Oleh : Ruslan Ismail Mage
Sebagai penulis buku “Generasi Emas (Pemikir Gadang Minangkabau) banyak memahami jiwa dan karakter para arsitek kemerdekaan bangsa asal Minangkabau. Semuanya hidup dengan kesederhanaan tanpa menonjolkan apa-apa ke ruang publik. Kalau pun ada yang ditonjolkan hanya gagasan dan karyanya sebagai pemikir bangsa.
Kesederhanaan para tokoh besar bangsa asal Minangkabau di masa pergerakan, teringat lagi ketika beberapa waktu yang lalu berkunjung ke rumah jabatan silaturahmi kepada Bupati Pesisir Selatan Drs. Rusma Yul Anwar M.Pd. Pakai baju kaos oblong putih meladeni berbicara tentang potensi alam daerah yang dipimpinnya.
Ketika ditanya strategi kepemimpinannya yang merakyat, ia mengelak karena nanti ada unsur riak katanya. Sikapnya itu dimaklumi sebagai pencerminan jiwanya yang selalu merendah tidak menonjolkan diri. Baginya ia hanya fokus melayani rakyat dengan berpenampilan seperti rakyat. Saya hanya pimpinan daerah kalau sedang dinas di kantor bupati, kalau sudah keluar dari pagar berarti sudah menjadi rakyat biasa, jelasnya merendah.
Kesederhanaannya itu bisa dilihat setiap melakukan perjalanan dinas ke luar Pesisir Selatan, sampai menggunakan pesawat terbang pung selalu tampil sederhama. Jangan bayangkan bisa mengenalnya di bandara sebagai seorang bupati dengan penampilan berkelas didampingi ajudan membawa koper.
Ciri khasnya setiap bepergian selalu menggunakan tas ransel di punggung. Katanya kalau tas ransel pergerakannya sangat dinamis dan terasa memiliki semangat muda. Lebih praktis dan bisa bertemu siapa saja tanpa protokoler. Baginya semua atribut kepemimpinan tidak penting, karena yang penting sejauhmana kita bisa amanah menjalankan tugas untuk daerah dan rakyat.