Jenderal TNI (Purn.) Andi Muhammad Jusuf Amir (23 Juni 1928 – 8 September 2004) atau lebih dikenal dengan nama M. Jusuf adalah salah satu tokoh militer Indonesia yang sangat berpengaruh dalam sejarah kemiliteran Indonesia.
wikipedia
Jenderal M Jusuf lahir di Kajuara, Bone, Sulawesi Selatan pada 23 Juni 1928 dan meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan pada 8 September 2004.
Jenderal M Jusuf dikenal sebagai panglima TNI yang sangat peduli pada kesejahteraan prajurit. Dia selalu berkeliling dari barak ke barak untuk melihat langsung kondisi anggota TNI dan keluarganya.
Jenderal M Jusuf menjabat Menteri Pertahanan Keamanan dan Panglima TNI tahun 1978 hingga 1983.
Pada era kepemimpinannya lah prajurit TNI untuk pertama kali mendapatkan jatah makanan tambahan.
Pada saat itu, susu dan telur masih jadi makanan yang tergolong mewah di Indonesia.
Belum tentu prajurit bisa makan telur sebutir sekali seminggu. Biasanya dirumah tangga prajurit, sebutir telur dikocok dan dicampur terigu sehingga cukup untuk satu keluarga.
Maka betapa bersyukurnya para prajurit saat Jenderal Jusuf memberikan susu, telur dan kacang hijau setiap
pagi sebagai makanan tambahan.
Perintah Panglima TNI, makanan itu harus dibagikan tepat jam 10 pagi. TNI harus cukup gizi dan mendapat asupan 4.000 kalori per hari.
Jenderal Jusuf pun berkeliling ke seluruh Indonesia meninjau satu per satu barak prajurit.
Di salah satu markas
batalyon yang terletak di Bogor alangkah terkejutnya dia melihat sudah dua bulan para prajurit itu tak menerima jatah makanan ekstra.
Dia tanya salah seorang prajurit yang tampak kurus dan pucat.
Hal ini dikisahkan wartawan senior Atmadji Sumarkidjo dalam buku Jenderal Jusuf,
Panglima Para Prajurit terbitan Kata Hasta Pustaka tahun(2006).
“Apa kalian tidak tanya komandan hak kalian dikemanakan?”
“Siap, tidak Jenderal!” jawab prajurit itu.Jenderal M Jusuf marah besar.
Dia panggil komandan batalyon. Si komandan beralasan para prajurit tak lagi menerima
makanan tambahan karena kini dimasukan kedalam pasukan pengawalan presiden.
Mendengar hal itu sang Panglima makin marah. Apa urusannya pemindahan pasukan dengan penghentian jatah makanan. Hak itu tetap harus didapat prajurit.
“Usut itu biar mereka cepat menerima haknya dan jangan
ditunda-tunda lagi. Lihat anak buahmu kurus dan pucat,” kata Jenderal Jusuf sambil menunjuk barisan pasukan itu.
Perutmu jangan gendut begitu. Kempiskan perutmu dan kau musti banyak jalan pagi. Perut gendut begini susah kalau latihan merayap.
Jenderal TNI Andi Muhammad Jusuf Amir (23 Juni 1928 – 8 September 2004), ketika menginspeksi prajurit semasa menjadi Menhankam/Panglima ABRI (29 Maret 1978–19 Maret 1983)
Komandan batalyon hanya bisa menjawab. “Siap Jenderal!”Amarah Jenderal jusuf belum selesai. “Jangan pakai alasan macam-macam. Segera kau bagi kepada anak buahmu!”.
Soal perhatian Jenderal Jusuf ini juga dikisahkan Anta, seorang purnawirawan Kopassus. Anta mengingat saat itu setiap anggota menerima susu dan telur dalam jumlah cukup banyak. Sebuah kemewahan setelah bertahun-tahun jatah uang lauk untuk prajurit TNI sangat pas-pasan.
“Terasabenar perhatiannya kalau Pak Jusuf. Rasanya setelah beliau tak ada lagi jatah jatah seperti itu,” kata Anta.
Para prajurit benar-benar menghormati Jusuf karena sikapnya yang kebapakan. Bahkan saat meninjau barak Kopassus di Cijantung, Jenderal Jusuf sampai berdialog dengan ibu-ibu di tempat jemur pakaian. Tak ada jarak antara sosok nomor satu di TNI itu dengan keluarga prajurit rendahan.
Saat sidak pun Jenderal M Jusuf pun sering menanyakan hal pribadi para prajuritnya. Punya anak berapa? Atau cukupkah jatah beras satu bulan? Atau bagaimana kondisilistrik? Bisakah anak-anak belajar di malam hari?
Demikian perhatiannya Jenderal Jusuf pada para prajurit.
Nah, kadang soal masalah kekasih pun ditanyakan Jenderal Jusuf pada para prajurit muda.Walau kebapakan, namanya yang bertanya jenderal bintang empat tentu bikin gugup.
Kadang jawaban polos dan jujur para prajurit ini bikin tertawa.
“Apa kamu sudah punya pacar?” tanya Jenderal M Jusuf pada seorang prajurit muda yang baru selesai menjalani latihan Raider.
Prajurit tersebut agak ragu. Bbrp detik kemudian dia menjawab. “Siap! Sudah punya,” jawabnya
Nah berita Panglima bertanya soal pacar ini segera menyebar ke barak-barak lain.
Para prajurit sudah mempersiapkan diri jika misal Jenderal Jusuf bertanya hal serupa.
Namun di suatu barak ternyata masih ada pertanyaan lanjutan setelah ‘sudah punya pacar?’.
Prajurit yang ditanyalangsung gugup.
“Apa kamu sudah pegang-pegang dia?” tanya Jenderal Jusuf.
Setelah berpikir agak lama prajurit tersebut menjawab dengan jujur. “Siap! Sudah Jenderal!” jawabnya.
“Apanya yang kamu pegang?” cecar Jenderal Jusuf lagi.
“Siap! Tangannya!” jawab prajurit TNI itu spontan.
Semua yang hadir tertawa mendengar jawaban tersebut.
Jenderal M Jusuf kemudian menanyai prajurit yang lain. Pertanyaannya lebih tak terduga. “Apa kamu sudah cium pacarmu?”
Prajurit terdiam sebelum menjawab. “Siap! Sudah Jenderal!”
“Mananya yang kau cium?”
“Siap! Anu, siap
pipinya, Jenderal!” jawabnya dengan keras. Maksudnya prajurit itu mencium pipi pacarnya. Lagi-lagi hadirin tertawa.
Rata-rata para prajurit muda itu kalau ditanya Jenderal Jusuf tak bisa berbohong.
Jenderal Jusuf pun selalu menyampaikan nasihat dan petuah bagi para prajurit. Yangpaling sering agar para prajurit jangan merokok.
“Kau tabung itu uang yang biasa kau pakai beli rokok. Uang tabungan itu bisa kau serahkan pada istrimu,” kata Jenderal Jusuf.
Tak lupa dia berpesan pada para perwira agar jangan pernah memakan uang tender proyek. Atau menunjuk
keluarga dan kolega untuk menjalankan proyek di TNI.
Jangan sampai prajurit jadi korban karena atasannya korupsi. Jika ketahuan, Jenderal Jusuf akan sangat marah.
“Laporkan langsung pada saya. Kalau ada yang memenangkan family, laporkan juga pada saya,” tegasnya.
Ketika Sukarno jatuh, dia termasuk jenderal yang menemui sang presiden bersama Basuki Rahmad dan Amir Machmud.

Mereka bertiga menjadi tokoh penting di balik Surat Perintah 11 Maret 1965 (Supersemar). Setelahnya, dia terus jadi menteri sampai gebrakan tangannya di meja Soeharto.
Jenderal yang pernah menampar konglomerat Liem Sioe Liong. Karena tidak sopan mengenakan celana pendek santai saat akan menemui Presiden Soeharto.
Kurang ajar kamu ya, kamu tau kamu itu mau menghadap siapa dengan mengenakan celana tidak sopan begini” teriak Jenderal M Jusuf.
Tak ada yang berani bermain-main dengan ketegasan Jenderal M Jusuf
Beliau meninggal tahun 2004, tepatnya 8 September 2004. Jalan sepanjang Urip Sumoharjo-Perintis Kemerdekaan, Makasar macet total. penuh dengan pelayat
Mendung tebal di musim kemarau saat itu seolah turut bersedih. Ketika itu yang selalu terkenang…Semoga Allah YME memberikan tempat tertinggi kepadanmu di sisiNya. Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin

(Mas Adi Ketu) dalam Atmadji Sumarkidjo. (2006). Jenderal M. Jusuf: Panglima Para Prajurit.
Semoga kesederhanaan, kejujuran dan keberaniannya dapat menjadi teladan bagi prajurit tni.
Aja’ muangoai onrong, aja’to muacinnai tanre tudangeng, nasaba detumullei padecengi tana. Risappapo muompo, rijello’po muakkengau.(Jangan serakah dengan kedudukan, janganlah terlalu terobsesi terhadap jabatan yang tinggi, karena pasti kamu tidak akan mampu memperbaiki suatu wilayah. Muncullah ketika dicari, mengakulah jika sudah ditunjuk)
petuah bugis
Merdeka.
17 Agustus 2022.
Diberdayakan.
Sudirman Muhammadiyah
Jenderal M. Yusuf. Adalah cerminan manusia sempurna yang memegang kuat pesan agama, adab pesan leluhur yang dijalankan dalam kehidupan sehari -hari dengan prinsip orang bugis, ada natongang. Satunya kata dan perbuatan. Inilah yang membuat Jenderal M. Yusuf. Tidak bisa ditembus oleh apapun dan senjata apapun juga. Karena beliau memakai pelindung kebenaran, kejujuran, keadilan, tidak ada cela untuk bisa disakiti. Beliau tegas karena kebenaran.. inilah ilmu penangkal bahaya tuju lapis langit dan bumi. Pelindung manusia jasmani rohani dan jiwa dan raga.