Di sunyi hatiku yang haus dan gersang,
Tritunggal Kudus datang dengan tenang.
Tak bersuara, namun terasa mendalam,
Mengalirkan damai seperti embun malam.
Bapa di surga, cahaya yang lembut,
Menyentuhku dalam bisikan yang hangat.
Mata-Nya melihat jauh ke relung kalbu,
Dan tetap mencintaiku, tanpa syarat.
Putra Ilahi, Yesus Tersalib,
Berjalan bersamaku dalam tiap derita.
Dalam luka-Nya kutemukan harapan,
Dalam salib-Nya kutemukan cinta.
Roh Kudus, Sang Nafas Kehidupan,
Melayang di dalam hatiku yang remuk.
Mengobarkan nyala cinta dan iman,
Mengangkatku dalam pelukan lembut.
Aku bersyukur dalam keheningan,
Karena sapaan-Mu nyata di kedalaman.
Tritunggal Kudus, Sumber kehidupan,
Mata air kasih yang tiada berkesudahan.
Bagaikan Santo Agustinus dahulu,
Aku mencari Engkau di luar diriku.
Namun kini kutemukan Engkau begitu dekat,
Lebih dekat dari napasku sendiri.
Engkau adalah kasih yang tak terucap,
Tiga Pribadi, satu dalam rahmat.
Dalam-Mu kurasa damai menetap,
Mengalir perlahan, menembus sekat.
Tritunggal Kudus, kupersembahkan jiwaku,
Dalam syukur yang hening dan penuh rindu.
Terimalah hidupku yang sederhana,
Sebagai nyanyian cinta yang tak pernah padam.
Kau ubah air mataku menjadi pengharapan,
Kau jadikan luka menjadi pintu penyembuhan.
Tiada satupun detik yang sia-sia,
Dalam genggaman-Mu, semua bermakna.
Disapa dan diubah dalam cinta sejati,
Aku memilih tinggal dalam hadirat-Mu lagi.
Tritunggal Maha Kudus, Allah yang hidup,
Padamu kuberdiam, padamu kuberserah, abadi
by profa Elvira P.Xim’25