Oleh: Gugun Gunardi*

PENGANTAR:

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, dengan kata lain manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang TOP. Mengapa manusia disebut sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang TOP, jika dibandingkan dengan mahluk yang lainnya ciptaan Allah, seperti Malaikat, hewan, atau tumbuh-tumbuhan? Yang dimaksud sempurna atau TOP di sini, bahwa manusia diberi potensi yang lebih jika dibandingkan dengan Malaikat, binatang maupun tumbuh-tumbuhan.

Malaikat adalah sama-sama makhluk ciptaan Allah, sama seperti manusia. Kepada Malaikat, Allah memberi akal dan pikiran, begitu pun kepada manusia, Allah memberi potensi akal dan pikiran. Tetapi, ada yang tidak diberikan Allah kepada Malaikat, namun kepada manusia diberikan, yaitu hawa nafsu. Begitu istimewanya Allah memberikan potensi hawa nafsu kepada manusia, dan kepada Malaikat tidak diberikan. Ini menandakan begitu istimewanya (TOP) Tuhan memperlakukan manusia.

Bagaimana dengan hewan? Kepada hewan, Allah memberikan potensi hawa nafsu, tetapi tidak diberikan akal dan pikiran. Dengan demikian, hewan tidak dapat membedakan mana yang baik dan buruk, yang halal dan haram, yang pantas atau tidak pantas. Ia (hewan) hidup menurut kehendak hawa nafsunya saja, tidak ada aturan yang membatasi hidupnya.

Perbedaan manusia dengan Malaikat adalah:

Manusia diciptakan dari tanah (debu), sedangkan malaikat diciptakan dari nur atau cahaya.

Manusia merupakan makhluk alam yang nyata, sementara malaikat merupakan makhluk gaib.

Manusia oleh Allah dibekali akal dinamis dan hawa nafsu, sedangkang malaikat tidak dibekali hawa nafsu dan hanya dibekali akal yang statis.

Dengan akal statisnya, semua malaikat patuh dan taat kepada Allah SWT, sedangkan manusia ada yang patuh, ada pula yang ingkar kepada Allah.

Malaikat diciptakan Allah tidak memiliki jenis kelamin, sebaliknya manusia diciptakan terbagi atas dua kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.

Malaikat tidak diberi lapar, haus, mengantuk dan sebagainya, sedangkan manusia merasakan lapar, haus, kantuk dan sebagainya. Dengan hal tersebut muncul usaha untuk memenuhinya. Malaikat diciptakan hidup kekal hingga akhir dunia, sedangkan manusia usianya dibatasi sampai waktu tertentu.

Dengan potensi akal dan pikiran serta hawa nafsunya, manusia berkembang dalam ilmu pengetahuan, dan dapat memanfaatkan segala yang diberikan oleh Tuhan di alam semesta ini untuk menunjang kehidupannya. Sedangkan Malaikat, monoton saja mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah.

Begitu tingginya Allah menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya, sehingga manusia bisa menjadi makhluk yang lebih suci dari Malaikat, terbukti dengan memilih manusia sebagai Nabi dan Rasul-Nya, bukan dari golongan Malaikat. Akan tetapi, dengan potensi hawa nafsunya, manusia pun berpotensi menjadi makhluk biadab yang melebihi iblis.

Jadi, dengan kesempurnaan yang diberikan Allah kepada manusia, manusia bisa menjadi mahluk TOP, dibandingkan dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lainnya.

PEMBAHASAN:

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat dzalim dan sangat bodoh”
(QS al-Ahzab [33]: 72)

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna (TOP). Dengan semua potensi yang dimilikinya, manusia mampu menciptakan berbagai macam teknologi modern. Dengan berbagai kemampuannya, manusia mampu menembus ruang angkasa yang jauh, atas izin dan kekuasaan Allah Yang Maha Mulia.

Sebagaimana dalam firman-Nya:
“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (teknologi)”. (QS al-Rahmân [55]: 33).

Berkat potensi yang diberikan Tuhan, manusia bisa mengembangkan dirinya, sehingga dapat memperoleh berbagai pengetahuan yang sangat berguna untuk kemaslahatannya di dunia. Dengan predikat sebaik-baik ciptaan Allah, manusia menjadi berbeda dengan semua makhluk lain. Maka, manusia pantas meyandang gelar sebagai mahluk paling sempurna atau TOP.

Di dalam pemikiran penulis, istilah manusia sebagai makhluk TOP, bahwa manusia adalah mahluk yang Teacheable – Observant – Persistent. Ketiga karakter tersebut harus menjadi bagian melekat pada diri manusia dalam mengemban tugas memelihara dan memanfaatkan alam semesta ini.

Teacheable; menurut kamus bahasa Inggris, terjemahan Indonesia, arti kata teacheable adalah yang dapat diajari. Arti lainnya dari teacheable adalah yang dapat diajarkan. Dalam kaitannya dengan konteks tulisan ini, maka arti kata dapat diajari mungkin lebih tepat dibandingkan dengan arti kata yang dapat diajarkan.

Jadi, manusia adalah makhluk yang dapat diajari, diajar untuk mengerti dari tidak mengerti. Diajari untuk menjadi paham dari sebelumnya tidak memahami, diajari untuk mengetahui dari sebelumnya tidak mengetahui. Karena karakter teacheable, manusia dapat mengembangkan dirinya menjadi makhluk cerdas dan pintar, melalui proses belajar. Karena kesediaannya untuk mau dan bersedia diajari segala sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupannya.

Observant; adalah memiliki arti pengamat dan ambisius, lebih tepatnya adalah pengamat. Manusia adalah makhluk pengamat yang ambisius, yang oleh mahluk lain mugkin terlewatkan. Di dalam hidupnya, manusia terus menerus mengamati segala sesuatu yang ada di sekitarnya, dan berusaha untuk tidak melewatkan pengamatan sekecil apa pun.

Dengan karakter untuk mengamati segala sesuatu yang berada di sekitarnya inilah, yang membuat manusia banyak belajar dari lingkungan di sekitarnya, sehingga manusia menjadi peneliti yang handal. Manusia tidak akan melepaskan pengamatannya, sampai ditemukan sesuatu yang aneh dari yang dicarinya. Melalui kemampuan pengamatannya inilah, manusia berkembang dengan ilmu pengetahuannya.

Persitent; persistent merujuk kepada keras kepala dan gigih. Kata ini lebih tepat pada artinya gigih dan tahan banting. Dengan kegigihan. dan tahan.banting inilah, membuat manusia menjadi makhluk yang berhasil mengelola alam semesta yang diberikan Tuhan.

Manusia, terus belajar dan mencari jawaban atas fenomena alam yang dihadapinya, sehingga ia mendapatkan jawaban dan jalan ke luar atas permasalahan yang dihadapinya. Ia tidak akan berhenti sampai mendapatkan jawaban atas berbagai permasalahan yang dihadapinya.

PENUTUP:

Sebagai khalifah di muka bumi, tentu saja manusia memiliki tanggung jawab yang besar. Manusia memiliki tugas mengatur kehidupan di dunia ini, mereka harus melestarikan alam, dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan.

Semua itu akan memerlukan karakter TOP (teacheable, observant, perdistent), sebagai kekuatan yang maha dahsyat pada manusia.

Sangat berbeda dengan makhluk selain manusia, yang bebas dari tanggung jawab karena mereka hidup di dunia tanpa karunia akal, dan apa yang mereka lakukan adalah sesuai dengan kehendak Allah.

Penulis:
Dr. Gugun Ginardi, M.Hum., Lektor Kepala pada Fakultas Sastra Universitas Al Ghifari, Bandung.

(Visited 36 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.