Oleh : Fitriani Kadir

Saat merasakan adanya kepenatan yang menggerogoti relung jiwa ini, aku sambut dengan ketenangan dan berusaha bangkit tanpa berlarut-larut di dalamnya. Lalu pelan-pelan melepaskannya dari raga.

Bukan hal baru ketika telinga ini mendengarkan kalimat, “Dibalik keindahan terselip kekurangan walau hanya secuil adanya”. Sama halnya dengan manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk lainnya, tetapi pada hakikatnya manusia juga merupakan tempatnya salah dan dosa. Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Pada hari Ahad kemarin 8 Agustus 2021 kami dari kelas G PG-Paud Kolaka Utara, Kelas yang cukup familir dan dikenal dengan kelas-kelas lainnya. Bukan karna kecerdasannya atau kehebatannya dalam berkarya, tapi karrna rasa solidaritasnya yang tinggi. Kekompakannya yang begitu luar biasa tidak jarang membuat para dosen mengapresiasi dan kagum pada kelas kami.

Adalah Pantai Berova merupakan tujuan utama kami untuk menghanyutkan segala rasa kepenatan yang masih bersemayam di pundak kami. Pantai Berova merupakan salah satu objek wisata yang berada di Desa Pitulua Kecamatan Lasusua Kabupaten Kolaka Utara yang sampai saat ini masih ramai dikunjungi wisatawan lokal setiap hari libur.

Pantainya yang begitu indah dan air lautnya yang membiru langit jika terlalu lama dipandang akan menghanyutkan kalbu. Pepohonan yang menjulang tinggi seakan menjadi gitar mengiringi suara ombak yang sedang mendendangkan lagu romansa, sehingga membuat pikiran seketika terasa sejuk, damai, dan bahagia menikmati indahnya ciptaan Allah SWT

Pengunjung pun tak hentinya lalu-lalang mempersiapkan kegiatannya masing-masing. Sejenak aku terduduk dan bersandar di bawah pohon kecil yang menurutku cukup kuat untuk menopang ragaku. Sesekali kupejamkan mataku dan merasakan hembusan angin yang begitu dingin hingga menembus kulitku. Aku benar-bemar menikmati betapa indahnya ciptaan sang kuasa.

Sesekali kumenoleh kiri dan kanan melihat tawa dan canda yang dirasakan oleh teman-temanku saat itu. Sekatika muncul ideku untuk mengabadikannya langsung di dunia maya, tapi tiba-tiba saja tidak ada jaringan yang muncul ditempat ini.

Hatiku menjerit namun tak dapat kusampaikan dengan kata-kata karena aku sadar inilah kekurangan dalam keindahan itu. Tempatku bercurah hati hanya kepada ombak yang asyik berdendang, pohon yang bergoyang mengikuti arah angin. Merekalah para pendengar sejatiku yang memberiku kedamaian jiwa ketenangan hati, dan kedamaian batin.

Catatan redaksi : Ini tulisan ke tiga Fitriani Kadir yang sempat tertunda tayang. Walau sang penulis sudah berbaring indah disisi Tuhannya, tetapi karyanya akan selalu abadi.

(Visited 160 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: