Peristiwa na’as seperti ini sudah sering terjadi di kota Dili. Orang-orang yang meninggal di Hotel di kota Dili bukan baru terjadi sekali atau bahkan dua kali. Aku merasa bingung tapi kadang aku menyadari bahwa kematian atau meninggalnya seseorang bisa saja terjadi kapan dan dimana sudah kita anggap sebagai sebuah misteri juga sama siapa.

Berhubungan dengan kasus kematian seorang anggota institusi pemerintahan kadang kala kita harus lebih waspada terhadap obat-obatan yang di kosumsi juga pergaulan kita karena impactnya akan seperti ini.

Aku baru menyadari setelah beberapa peristiwa yang terjadi di kota Dili. Ada beberapa kaum pria yang meninggal di Hotel dengan alasan yang tak jauh berbeda peristiwanya bahwa menginap di kamar Hotel bersama dengan patner hingga meninggal dunia.

Pertanyaan saya ada apa gerangan dengan Hotel di Kota Dili? Mengapa peristiwa ini sering terjadi ! Apakah wanita-wanita yang dibawakan oleh mereka benar-benar pasangan mereka?

Bingung aku sebagai seorang wanita. Banyak kaum pria yang telah menyalahgunakan cinta istri legal mereka, dan sering berteduh di Hotel karena ada sebuah pasal yang katanya sudah dilegalkan yakni hukum mau sama mau. Apa itu coba jelaskan pada kami generasi muda. Tanpa sebuah sosialisai kita sisipkan pasal sesuka hati, lalu kita beranggapan peristiwa seperti ini sudah biasa terjadi dan kita terus membenarkannya.

Aku mengira jika zaman dulu Hotel di suatu negara adalah tempat penginapan bagi Tamu atau Turis Luar Negeri, tapi ketika kasus-kasus seperti ini sering terjadi aku berpikir ada apa gerangannya?

Apakah ini yang ada sangkut pautnya dengan ucapan nama Buaya oleh Papa Paus Francisco? Coba kita renungkan bersama. Kita menerima ini orang tanpa berpikir konsikuensi di masa depan, Ide itu diterapkan jadi sebuah konsep (Pasal) lalu kita dirikan gedung Hotel yang megah dan pada akhirnya Hotel bukan saja memberikan kita kenyamanan dan kenikmatan sejati melainkan tempat membawa malah petaka juga. Atau kita membenarkan saja semuanya jika kematian seseorang adalah Misteri? Karena berdasarkan pada kata-kata klasik apabila meninggalnya seseorang bisa kapan saja juga di mana saja bahkan sama siapa saja?

Ataukah skala kematian di tempat-tempat seperti ini butuh kita cegah sebelum terjadi di waktu yang akan datang? Harusnya kita berpikir bahwa hidup kita itu mahal tapi mengapa kematian kita terlalu murah? Apakah karena kita yang menurunkan harganya hingga ia lebih dulu menjemput kita atau kita berlagak mahal akhirnya nyawa kita telalu cepat di ambil oleh sang Maha kuasa? Sulit kita hindari karena menurut kata klasik bahwa kematian adalah takdir Tuhan entah seberapa benar atau salahnya kata klasilk itu.

Kematian juga merengut nyawa seseorang tanpa mengenal batasan usia, warna kulit, serta status keluarga bahkan jabatan. Maka anggaplah bahwa tempat seseorang meninggal bukan karena orang itu memiliki alasan meninggal dunia.

by Bu Dev25

(Visited 7 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Devinarti Seixas

Penulis dan Pendiri KPKers Timor Leste, dengan mottonya: "Kebijaksanaan bukan untuk mencari kehidupan melainkan untuk memberi kehidupan dan menghidupkan". Telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan berupa; berita, cerpen, novel, puisi dan artikel ke BN sejak 2021 hingga sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.