Oleh: Muhammad Sadar*

Negara Indonesia yang terletak di lintasan zamrud khatulistiwa memberikan keberlimpahan sumberdaya baik flora,fauna dan sumberdaya biosfer berupa air,tanah dan udara.Teritorial negeri ini memiliki keanekaragaman hayati darat(mega biodiversity)salahsatu terbesar di dunia.Keragaan jenis fisik lahan baik di dataran rendah,menengah dan dataran tinggi serta pola iklim yang mewarnai pergerakan cuaca dan intensitas curah hujan sepanjang tahun. Sebaran kondisi geografis ini memungkinkan untuk dilakukan budidaya dari berbagai jenis tanaman tropis maupun tanaman sub tropis dunia yang telah diintroduksi.

Kondisi pemenuhan pangan dunia baik skala regional maupun domestik saat ini,sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.Keadaan ini diakibatkan oleh pengaruh geopolitik dunia yaitu perang antar negara di berbagai kawasan mempengaruhi stabilitas penyediaan pasokan pangan dan energi untuk menggerakkan mesin-mesin pertanian, transportasi, pengolahan dan proses produksi pangan terganggu. Terlebih lagi fenomena alam El Nino yang dampaknya sangat terasa dalam memengaruhi proses pertumbuhan tanaman. El Nino sangat nyata menurunkan produktivitas tanaman utamanya pada komoditas padi di Indonesia.

Beberapa tahun silam setiap peringatan hari pangan se-dunia, FAO dan para arsitek pangan dunia kerap kali memperingatkan ancaman bahaya kelaparan yang akan melanda penduduk dunia jika pengelolaan pangan ini tidak optimal. Kekhawatiran ini terutama akan terjadi pada negara-negara di belahan bumi selatan. Bagian dari kawasan tersebut selain dilanda konflik bersenjata, genosida, arus migrasi dan pertambahan populasi yang tinggi, terlebih lagi terhadap kerawanan bencana kekeringan dan kebanjiran yang berpotensi menghambat proses produksi pangan.

Para peneliti di IRRI-International Rice Research Institute (2004), melaporkan bahwa rata-rata tahunan temperatur maksimum dan minimum periode tahun 1979-2003 telah meningkat masing-masing sebesar 0,35 dan 1,23 derajat celcius. IRRI menyebut bahwa produktivitas padi dapat menurun 10 persen untuk setiap kenaikan 1 derajat celcius temperatur minimum di malam hari pada musim tanam di musim kering. Oleh karena itu diperlukan penyesuaian dalam proses usaha tani pangan seperti pengaturan pola dan waktu tanam, penggunaan varietas yang lebih tahan terhadap cekaman iklim, dan pengelolaan air secara efisien.

Sementara,Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian(2011) telah melakukan review komprehensif mengenai dampak negatif perubahan iklim terhadap produksi berbagai komoditas pertanian melalui beberapa variabel seperti pola curah hujan,kenaikan suhu udara,
dan muka air laut, intensitas serangan hama dan penyakit,serta banjir-kekeringan yang sering melanda.Hasil review ini menyimpulkan perubahan iklim global berdampak negatif terhadap produktivitas berbagai tanaman pangan.

Dalam rilis resmi BPS bulan Oktober 2023 lalu, melaporkan angka produksi padi Indonesia tahun 2023 sebesar 53,63 juta ton turun 2,05 persen atau 1,12 juta dibandingkan dengan produksi padi tahun 2022 sebesar 54,75 juta ton.Produksi padi tersebut diperoleh dari luas panen sebesar 10,20 juta hektare pada tahun 2023 juga dinyatakan turun sebesar 2,45 persen atau seluas 0,26 juta hektare dibandingkan luas panen tahun 2022 seluas 10,45 hektare. Justifikasi penurunan hasil panen tersebut merupakan akumulasi dari kejadian La Nina pada sub round I dan El Nino pada sub round II dan III tahun 2023.

Usaha pemerintah yang dilakukan dalam memproduksi bahan pangan nasional terutama beras seakan berkejaran dengan laju pertambahan jumlah penduduk. Bappenas dan BPS(2013)
memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2025 sebanyak 284,8 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan 1,3 persen per-tahun. Dibanding jumlah penduduk saat ini lebih 270 juta jiwa, dengan tingkat konsumsi beras antara 114,6-130 kilogram per kapita per-tahun, maka kebutuhan beras mencapai antara 30,9-32,6 juta ton hingga tahun 2025.

Beberapa langkah pelaksanaan kegiatan penyediaan pangan nasional terutama padi-jagung yang dilakukan Kementerian Pertanian antara lain menggerakkan lahan rawa sebagai media tanam potensial, optimalisasi peningkatan indeks pertanaman dan perluasan areal tanam lama dan baru(PAT/PATB), serta tindakan budidaya intensifikasi padi lainnya seperti pengamanan produksi, penambahan substitusi pupuk, kegiatan mengurangi losses dengan penggunaan alsintan secara mekanis dan sergap (Serap Gabah Petani)secara maksimal.

Pada prakteknya, strategi yang dilakukan dan dikemas dengan nama Upaya Khusus biasa disebut UPSUS. Penerapan UPSUS telah berhasil mengantarkan swasembada beras sejak tahun 2016,2019 dan 2020,serta swasembada jagung tahun 2017. Strategi UPSUS kali ini akan kembali diterapkan pada tahun 2023-2024 berdasarkan MoU antara Menteri Pertanian Republik Indonesia dengan Panglima TNI tahun 2023 lalu. Pelibatan TNI dalam UPSUS tak terlepas dari penugasan sebagai dukungan terhadap program ketahanan pangan nasional serta bagian dari kegiatan militer selain perang.

Pendekatan UPSUS sebagai suatu role model dalam pendampingan kegiatan pertanian di lapangan bersama TNI dengan petani dan aparat pertanian baik dari sisi teknis budidaya, mobilitas sarana produksi maupun dalam pengawalan serap gabah petani.Dengan semangat juang, disiplin,ulet,kerja keras dan pantang menyerah yang dimiliki TNI, diharapkan sikap tersebut bisa ditularkan kepada setiap pelaku usaha pertanian dalam melakukan akselerasi dan percepatan produksi padi-jagung.

Implementasi UPSUS di tingkat lokal dilakukan dengan kesepakatan bersama antara Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru, Ir.Ahmad,M.M dengan Komandan Distrik Militer- Kodim 1405 Mallusetasi,Letkol Inf Hastiar Hatta, S.I.P.Kesepakatan tersebut dicapai dengan penandatanganan Komitmen Pencapaian Target UPSUS Produksi Padi Jagung tahun 2023-2024.

Beberapa rincian target komoditi yang akan dilaksanakan terutama padi dan jagung antara lain;
sasaran luas tanam padi untuk MT.2023/2024 seluas 17 ribu hektare sedangkan di MT.2024 seluas 8 ribu hektare.Untuk komoditi jagung ditargetkan seluas 1 ribu hektare, masing-masing 500 hektare dalam skema PIP dan 500 hektare PAT.

Sasaran luas tanam untuk komoditi lokal lain yang tak kalah pentingnya dalam program diversifikasi pangan dan pengendali inflasi serta menunjang ketahanan pangan nasional yaitu ubi kayu seluas 312 hektare,kacang tanah 2.500 hektare,ubi jalar 150 hektare dan cabai seluas 30 hektare.Peran komoditi palawija dan hortikultura tersebut merupakan bagian dari bahan penyangga pangan lokal yang mampu berperan didalam mengatasi gejolak kekurangan pangan di daerah.

Mekanisme dan peran TNI selanjutnya dalam dukungan UPSUS dibawah teritorial Kodim 1405/MLTS bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru adalah tentunya diawali dengan rapat koordinasi dan konsolidasi antar komponen pelaksana lapang.
Pemeran utama dalam proses akselerasi padi-jagung adalah para petani dan pelaku pertanian lainnya di tingkat lapang. Sedangkan aktor pendamping dan pengawal utama kegiatan teknis adalah para PPL, POPT,PBT dan Mantri Tani bersama para Babinsa TNI.Pada rapat ini akan dijelaskan tujuan dan sasaran program,urgensi dan tahapan kegiatan,data capaian produksi,
serta road map ketahanan pangan nasional.

Penerapan maupun pelaksanaan hasil koordinasi dan konsolidasi tersebut nantinya akan menggerakkan para pelaku utama pertanian di lapangan dalam melakukan percepatan tanam padi-jagung. Dalam usaha percepatan ini biasanya mengalami berbagai tantangan maupun hambatan.Pada umumnya kendalanya adalah meliputi penyediaan sarana produksi,
keterbatasan penggunaan alsintan pengolah tanah karena alokasi bahan bakar minyak untuk energi pengoperasiannya sangat terbatas dan faktor pembatas sosial,ekonomi dan ekologi lainnya.

Success story pelaksanaan UPSUS jilid 1 antara 2014-2019 kembali akan direfresh ke UPSUS jilid 2 dalam memenuhi tantangan penyediaan pangan nasional.Di tengah keadaan dunia yang tidak menentu dan kondisi climate change yang penuh dinamika, komitmen UPSUS tetap harus dijalankan, sasaran tanam tetap dijaga agar target produksi mampu tercapai. Sistem ketahanan pangan nasional bisa segera terwujud agar negara ini berdaulat pangannya, rakyatnya sejahtera dan wibawa negara di mata dunia internasional akan lebih terhormat.

Barru,07 Januari 2024

*Penguji Perbenihan dan Perbibitan TPHBun Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Barru

(Visited 310 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.