Oleh: Yusriani Nuruse*
Setelah sepakat dengan pengurus umroh jadwal keberangkatanku, dan selesai menyiapkan dokumen persyaratan umroh, paspor dan suntik miningitis, serta surat izin dari kantor tempatku honor, aku mengikuti manasik umroh di salah satu Masjid di kotaku yang diikuti kurang lebih 50 calon jamaah umroh yang bergabung bersama melalui Rayyan menara travel yang kuikuti dengan diam-diam. Aku tak ingin rencana keberangkatanku diketahui banyak orang. Aku tidak ingin dianggap riya’, ataupun merepotkan keluarga dan tetangga yang biasanya datang menyalami atau memberi uang saku saat ada yang hendak berangkat umroh atau haji.
Sehari sebelum aku berangkat, ba’da salat isya aku mengadakan pengajian di rumah dengan mengundang ibu-ibu majelis taklim yang kebetulan bertepatan dengan jadwal pengajian rutin kami di BTN, yang tentunya mereka tidak mengetahui sebelumnya rencana keberangkatanku, hingga Ustadz mengajak mendoakan kami dan menyampaikan dalam tauziahnya.

Keesokan paginya setelah sungkeman kepada kedua orang tua, saudara-saudara, dan putraku, aku segera salat taubat dan salat sunnah. Saat mobil mulai bergerak, kulihat putraku menangis. Kulambaikan tangan untuknya. Namun ia terus menangis, hingga kakak sulungku yang hendak berangkat ke Makassar, membawanya pula mengikutiku hingga ke Makassar. Hal itu kuketahui saat mampir salat, kulihat putraku tertidur di jok belakang mobilnya. Sesampai di hotel tempat kami beristirahat dengan jemaah lain dari berbagai kota melalui Rayyan menara travel, aku mencari kamar yang sudah ditentukan pihak travel. Usai salat magrib, tiba-tiba keponakanku mengabari kalau putraku demam. Kuminta memberinya obat penurun panas dan kemudian mengantar putraku ke hotel tempat menginap. Kuajak putraku menginap bersama.
Keesokan paginya, setelah sarapan kami berkumpul di lobi hotel untuk bersiap-siap menuju bandara, putraku dijemput kakak sulungku dan bertemu dengan keluarga yang kebetulan satu travel dengan saya yang sebelumnya tidak kuketahui karena berbeda kota asal, mereka berangkat satu keluarga, suami istri, anak dan menantunya. Alhamdulillah, Allah selalu mudahkan yang tadinya aku merasa tidak ada keluarga yang aku temani berangkat membuat hatiku riang.
Bus bergerak meninggalkan hotel menuju bandara. Kami melakukan serangkaian pemeriksaan dokumentasi keimigrasian hingga memasuki badan pesawat Lion yang akan membawa kami terbang menuju Madinah selama -+ 10 jam.
Selamat tinggal kotaku. Semoga Allah memberiku kesehatan, kekuatan, dan kemudahan beribadah hingga menggapai umroh makbulah, doaku saat itu. Aamiin.
Watansoppeng,9 Mei 2023
*Penulis adalah pecinta dan penggiat literasi Soppeng
