Hadiah atau hibah atau kado adalah pemberian uang, barang, atau jasa yang dilakukan tanpa ada kompensasi balik seperti yang terjadi dalam perdagangan, walaupun dimungkinkan pemberi hadiah tidak mengharap reward. (Wikipidia).
Dua minggu Ramadan saya dapat paket kado yang di sampulnya tercantum identitas “Kado Buku untuk Sahabat (Transformasi Satu Dasawarsa Gerakan Pencerahan Ruslan Ismail Mage).
Mengapa surprise? karena bagiku buku itu lebih dari sekadar kado. Ia memberi imajinasi sebuah petualangan yang tiada batas. Apalagi mengingat kondisi pandemi COVID-19 sekarang ini, saatnya buku menjadi teman, bukan gawai. Dahulu Tukul Arwana mengajak “Kembali le laptop!”, sekarang saatnya kembali ke buku.
Perlunya Gerakan “Mari Membaca Buku“
Sensasi membaca buku jauh lebih nikmat dibanding membaca daring. Rasanya jadi “lain”. Bahkan, Najwa Shibab merilis bahwa meskipun masyarakat sudah lebih senang membaca melalui media daring, kenikmatan membaca buku tercetak tidak bisa dikalahkan. Karena itu, mari kita gerakkan budaya membaca buku.
Membaca setiap hari bermanfaat untuk menjaga fungsi otak. Bahkan, manfaat itu diklaim bisa bertahan seumur hidup. Membaca harus lebih dari sekadar hobi. Membaca harus menjadi kebutuhan dalam menjalani kehidupan.
Tumpukan buku di lemari tersusun rapi seperti ajakan menjelajahi misteri kehidupan dan semesta. Hanya dengan membacanya, misteri itu akan terbuka dari halaman ke halaman berikutnya.
Dalam karyanya yang memukau, The Shallows, Nicholas Carr melukiskan bagaimana dunia internet telah merampas kemampuan sebagian besar orang untuk berpikir secara konsentratif, reflektif, dan kontemplatif. “Yang cukup mengkhawatirkan, hilangnya kemampuan membaca dan berpikir secara kontemplatif itu bukan hanya bagi orang kebanyakan atau kalangan masyarakat awam, tetapi juga melanda orang-orang berpendidikan tinggi; menimpa para cendekia dan ilmuwan yang sudah mempunyai jam terbang tinggi dalam pengalaman membaca,” tegasnya.
Salah satu hal yang juga disoroti secara tajam oleh Nicholas Carr adalah terkikisnya kenikmatan dan keseriusan membaca buku pada orang-orang yang sebelumnya amat menikmati kegiatan membaca buku.
Dengan sibuk berselancar di dunia maya, kebanyakan mereka justru “terperangkap” hanya memindai atau membaca secara sekilas beragam informasi yang membanjiri internet. Sebagaimana diakui langsung oleh Nicholas Carr, sebagian besar kita malah kehilangan kenikmatan membaca sebuah buku tekstual secara manual dengan serius dan kontemplatif hingga tuntas. Efeknya dahsyat, kita menjadi The Shallows;orang-orang yang dangkal cara berpikirnya, meskipun kebanyakan kita tidak menyadarinya.
Padahal, sebagaimana kita sadari bersama bahwa buku adalah jendela dunia. Buku merupakan pusaka kemanusiaan yang membuat peradaban berlangsung hingga hari ini. Di dalamnya terkandung jiwa zaman di sepanjang waktu. Ia adalah jendela dunia yang mengandung hikmah masa lalu. Penghargaan terhadapnya adalah pengagungan pada kemajuan bangsa. Buku adalah memori peradaban manusia.
Bahkan, lebih radikal lagi Thomas Carlyle mengatakan, “In book lies the soul of the whole past time.” Hanya dengan buku kita dapat mengenggam dunia, menjelajahi seluruh pemikiran, dan imajinasi yang terhampar di jagat raya. Lebih dalam Dr. Zaprulkhan menguraikan bahwa dalam penelitian Nicholas Carr juga mengungkap bahwa dengan menghabiskan banyak waktu membaca buku, kita akan terlatih untuk berpikir lebih intuitif yang tidak akan kita dapat dengan berselancar di dunia internet.
Saya ingin tutup tulisan ini dengan ucapan terima kasih kepada my inspirator yang telah memberi kado lain daripada yang lain. Semoga di bulan suci Ramadan ini “Kado Buku untuk Sahabat” menjadi vaksin agar kebal dari bacaan daring dan imunitas membaca buku tercetak semakin kuat.
Wallahu a’lam Bishshawab
Makassar, Ramadan 1442 H
Penerima Kado Istimewa.
Sudirman Muhammadiyah.

Semoga hari2 kita dipenuhi dengan keinginan untuk membaca buku. Jgn hanya rajin membaca status2 di medsos.
Salam Sahabat literasi..
Super, super, super sekali dinda. Teruslah menulis untuk menginspirasi kehidupan. Bengkel Narasi menunggu tulisan berikutnya. (Salam pena tanpa limit).