Oleh: Yusriani Nuruse*
Dalam penerbangan antara Makassar dan Madinah yang ditempuh sekitar -+ 10 Jam, tak henti-hentinya aku berzikir, membaca surah Al Kahfi selama perjalanan, sesekali kupejamkan mata saat kurasakan agak pening, maklumlah sejak aku melahirkan putraku, ini pertama kalinya aku naik pesawat lagi dengan jarak tempuh lumayan lama.
Pukul 20.00 waktu Madinah, perlahan pesawat melakukan pendaratan, kulantunkan sholawat Nabi dengan perasaan penuh haru karena bisa berkunjung di kota Nabiyullah. Dalam antrian turun dari pesawat, aku berdoa kiranya Allah memberiku kebaikan kota Madinah dan kebaikan penduduknya. Dijauhkan dari kejahatan kota ini dan kejahatan penduduknya.
Turun dari tangga pesawat, aku bergegas menepi di samping tangga pesawat, sujud syukur atas nikmat Allah bisa sampai di kota Nabiyullah. Menumpang bus Bandara menuju pemeriksaan pasport dengan antrian jamaah dari berbagai penjuru, Kulihat ustadz H. Luthfi Ashar sudah menunggu kami yang memang sudah berangkat duluan dengan rombongan jamaah sebelumnya, melambaikan tangan dan mengucapkan selamat datang kepada kami. Masyaa Allah.
Dengan menumpang Bus dari Bandara King Abdul Aziz menuju Hotel, Ustadz H. Lutfi Ashar sebagai muthawif kami menjelaskan dan menunjukkan Masjid Nabawi kota Madinah. Sesampai di hotel, kami di beri kunci kamar. Aku menempati kamar di lantai 12 Hotel Oldies sekitar 100 M dari pintu gerbang Masjid Nabawi. Segera kutunaikan salat Isya dan salat taubat, lalu mengabari keluarga kalau kami sudah tiba di Madinah dengan selamat. Kemudian istirahat. Jam 04.00 subuh kami bergegas menuju Masjid melaksanakan salat subuh perdana.Sungguh takjub melihat kota Nabiyullah. Usai melaksanakan salat subuh di Masjid Nabawi, serasa beban hidup yang selama ini kurasakan hilang, lenyap, berganti dengan nikmat yang sungguh luar biasa kurasakan. Air mata kesedihan berganti dengan air mata syukur. Allahummasholli Alaa sayyidina Muhammad wa ala Alihi sayyidina Muhammad.
*Penulis adalah Penggiat dan Pecinta literasi Soppeng