlia

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, kata ini tidak henti-hentinya saya ucapkan. Bersyukur kepada Allah Swt dan bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Hari itu, tepat tanggal 31 Agustus 2019 di bulan kemerdekaan, Allah Swt memberikan nikmat yang sangat luar biasa kepada saya dengan meraih gelar Sarjana Ekonomi (S.E).

Pencapaian ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya Bapak Arsyad dan Ibu Nurlia yang senantiasa menumbuhkan harapan, memberi semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tampa pamrih.

Hari itu perasaan saya bercampur aduk, haru sekaligus bahagia. Tanpa saya sadari tangis saya pecah mengingat perjuangan kedua orang tua selama menjalani pendidikan. Alhamdulillah, pada akhirnya anak perempuan pertama bapak dan mama telah menyelesaikan pendidikan dan meraih gelar Sarjana Ekonomi.

Gelar ini saya raih dari hasil kerja keras bapak sebagai petani dan mama yang kerja serabutan menggarap apa saja yang bisa disulap menjadi uang demi pendidikanku. Air mata saya semakin deras tidak terbendung lagi ketika saya memeluk dan mencium kedua orang tua di tengah ratusan keluarga wisudawan lainnya.

Bagiku, hari itu bukan sekedar hari perayaan wisuda, lebih dari itu hari perayaan perjuangan bapak dan mama yang rela menahan teriknya matahari dan derasnya air hujan. Betapa tidak, waktu itu saya menyaksikan sendiri di kebun perjuangan kedua orang tua saya. Rela pulang balik membawa hasil panen kami ke tepi jalan untuk diangkut oleh pengepul.

Hujan yang cukup deras tidak menghentikan langkah kedua orang tua memikul hasil panennya. Saya menangis karena tidak bisa lagi membedakan mana air mata dan mana air hujan yang sudah menyatu di baju lusuhnya

Menyaksikan semua perjuangan orang tua, aku pun membatin, “Ya Allah ya Rabb, beri kesehatan kedua orang tuaku, saya berjanji saya akan bersungguh-sungguh menempuh pendidikan dengan sebaik-baiknya dan kelak akan bisa menjadi orang yang sukses dan Insya Allah akan bisa membahagiakan mereka berdua di masa tuanya.

Alhamdulillah, perjuangan kedua orang tuaku tidak sia-sia. Ia telah tersenyum bahagia menyaksikan hari wisudaku. Janjiku pada diriku sendiri pun telah kutunaikan dengan segala macam dinamikanya. Saya pun kembali menangis setiap mengingat masa ketika air mata dan air keringat kedua orang tuaku menyatu dalam baju lusuhnya.

*Dosen Intens Muhammadiyah Kolaka Utara

(Visited 167 times, 1 visits today)
One thought on “Aku Menangis Ketika Air Mata dan Air Keringatmu Menyatu”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Hubungi Kami