Aku tahu bagaimana kita dicuekin oleh pasangan dan tidak diperhatikan oleh pasangan, makanya aku memberikan peringatan pada Graz, tapi ia selalu keras kepala seperti awal mula pertama kenal aku. Tidak tahu menahu siapa dia, darimana latar belakang keluarganya tapi jujur ia amat peduli dan perhatian ke aku. Graz suami yang jujur akan segala kondisi hidupnya.
Apa sebenarnya yang salah padanya hingga terus menyisihkan waktunya buat aku. Aku bingung atas kepeduliannya pada aku. Namun aku yakin jika ia bisa diajak berkompromi, agar ia sadar dan jangan chat terus. Hanya orang seperti Graz butuh kita, dengan cara halus karena aku tahu jika dengan cara kasar maka ia akan selalu berada di posisi benar.
Situasi pandemia Covid-19 makin menjadi-jadi hingga membuat kami terus terpaku dan chat berkali-kali. Apakah pendemia Covid-19 yang harus kita takuti atau kita harus takut pada diri kita sendiri? Aku harus takut atau bagaimana karena saat aku blok, pasti dia datang mencari aku lewat dunia nyata. Aduh bersahabat dengannya, merupakan ancaman luar biasa ternyata….
Perlahan-lahan aku mencoba berpikir untuk mengantikan nomor aku mungkin jauh lebih baik, tapi gimana caranya jika semua akun facebook aku, aku justru telah mendaftarkan nomor ini. Tiap hari terus seperti itu chat & call sampai aku benar-benar merasa aneh sendiri.
Relasi persahabatan kami lewat dunia maya melalui jaringan internet. Komunikasi saling menyapa berjam-jam mulai membuat kami lebih akrab dibandingkan dengan hubungan di dunia nyata. Aku pikir harus gimana caranya, mengakhiri hubungan ini jika semua juga, bukan atas kehendak aku. Aku yakin segala pertemuan dan perpisahan harus ada ikut campur tangan Tuhan jadi aku harus lebih sabar menghadapi Graz.
to be continued…