Oleh: Juli Harmet*
Sebagai pendidik narasi bijak, judul di atas sering kita dengar dan senantiasa menjadi pedoman dalam menjalankan tugas. Ketika narasi ini lebih diresapi lebih dalam, banyak makna yang kita dapatkan. Begitu mulia tugas seorang guru sebagai penabur benih peradaban, sebagai cermin kehidupan anak didik pewaris utama masa depan.
Sebagai pendidik tentu kita akan mencurahkan segala kemampuan dan kompetensi yang kita miliki untuk ikut menuntun anak didik secara lahiriah dan mentalnya meniti kehidupan memjemput masa depannya. Siap sedia selalu menggali potensi peserta didik untuk menemukan bakat alami yang tersimpan dalam dirinya. Laksana kapal masa depan, guru adalah nahkoda yang mengarahkan perjalanan masa depan itu. Guru adalah kompas penunjuk arah ilmu pengetahuan anak didiknya.
Menjadi guru adalah tugas mulia yang banyak orang mendambakanya. Karena itu, sebagai pendidik marilah kita merawat tugas guru dengan sebaik-baiknya. Ketika profesi guru sudah kita maknai, beban berat di sekolah dalam mencerdaskan generasi bangsa tidak akan terasa berat. Kompetensi diri dengan sendirinya akan meningkat dan kita akan terus bergerak untuk menggerakkan generasi bangsa sekalipun sakit mendera.
Tugas mulia guru adalah mencerdaskan segenap anak bangsa. Guru akan jadi inspirasi anak didiknya ketika kita mampu menciptakan pola pengajaran inspiratif yang menggembirakan jiwa peserta didik. Guru harus adaptif dengan segala perkembangan, kreatif membangun suasana pembelajaran yang kondisif, dan inovatif untuk menciptakan metode pembelajaran yang menggugah jiwa dan pikiran peserta didik.
Tanpa melakukan itu, secara tidak langsung atau tanpa kita sadari sudah mereduksi makna guru menjadi buruh yang selalu merasa terbebani, terkekang, dan bisa jadi terpaksa dalam menjalani tugas. Guru yang merasa jadi buruh akan bekerja paruh waktu. Guru yang merasa buruh akan selalu melihat waktu. Guru yang merasa jadi buruh akan selalu mengajar terburu-buru. Guru yang merasa buruh tidak akan pernah mendidik dengan rasa menyentuh. Guru yang merasa jadi buruh akan mengabaikan anak yang butuh disentuh. Jadi, mari kita menjadi guru yang patut digugu dan ditiru. []
*Guru UPT SDN 12 Api-Api Bayang Pesisir Selatan