Oleh: Dev.Seixas’1125
Jangan malu ketika orang menjadikan kita Sampah, karena orang tidak menyadari bahwa kelak Sampah tersebut bisa berubah jadi Pupuk Organik yang berkualitas bagi banyak orang.
Jika ketika kita dihina, ketika kita dicaci maki, ketika kita dijadikan bahan bicara alias buah bibir sesungguhnya, karena kita jauh lebih berharga daripada mereka yang selalu menyisihkan waktunya bagi kita.
Entah secara sadar atau tidak sadar, akan tetapi apapun yang orang perbuat bagi kita harusnya kita tetap bersyukur atas semua yang terjadi dalam kehidupan kita.
Secara sadar kita berpikir bahwa setiap manusia yang baik, adalah mereka yang selalu mengikuti kehendak kita. Secara tidak sadar dimana kita tidak berpikir jernih bahwa semua manusia memiliki kehidupan masing-masing dan tentu ingin hidup menurut pola pikir sendiri adalah hak tiap manusia termasuk orang yang menjadikan kita sampah.
Hidup itu tentang apa dan siapa akan tetapi hidup adalah perjuangan pahit di mana ada waktu bahagia dan sedih silih berganti jadi aku tidak pernah merasa bahwa, aku hancur karena hidup ada tuannya sedang kehancuran hanya milik dunia semata, melainkan bagian dari dunia jadi ketika kita di izinkan untuk singgah sebentar di dunia, kita harus siap hancur baru tidak terjadi lagi itu sewajarnya.
Tidak ada orang yang sempurna di bumi ini. Namun, setidaknya kita sadari bahwa menjadikan orang lain sebagai buah bibir saja, kita sebenarnya telah mengangkat level orang yang kita jadikan sampah.
Karena kata-kata kita adalah doa, bagi mereka tanpa kita sadari bahwa sesungguhnya kita telah korban begitu banyak waktu, bagi orang yang kita jadikan sampah sampai kita lupa pada diri kita sesungguhnya.
Tahu tidak setiap kotoran dari sandang maupun pangan, yang kita buang bersama itu namanya sampah bukan? Ketika terus menerus kita taburi bersama maka, tentu sampah itu akan membusuk saat terjadi penguraian.
Jika sudah terjadi penguraian dengan berjalannya waktu maka sudah tentu akan berubah jadi pupuk organik yang berkualitas di kemudian hari.