Oleh: Muhammad Sadar*

Merujuk kata Nepo adalah sebuah nama desa di antara 54 desa/kelurahan di Kabupaten Barru.
Sebelum tahun 1960, Nepo adalah sebuah wilayah distrik di bawah kekuasaan afdeling Pare-Pare. Sejak 20 Februari 1960 atau 64 tahun silam, Nepo menjadi sebuah desa pada wilayah Pemerintahan Kabupaten Barru dan waktu tersebut menjadi sebuah momentum peringatan lahirnya Kabupaten Barru sebagai sebuah daerah otonom.

Desa Nepo yang berada pada Kecamatan Mallusetasi (namun tidak memiliki wilayah tasi/laut), merupakan desa terluas di Kabupaten Barru dengan luas wilayah mencapai 94,65 kilometer persegi atau 9.465 hektare. Struktur dan topografi desa meliputi dataran rendah, dataran menengah pegunungan, bukit dan lembah, hingga dataran tinggi yang mencapai ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Di sebelah utara dan timur berbatasan dengan Kota Pare-Pare, Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Soppeng. Sedangkan di sisi selatan dan barat berdekatan dengan desa lain pada wilayah Kecamatan Mallusetasi.

Desa Nepo terdiri atas 8 dusun yang didiami penduduk sebanyak 3.238 jiwa.Desa Nepo mengandalkan sektor pertanian sebagai sektor utama mata pencaharian penduduk.Usaha pertanian yang dilakukan penduduk meliputi budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan kehutanan.

Data SP-Lahan BPS, 2023 menunjukkan bahwa luas baku sawah Desa Nepo tercatat 565 hektare yang terdiri atas sawah irigasi seluas 391,25 hektare dan sawah tadah hujan 173,75 hektare, lahan kering termasuk tegalan, kebun, dan pekarangan seluas 652,96 hektare, padang penggembalaan 148 hektare. Semua lahan tersebut dikelola oleh petani sebanyak 1.352 orang yang diwadahi dalam 25 kelompok tani dan 1 gapoktan. Khusus sawah irigasi dialiri oleh Daerah Irigasi (DI) bendung Lanrae sehingga indeks pertanaman (IP) padi Desa Nepo mencapai IP 200-300 bahkan diupayakan mencapai IP 400.

To Nepo yang berarti orang, penduduk, atau rakyat Nepo yang menetap dan mendiami Desa Nepo sejak dahulu kala dan Nepo sebelum menjadi distrik dan wilayah desa pasca kemerdekaan memang merupakan sebuah kerajaan legendaris (sejarah Kerajaan Nepo akan diulas tersendiri di kemudian hari dan terlebih lagi Nepo pernah menjadi tempat bermukim Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bapak Prof. Dr. Ing. Baharuddin Yusuf Habibie antara tahun 1942-1945).

To Nepo saat ini menjelma dan dinisbatkan menjadi sebuah nama kelompok tani lebih satu dekade silam. Kelompok tani To Nepo mengelola komoditas pertanian, antara lain padi, jagung, kacang tanah, sayuran dan buah-buahan, serta ternak sapi dan ayam maupun hasil hutan lainnya.

To Nepo sebagai ikonik kelompok tani di Desa Nepo karena ketuanya dipimpin oleh seorang wanita hebat yang bernazab penguasa Nepo dahulu, yaitu Hj. Andi Besse Bau Mange (Petta Besse).
Beliau satu-satunya srikandi di Desa Nepo yang menjadi ketua kelompok tani dan sukses kepemimpinan sebagai Kepala Desa Nepo periode tahun 2000-2006.

Dalam pembinaan dan pergerakan kelompok tani To Nepo selama ini telah mengartikulasikan berbagai program pemerintah terutama di sektor pertanian. Fungsi kelompok tani sebagai unit produksi, wahana belajar, dan wadah kerja sama telah diwujudkan dalam pola pemberdayaan petani dalam peningkatan produksi tanaman pangan, terutama komoditas strategis nasional, yaitu padi dan jagung.

Kelompok tani To Nepo sebagai salah satu kelompok penerima manfaat bantuan benih jagung pemerintah di Kabupaten Barru telah mengantarkan petani di kelompok tersebut mencapai produksi optimal. Sejarah penanaman jagung pada tingkat Desa Nepo sudah berlangsung sejak lama walaupun luas tanam hanya mencapai 100,00 hektare setiap tahun dengan indeks pertanaman (IP 100-200 menuju 300). Khusus di kelompok tani To Nepo pembudidayaan jagung tergolong baru, saat ini telah terealisasi 6 musim terakhir seluas 50,00 hektare per tahun dan produksi jagung yang terserap oleh pedagang mencapai 60-70 ton per musim. To Nepo dalam mengelola budidaya komoditas jagung dilakukan pada lahan kering di musim rendengan sehingga sangat berpeluang untuk memperoleh harga pasar jagung yang tinggi.

Berdasarkan pelaksanaan ubinan plot berbasis metode perhitungan BPS pada kegiatan panen jagung musim tanam 2023/2024 pada tanggal 22 Februari 2024, adalah diperoleh hasil ubinan seberat 9,34 kg atau setara konversi 14,9 ton per hektar ontongan basah/kering panen artinya bahwa jagung yang terpanen tanpa kulit dan tangkai. Untuk memperoleh jagung pipilan kering (PK) dikalikan dengan tingkat rendemen 56,73% sehingga produtivitas jagung bersih setelah lepas tongkol, kadar air antara 14-16%, kotoran,benda asing dan lain-lain maka diperoleh produktivitas sebesar 8,45 ton per hektare. Harga jagung PK saat ini melalui mekanisme pasar terbentuk sebesar Rp 7.800-8.000/kg. Dengan produktivitas 8,45 ton per hektare, maka petani berpotensi mengantongi pendapatan sebanyak Rp 65,9-67,6 juta

Jagung yang akan digunakan sebagai bahan pakan sebaiknya memenuhi kadar air maksimal 16% seperti yang dipersyaratkan SNI jagung medium II (Badan Standar Nasional,2020). Sedangkan menurut Sunarti et al. (2017), standar mutu jagung sebagai bahan pakan yang akan dipasarkan harus mencapai kadar air maksimal 14%.

Kegiatan budidaya jagung di kelompok tani To Nepo sebagai bagian dari akselerasi penanaman komoditas strategis nasional selain padi dan kedelai yang dicanangkan pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional.

Partisipasi kelompok tani To Nepo patut diapresiasi atas kerja sama dalam menyukseskan program pemerintah. Sangat beralasan apresiasi ini karena di antara 15 kelompok tani penerima kegiatan serupa dengan sasaran tanam 200 hektar yang tersebar pada 6 kecamatan di Kabupaten Barru, hanya To Nepo yang baru melakukan panen dan pengambilan ubinan perdana. Sehingga To Nepo sangat layak juga disematkan sebagai kelompok tani plot penentu dalam pencapaian produktivitas yang terbilang tinggi.

Prestasi To Nepo tak lepas dari pembinaan, pengawalan, dan pendampingan PPL dan para petugas pertanian lainnya dalam memberikan pelayanan teknis pertanian terutama dalam ketersediaan sarana benih unggul, pupuk, dan perlindungan tanaman terlebih lagi dalam pemberian informasi pemasaran.

Harapan To Nepo kepada pemerintah agar terus memberikan dukungan dan perhatian dalam pengembangan komoditas unggulan seperti pemenuhan benih unggul, alat mesin pemipil, dan pupuk. Sebaliknya, pihak pemerintah melalui petugas pertanian di lapangan berharap kepada petani untuk memperkuat kerja sama dan kelembagaannya, pemupukan modal kelompok, dan peningkatan SDM petani terutama dalam menjaga dan menerapkan fungsi-fungsi kelompok tani yang pada akhirnya kelompok tani To Nepo benar-benar menjadi plot penentu semua kegiatan pertanian di lapangan.

Nepo,22 Pebruari 2024

*Koordinator Pena Barru di bawah Panji Bengkel Narasi Indonesia, Jakarta

(Visited 329 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.