Oleh: Muhammad Sadar*
Keragaman budaya lokal masyarakat Sulawesi Selatan terbilang unik dan hampir semua etnis yang mendiami daerah ini memilikinya.Beberapa bagian dari budaya tersebut menjadi patron atau penyokong dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu tradisi budaya lokal yang merupakan warisan para leluhur suku Bugis-Makassar yang tetap eksis dan dilakukan menjelang musim tanam padi adalah musyawarah mappalili. Rangkaian prosesi mappalili (turun sawah)diawali kegiatan musyawarah (tudang sipulung) atau duduk bersama untuk membicarakan, membuat keputusan dan disepakati bersama terkait pelaksanaan musim tanam padi yang akan dilakukan setiap periode Oktober-Maret dan periode April-September pada tahun berjalan. Beberapa unsur yang hadir dalam perhelatan tersebut antara lain para petani, tokoh masyarakat, pallontara,unsur pemerintah, akademisi dan peneliti.
Dalam musyawarah tudang sipulung dilakukan pananrang atau prakiraan waktu turun sawah yang tepat. Pananrang ini biasanya dilakukan oleh tokoh pallontara yang mengetahui dan memiliki kemampuan membaca tanda-tanda alam bahwa awal musim hujan akan terjadi ketika keadaan alam telah melampaui fase tangngasso tanra artinya masa tersebut merupakan waktu peralihan musim (pancaroba)dari musim kemarau ke musim hujan. Seorang tokoh pallontara dengan rujukan kitab lontara menjelaskan perspektif jenis dan pola keadaan musim tanam pada masa satu tahun yang akan datang. Pada materi ramalan tersebut diterjemahkan pula keragaman peristiwa alam yang berpotensi terjadi di pertanaman padi atau kehidupan manusia.
Menurut Tajang dkk.(1981)dan Yassi(2009), bahwa di Sulawesi Selatan pembagian wilayah pola iklim yang didasarkan pada pola hujan terdiri atas 4 pola yaitu pola curah hujan pantai barat/monsoon, pola curah hujan pantai timur/equatorial, pola curah hujan peralihan cenderung ke barat/monsoon, dan pola curah hujan peralihan cenderung ke timur/equatorial. Selanjutnya Yassi(2009), menyebut bahwa sebaran pola hujan di Sulawesi Selatan sebaiknya dievaluasi kembali setiap 2-4 tahun sebagai dampak perubahan iklim global.
Musyawarah tudang sipulung untuk mappalili sesungguhnya bagian dari perencanaan bermodel bottom-up yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat petani. Dalam kegiatan musyawarah tersebut dilakukan pembahasan dan fokus pada materi waktu turun sawah, waktu tanam dan hambur benih, sistem jarak tanam, jenis varietas padi yang cocok di musim tanam yang akan dihadapi, jenis dan jumlah maupun ketersediaan sarana pupuk yang akan digunakan, peramalan organisme pengganggu tumbuhan, pelayanan alat dan mesin pertanian serta pengaturan tata air irigasi. Semua parameter pendukung tersebut merupakan strategi dan langkah adaptasi maupun antisipasi dalam menentukan pola budidaya komoditi padi. Menurut Suradisastra (2012),bahwa strategi manajemen adaptif mampu mengendalikan dampak negatif interaksi predatori, memprediksi masa depan, meningkatkan ketangguhan sosial dan ekologi serta menekankan tindakan pemecahan masalah.
Di Kabupaten Barru saat ini yang terdiri atas 54 Desa/Kelurahan sedang melakukan dan telah merampungkan musyawarah tudang sipulung dalam rangka menyambut musim tanam rendengan tahun 2023/2024 dan musim tanam tahun 2024. Penyelenggaraannya difasilitasi oleh para petugas pertanian antara lain PPL,POPT, Mantri Tani dan Pemerintah Desa/Lurah. Musyawarah tudang sipulung dilakukan di Balai Desa atau tempat yang representatif.
Pada prosesi mappalili(turun sawah)nantinya akan didaulat beberapa tokoh masyarakat, perwakilan petani, unsur pimpinan daerah dan para petugas baik sipil maupun militer untuk memulai momentum sebagai langkah awal gerakan olah tanah pertama. Secara simbolik para pemangku tersebut melakukan aktivitas mencangkul atau mengoperasikan alat mesin pertanian berupa traktor roda 2 atau roda 4.
Ritual pelaksanaan mappalili(turun sawah)memiliki makna dan tujuan atau sennungeng dan doa pengharapan kepada Tuhan agar usaha tani padi dijauhkan dari ancaman kerusakan tanaman dan faktor-faktor kebencanaan pertanian lainnya. Sehingga produksi padi menjadi optimal yang pada gilirannya kesejahteraan masyarakat petani meningkat serta ketahanan dan kemandirian pangan memenuhi syarat ketangguhan.
Barru, 23092023
*Penguji Perbenihan dan Perbibitan
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru-Provinsi
Sulawesi Selatan.
Budaya menunjukkan bangsa.
Tks atensinya
Alhamdulillah tulisan nya baik
Semoga terus berkarya
Menulis-lah juga Kanda