Oleh: Sersan Kepala Irwan f, S.H.
Terompet bangun pagi menggema ke sudut-sudut barak home base atau kesatriaan memecah kesunyian pagi membangunkan para prajurit dari tidurnya untuk segera bergegas menyiapkan diri memulai hari baru dengan semangat dan kesegaran. Seragam loreng penuh kharisma dengan tatapan mata yang tajam dari raut wajah yang segar, senyum yang tulus seperti sinar cerah mentari pagi dengan langka yang tegap memancarkan kepercayaan diri dan kekuatan menunjukkan dedikasi dan kesetiaan kepada setiap tugas .
Kehidupan didalam home base atau kesatriaan yang dominan tanpa campur baur seperti lingkungan sosial pada umumnya, suatu kehidupan dengan segala keteraturan dan disiplin, interaksi tejalin secara internal memupuk kebersamaan dan nilai-nilai kekeluargaan, kesetiakawanan menjadi suatu kebanggaan dalam korsa yang kuat. Selain hunian juga sebagai tempat aktivitas kegiatan belajar dan berlatih mengasah kemampuan keprajuritan melalui latihan yang bertahap, bertingkat dan berlanjut memperdalam ilmu strategi untuk meningkatkan naluri tempur sebagai satuan yang siap setiap saat bergerak serta mobilitas tinggi, ke medan operasi yang disebut dengan Satpur (Satuan Tempur) dan Satbanpur (Satuan Bantuan Tempur) .

Seiring berjalannya waktu selangkah menanggalkan perlengkapan tempurnya, memasuki Satuan Komando Kewilayahan sebagai babak awal pada lingkungan kehidupan baru yang tentu dengan tantangan tugas baru menanti. Kemampuan yang telah dimiliki suatu bekal dan memanfaatkannya dalam konteks yang berbeda, menyelaraskan pada situasi dan kondisinya. Merubah mindset serta kerangka berpikir dalam peran berbeda yang kini berada pada lingkungan sosial yang kompleks dan dinamis membuat untuk segera beradaptasi agar memahami setiap perubahan yang terjadi di masyarakat. Menjadi fleksibel dan mampu menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah untuk menemukan solusi yang efektif.

Kondisi sosial dalam kehidupan masyarakat menggambarkan kompleksitas hubungan antar individu dan kelompok, membentuk dinamika yang unik dan beragam dalam setiap komunitas. Hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek termasuk ekonomi, pendidikan dan kesehatan hingga stabilitas keamanan wilayah sehingga memerlukan perhatian dan penanganan yang efektif melalui pendekatan holistik partisipatif seluruh elemen masyarakat, mempromosikan nilai-nilai universal agar terbangun keharmonisan dan kestabilan sosial.

Komando kewilayahan pada rohnya melalui pembinaan teritorial adalah suatu keterpaduan terjalinnya kemitraan dari berbagai pihak sebagai akses jalan koordinasi, berkolaborasi dalam pengembangan ekonomi melalui optimalisasi sumber daya alam guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Merasuk lebih dalam setelah menanggalkan peralatan tempurnya menjadi ujung tombak kewilayahan yang dikenal dengan Babinsa (Bintara Pembina Desa). Babinsa sebagai unsur pembina teritorial terdepan dari TNI-AD untuk mengenal maupun memahami situasi dan kondisi wilayah binaannya dari aspek geo demo dan kondisi sosial.
Dengan melaksanakan kegiatan sosial, memberikan materi bela negara untuk membentuk sikap disiplin pada lingkungan sekolah adalah wujud kemanunggalan TNI dengan rakyat dan sebagai jati diri tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional. Menguatkan ketahanan wilayah
melalui pemberdayaan sumber daya alam.

Pada sektor pertanian khususnya tanaman pangan, Babinsa turut berperan dalam memotivasi petani mengoptimalkan sumber daya lahan menjadi produktif untuk meningkatkan produksi utamanya komoditas beras, sebagaimana salah satu asta cita pemerintahan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto yaitu tercapainya swasembada pangan nasional untuk pemenuhan bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia.
Punggung yang dahulu dihiasi rangsel tempur kini bertandang tangki semprot, untuk mengendalikan organisme perusak tanaman yang menghambat pertumbuhan tanaman padi. Kendaraan tempur yang dulu menghiasi pergerakan operasi, kini beralih menjadi mesin pertanian hand traktor untuk pengolahan tanah maupun kendaraan combine harvester machine untuk aktivitas panen padi di sawah. Dahulu medan operasi berkalang jurang pedalaman, hutan belantara, rawa, laut dan sungai, kini pematang sawah telah menjadi tapak tilas yang sehari-hari dilalui untuk memastikan budidaya padi terus berlangsung di tingkat lapang.

Dalam proklamasi swasembada pangan nasional, maka kontribusi TNI di lapangan dituntut untuk berperan nyata utamanya dalam memasuki musim panen padi pertama tahun 2025. Setiap Babinsa di wilayah teritorialnya, bersama dengan tim kerja Bulog dan PPL melakukan monitoring proses vegetatif- generatif tanaman padi hingga kegiatan pengawalan panen, serap gabah petani oleh Bulog maupun pemuatan dan mobilisasi hasil panen petani.
Oleh karena itu, tupoksi Babinsa dengan peran pembinaan masyarakat kini sangat berbeda ketika prajurit sapta marga tersebut masih berdomisili di barak.Peran fungsional yang melengkapi tugas negara dalam pembinaan kewilayahan khususnya di sektor pertanian tak lepas dari wujud menguatkan ketahanan nasional di bidang pangan. Kiprah prajurit yang dahulu bermarkas di home base tempur, kini berhijrah ke pematang sawah sebagai medan tempur terbarunya.
Kupa, 26 Mei 2025
Kodim 1405/Parepare
Babinsa Desa Kupa
Koramil 1405-05/Mallusetasi