Judul : Biografi Ammana Iwewang Berjuang, Menentang Penjajahan Belanda
Penulis : Drs. M. T. Azis Syah
Penerbit : Yayasan P & K Taruna Remaja Pusat Makassar
Tempat terbit : Makassar
Tahun terbit : 1994
Jumlah Halaman : xi + 144 + vii
ISBN : –
I Calo Ammana I Wewang adalah seorang bangsawan dan panglima perang kerajaan Balanipa yang berjuang melawan penjajahan Belanda dan terkenal di daerah Mandar khususnya dan Sulawesi Selatan pada umumnya. Beliau adalah pahlawan lokal Sulawesi Barat dan namanya diabadikan pada sebuah nama jalan di kota Majene dan Tinambung.
Buku ini membahas tentang perjuangan beliau semasa hidupnya. Penulis membaginya menjadi 6 bab dengan diawali Kata Pengantar tentang bagaimana penulisan suatu biografi, kemudian bab pertama yaitu pendahuluan tentang latar belakang Amman I Wewang, juga pendapat para ahli sejarah tentang sejarah suatu bangsa. Bagian pertama ini juga membahas kepribadian Ammana I Wewang dalam kehidupan sehari harinya sebagai seorang bangsawan, dan hubungannya dengan rakyat di daerahnya.
Pada bab kedua ‘Serba Serbi Sulawesi Selatan’ penulis membahas secara ringkat tentang Sulawesi Selatan pada umumnya dan daerah Mandar khususnya, mulai dari keadaan daerahnya, bentuk pulau Sulawesi, Sosial Budaya orang Sulawesi Selatan yang umumnya dikenal sebagai pelaut ulung. Pada bagian ini juga dibahas tentang struktur ketata-negaraan, ada persekutuan kelompok kerajaan kerajaan kecil yang dikenal dengan nama “Pitu Babana Binanga” (7 muara sungai) dan “Pitu Ulunna Salu” (7 hulu sungai). Pada bab ini juga dibahas tentang perkembangan kerajaan Balanipa Mandar, wilayah yang masuk didalamnya, anak banua, wilayah persekutuan adat, calon pejabat, stratifikasi sosial, seni dan budaya Mandar.
Selanjutnya bab inti pembahasan buku ini adalah Riwayat Hidup Ammana I Wewang sebagai Raja di kerajaan Alu, dan Panglima Perang kerajaan Balanipa. Masa kanak kanak beliu juga dibahas dibagian ini, masa pendidikan beliau, masa dewasa, persiapan memimpin, menjadi Mara’dia Malolo, dan saat diangkat menjadi Raja di kerajaan Alu.
Bab 4 tentang “Perang Ammana I Wewang”. Semasa hidup beliau, pejajahan Belanda masih berlangsung dihampir semua wilayah nusantara waktu itu. Pada bagian ini, ada pembahasan tentang sebab sebab terjadinya perang, penyiapan pasukan perang, benteng benteng pertahanan yang dipersiapkan, dan usaha usaha yang dipersiapkan Belanda dan jatuhnya Benteng Galung.
Bab 5 membahas tentang “Akhir Perlawanan Bersenjata”. Bagian ini menguraikan bagaimana perjuangan Ammana I Wewang yang akhirnya bisa ditangkap oleh Belanda, kemudian beliau di sidang dan dihukum buang (pengasingang) bersama 9 orang pengikutnya di pulau Belitung, Sumatra. Sebagian lagi pengikutnya ada yang dibuang ke Bali dan pulau lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah Belanda waktu itu.
Bab 6 Masa Pergi dan Pulang Dari Pengasingan. Di pulau Belitung tempat pengasingan Ammana I Wewang, pengaruh ketokohannya tidaklah surut. Beliau tetap menjalin hubungan keakraban dengan tokoh masyarakat setempat, sampai beliu tidak merasa diasingkan. Pelaut pelaut Mandar juga selalu datang dan singgah menjenguk beliau di Belitung selama beliau dibuang disitu. Beliau juga sering dimintai nasehat nasehat oleh penduduk setempat. Dikisahkan pula, bahwa beliu sempat menikah di Belitung namun tidak memiliki keturunan.
Beliau dibebaskan oleh tentara Jepang yang berkuasa waktu itu, dan akhirnya pulang ke tanah Mandar kampung halamannya. Beliau dicintai oleh penduduk Belitung sehingga beliau diminta untuk tetap tinggal di Belitung. Beliau diasingkan di pulau Belitung selama 37 tahun dan kepulangannya ke Mandar sangat dielu-elukan oleh rakyat yang mencintainya. Beliau wafat tahun 1967 dan dimakamkan di belakang masjid di Limboro dekat Tinambung Polewali.
Buku ini sangat tepat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian tentang I Calo Ammana I Wewang, sejarah perjuangan rakyat Mandar, atau sejarah perjuangan Sulawesi Baran dan Selatan pada umumnya. Buku koleksi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan.
