Mengenal para penulis melalui komunitas literasi Bengkel Narasi ibarat menemukan “hidden gems” yang bersinar dalam kesederhanaan mereka. Bapak Sumardi, yang dijuluki “Bapak ASN Indonesia” oleh anggota komunitas, selalu mengejutkan kami dengan buku-bukunya yang terbit dengan judul yang “menggigit”, terutama di bulan spesial di mana hari lahirnya dirayakan oleh segenap bangsa Indonesia, yaitu 17 Agustus. Setiap karyanya hadir seperti kembang api yang meledak di langit malam, menerangi pikiran-pikiran yang gelap dengan ide-ide briliannya.
Adinda Iyan, yang dijuluki “arsitek” Bengkel Narasi, menyempurnakan tim penulis buku ini dengan kemahirannya mengolah ide dan gagasan menjadi menu literasi yang menggugah minat membaca. Ketika “kakak-adik” ini bersama menggoyangkan pena, orang bilang: “kelar hidup lo!” karena karya mereka mampu mengubah perspektif dan membuka wawasan baru bagi siapa saja yang membacanya.
Keprihatinan yang diungkap dalam buku ini bukan hanya suara hati penulis, melainkan gema dari banyak hati yang menyimpan kegelisahan yang sama. Namun, dari sekian banyak orang yang menyimpan keprihatinan tersebut dalam hati, penulislah yang berani muncul ke permukaan menyuarakan hal tersebut.
Benar sekali, kesibukan bekerja cenderung membuat orang abai dalam melaksanakan ibadah, khususnya yang diangkat dalam buku ini adalah salat. Tanpa bermaksud mengesampingkan ibadah-ibadah lainnya, faktanya salat adalah ibadah yang pertama kali dihisab oleh Allah Swt dan kualitas salatlah yang menjadi penentu kualitas diri seorang muslim.
Membaca buku ini, ibarat kita disuguhi menu baru literasi yang menggugah selera intelektual. Penulis berhasil mengangkat sebuah topik dengan pendekatan kepenulisan yang unik. Pemilihan judul yang terkesan menyeramkan justru tidak membuat pembaca takut untuk membuka lembar demi lembar isi buku ini. Sampul dan tata letak yang menarik namun penuh makna membuat pembaca penasaran dan ingin terus menggali isi buku ini. Jika jeli, Anda akan menemukan hal yang berbeda dalam urutan bagian dan bab. Ya, namanya juga antrean? Dari kebanyakan buku yang kesannya “Ah, teori!”, di akhir isi buku ini pembaca bisa berkata, “Aha, ini dia!”
Penulis juga berhasil menghindari jebakan doktrin-doktrin keagamaan yang sering membuat topik seperti ini terasa berat. Sebaliknya, mereka mengimbanginya dengan sudut pandang manajemen sumber daya manusia, menjadikan dikotomi antara sibuk bekerja dan beribadah sebagai harmoni yang saling menguatkan. Fakta bahwa bekerja dan beribadah tidak bertentangan, justru saling mendukung, ditampilkan dengan jelas. Penulis tidak hanya menyalahkan, tetapi juga membela dengan sejumlah solusi yang ditawarkan.
Saya ucapkan selamat atas terbitnya buku ini. Tuntas sudah salah satu masalah yang dialami oleh sebagian umat Islam dalam ritme kehidupan yang semakin dinamis ini. Buku ini tidak hanya hadir sebagai pencerah, tetapi juga sebagai solusi bagi mereka yang mencari keseimbangan antara dunia dan akhirat. Ditunggu karya-karya literasi selanjutnya yang selalu hadir memberi solusi.
Salam literasi!
Ruslan Ismail Mage
Akademisi, penulis buku-buku motivasi, founder Sipil Institute Jakarta, Bengkel Narasi, dan Pena Anak Indonesia