Oleh : Gusnawati Lukman

Hai sahabat hati (begitu panggilan kesayanganku padamu) masih terbuai dengan pertemuan kita tadi? Masih hanyut dengan cerita-cerita yang mengalir bak air bah? Katanya  kamu luluh. Pertemuan kita yang luar biasa ini bahkan tidak bisa dinarasikan

Sahabat hati, coba perhatikan pohon di belakang tempat duduk kita.Terlihat begitu indah kan… ? Nah, pohon itu berisi puisi yang ditulis bumi di atas langit. Pohon itu menyimpan aksara-aksara indah tentang rasa kita yang bahkan tak mampu terucapkan dengan diksi-diksi terindah sekali pun. Rasa itu akan selalu bertumbuh, tak terhitung jumlahnya. Rasa itu akan menari dengan indah dan dengan santainya ketika angin berhembus sepoi-sepoi. 

Sahabat hati, kita bercerita dengan mengeluarkan semua unek-unek tanpa rasa curiga dan takut kalau semua itu akan diceritakan oleh angin kepada pohon-pohon. Dan konsekuensinya kita jangan menyalahkan angin ketika ia membuka rahasia kita kepada pohon-pohon yang indah itu. 

Sahabat hati, aku akan selalu menjadi pohon yang indah itu. Pohon yang selalu menghargai angin walaupun kadang berhembus dengan kencang merontokkan semua daun-daunnya bahkan mematahkan rantingnya hingga kelihatan tidak indah lagi.Aku akan selalu menghargai dan menghormati keberadaanmu dalam kehidupanku. Engkau adalah sebuah pohon yang penuh dengan bunga warna-warni, cantik, indah, kokoh dan berwibawa. Jangan pernah luruh ketika angin itu merontokkan semua bungamu yang indah. 

Mari saling menebar manfaat ke sesama makhluk bumi. Aku dengan segala kelebihan dan kekuranganku, dan engkau dengan segala kelebihan dan kekuranganmu pula. Aku dengan segala kesederhanaanku, dan engkau tetap dengan kecantikan dan kewibawaan yang engkau miliki. Kita adalah pohon yang merupakan paru-paru kehidupan.

Watansoppeng, 26 September 2021

(Visited 77 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.