Sempat terpikir olehku, seandainya bertemu dan mengenalmu lebih dulu, mungkin kini kamu akan menjadi ratu dalam istanaku.

Mungkin hati tak sesakit ini, saat mendengar engkau telah dipinang tetangga sendiri. Kepada engkau yang meninggalkan aku dalam gelisahnya malam dan kejamnya dunia.

Sekarang aku berjalan tertatih tanpa cintamu. Meski aku telah berkeluarga, mungkin jika tidak mengenalmu disaat yang tidak tepat. Tidak akan ada pancaran rindu dibola mataku, ketika tak sengaja kita bertemu, campur aduk rasa hatiku. Manis, asam, pedas berpadu membalur perasaanku.

Aku bingung, apakah kini suaramu sama seperti hati mu, serba salah. Sama-sama membisu seribu bahasa, meski tatapan matamu penuh rindu, cinta darimu penuh kehangatan mampu membuat aku tenang.

Sabarmu menghadapi kerasnya hidup, meski masalah membelenggu, dari dulu selalu mengagumkanku.

Maafkan aku, apabila datangku tak tepat bagimu, pasalnya waktu kian berpacu, tak akan berhenti maupun menunggumu, tak dapat pula terulang kembali.

Semua kejadian tak akan kembali lagi, dapatkah aku berandai-berandai melamarmu, jika waktu bisa membawaku kembali agar ku garis bawahi kembali takdir ini dengan maksud membersamai hidupmu. Hidup lebih bermakna, kan ku hiraukan kicauan orang diluar sana, mengabaikan hal tak berarti dan meraih mimpi bersamamu.

Namun apalah daya, semua telah terjadi, waktu pun telah berlalu. Tersadarku dalam kegelapan bahwa rindu kini, harapan itu telah sirna dalam nyata.

Bukan hanya itu, lihatlah dalam bola mata ini, betapa rinduku mendalam padamu. Mungkin dapat menggambarkan rinduku akan segala hal yang berhubungan denganmu.

Kini rindu tengah menggantung di sukma, tepatri hanya diberikan pada hatimu. Hingga kini aku belum sanggup menghapus bayangmu yang menggoda hingga relung jiwa ini.

Jiwa ini gelisah siang malam. Matahari sembunyi berganti gelap, langit terpenuhi gemerlap bintang suasana tercipta bak surgawi, beribu bintang bertaburan kilau mengenangmu.

Tak tahukah betapa pedih malam yang kini gundah, langit seakan membisu dan sunyi, hingga merasuki celah hati, meski tengah kecewa nan sakit akan kehidupan yang kamu alami serta sulitnya membahagianmu, harapan tetap mulia setinggi langit melihatmu tersenyum pahit.

Doa-doaku tertulis indah diatas secarik kertas suci. Melangkah perlahan menapaki jalan terjal tanpamu. Ada saat takut, jatuh, merangkak, tertatih.

Tak ada kekasih hati ataupun sahabat yang datang mengulurkan bantuan. Tak ada pula tempat bersandarmu, namun ingatlah masih ada Allah tempat bersujud.

(Visited 108 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.